Ucapan Sindy ternyata membuat keempat orang lainnya kini ikut melihat ke arah Aviela.

"Kenapa?" Kini giliran zeyan yang bertanya "Kalo ada yang sakit atau apapun itu bilang ke aku".

"Gak kok" jawab Aviela dengan menampilkan senyum nya.

Zeyan bukan orang yang mudah percaya pada ucapan yang masih ia ragukan. Apalagi dengan senyuman Aviela barusan yang terlihat jelas seperti senyuman paksa.

Zeyan mendekati Aviela dan duduk di samping gadis itu "Kenapa? Jangan bohong sama aku viela" Pintanya.

Aviela masih menggeleng, namun di satu sisi ia merasa takut.

Rafi yang sangat paham dengan kondisi sekarang pun menatap ketiga temannya untuk segera beranjak dari sana. Zeyan dan Aviela mungkin perlu waktu berdua.

"Yan, vi kita pamit ya. Ini juga udah sore" izin Rafi mewakili yang lainnya. Sedangkan zeyan mengangguk.

Seusai keempat orang itu pulang, zeyan kembali membujuk Aviela
"Viela, kamu gak mau berbagi atau ceritain ke aku?"

Aviela hanya menatap zeyan, haruskah ia mengatakan atau tidak.

"Jangan nanggung beban yang bisa ganggu kondisi kamu,dan satu lagi, aku gak akan percaya kalo kamu bilang gak ada apa apa. Please kasih tau aku"

Menghela nafas untuk menghilangkan rasa takutnya, Aviela menyerahkan ponselnya pada zeyan.

Zeyan mengambil ponsel di tangan gadisnya dan ia menatap tajam apa yang baru saja ia lihat "dapet darimana? Siapa yang kirim?". Aviela menggeleng seraya menundukkan kepalanya.

"Viela, liat aku" Gadis itu pun menurut, ia menatap zeyan yang kini menatapnya juga "Percaya sama aku, itu foto lama.."

"Tapi kenapa dia ngirim ke aku? Pasti dia punya niat di balik itu Kan? Lagian juga dia masih suka sama kamu"

"Tapi aku gak suka sama dia, aku gak ada perasaan apapun lagi sama dia. Chika cuma masa lalu" Ujar zeyan cepat, apa yang di katakan nya barusan memang benar faktanya.

Aviela diam,dia ingin marah tetapi tidak bisa. Ingin memeluk zeyan saat ini juga namun ia merasa marah pada cowo itu. Pengaruh kehamilan kah(?).

"Kamu istirahat ya, jangan banyak pikiran" zeyan menuntun Aviela menuju ke kamar, gadis itu hanya diam menuruti.

"Yan"

"Iya?" Sahut zeyan yang sudah membaringkan Aviela dan menarik selimut untuk menyelimutinya.

"Jangan tinggalin aku"

"Gak akan pernah" Senyum zeyan dan mendaratkan bibirnya pada kening Aviela, mengecup dengan tulus gadisnya.

°°°

Qila memandang kesal pintu di depannya. Ia sudah tiba di rumah namun tidak bisa masuk ke dalam karena pintu yang terkunci dan ia sama sekali tidak membawa kunci cadangan.

"Masa gue lesehan di teras rumah sampe malem? " Ujar nya menatap lantai yang ia pijak sekarang.

Orang tuanya pasti pulang kerja pada malam hari. Pasti nya juga ia tidak bisa memasuki rumah jika orang tuanya belum tiba.

"Qila"

Panggilan seseorang membuat Qila melihat ke arah orang itu. Terlihat sosok wanita yang masuk ke halaman rumah nya melalui pagar depan.

"Eh tante, kenapa tan?"

"Kamu kenapa? Kok tante liat kamu ngomong sendiri? Terus juga marah marah sendiri"

Qila merutuki kebodohannya, bisa saja ia di anggap orang gila karena berbicara tanpa ada lawan nya.

"Hehe engga tan, aku cuma kesel karena pintu nya ke kunci dan aku gak punya kunci nya" kekeh Qila yang sebenarnya ia merasa sangat malu.

Rahma, wanita itu tersenyum simpul
"Ohh tante Kira kenapa. Jadi kamu gak bisa masuk nih?" Qila mengangguk.

"Yaudah daripada nunggu mama Papa kamu pulang di sini sendirian, mending ke rumah tante aja. Nanti kalo mereka udah di rumah, kamu balik ke sini" lanjutnya.

Qila sebenarnya bisa saja menyetujui ajakan Rahma, tapi nantinya pasti akan ada hal yang kembali membuat nya naik darah.

"Qila, kok malah diem?"

"Eh hehe, yaudah deh aku ke rumah tante aja" putus Qila yang sebelum nya sempat menimbang nimbang apakah ia mengiyakan atau tidak.

Qila dan wanita itu berjalan menuju ke rumah yang berada di samping rumah nya (tetangga).

Mereka berdua memasuki rumah dan pemandangan yang pertama Qila lihat adalah hal yang sama sekali tidak di harapkannya.

Alfa, cowo itu terlihat sedang bersantai di depan televisi sambil memakan cemilan.

"Tante, aku pulang aja deh, gak jadi nunggu di sini" Qila sudah bersiap siap untuk kembali ke luar namun terhenti ketika Rahma bertanya kepadanya "eh kenapa? Kok tiba tiba malah mau pulang?"

"Itu aku eng---"

"Heh curut ngapain lo?" Alfa memotong ucapan Qila, ia baru menyadari kehadiran gadis itu.

"Tuh Kan. Aku mau pulang aja tan" Adu Qila .

Rahma menatap anak cowo nya itu sambil menggeleng kan kepalanya
"Alfa, Sopan dikit bisa Kan?"

"Iya ma iya. Tapi dia ngapain ke sini?"

"Qila gak bisa masuk ke rumah, harus nunggu orang tuanya pulang dulu. Soalnya pintu rumah nya ke kunci" Jelas Rahma yang sekarang sudah menyuruh Qila untuk duduk di sofa.

"Qila, tante ke dapur dulu ya" Rahma berlalu dan meninggalkan dua remaja itu di sana.

"Lo seharian pake baju seragam? Hih pasti asem banget tuh"

Qila melirik sinis cowo di samping nya, namun tidak berniat untuk menjawab.Sepertinya cowo itu memang tidak bisa jika tidak ngoceh padanya.

"Ini udah jam 6 btw"

"Lo ngoceh mulu sih! Tau gue mah ini udah jam 6 dan kalo gue bisa masuk ke rumah, pasti seragam ini gak melekat lagi di badan gue! Dan pastinya gue gak di sini di rumah lo!" Seru Qila panjang namun Alfa hanya menghiraukan.

"Ohh" Singkat cowo itu yang terus menatap layar televisi di depannya.

.
.
.
.
.

Sorry jika gak memuaskan
Tapi aku akan terus berusaha untuk lebih baik :v

Bye,❤️

My Bad Husband [Completed] Where stories live. Discover now