"Cantik," Gumam Zavi dan Adel mendengar itu seketika jantung nya berdegup dengan kencang.

"Lu ngomong apa?" Tanya Adel pura-pura tak mendengar.

"Ga ada," Cuek Zavi seolah tidak berkata.

Adel cemberut ternyata walaupun Zavi mengungkapkan perasaan nya tapi tetap sifat nya tidak hilang.

***

Di taman berada di pertengahan kota, Zavi memberhentikan mobil nya disana.

"Ngapain kesini?" Tanya Adel bingung.

Zavi diam dan keluar dari mobil disusul dengan Adel menyamai langkah Zavi.

Zavi duduk di salah satu bangku panjang yang disediakan.

"Zav kita ngapain kesini? Gua ga ngerti lagi deh sama lu," Ujar Adel ditengah keheningan.

"Gatau," Singkat, padat, dan jelas.

Adel diam tidak berkata lagi, ia kedinginan karena udara di taman dengan angin yang kencang menembus badan nya.

Zavi melepaskan kemeja nya menyisakan kaos hitam didalam nya, ia pakaikan ke Adel sontak membuat Adel menoleh menatap Zavi dan mereka bertatap cukup lama.

"Kalo dingin bilang," Kata Zavi dengan datar tapi sedikit lembut.

"Tapi lu juga ked.."

"Ga usah di pikirin," Sela Zavi.

"Makasi," Ucap Adel dengan tersenyum tulus.

Zavi yang melihat kesekian kali nya Adel tersenyum seperti ingin memiliki senyuman itu.

"Ya," Balas Zavi.

Zavi tidak tega melihat Adel masih kedinginan setelah di pake kan kemeja nya, ia pun tidak tahu mengapa ingin ke taman rasanya ingin berlama-lama didekat Adel.

"Pulang," Satu kata lolos di mulut Zavi terkesan dingin.

"Iya."

Adel berdiri jalan lebih dulu di ikuti Zavi di belakang nya. Zavi membukakan pintu untuk Adel masuk ke dalam mobil.

"Makasi," Kata Adel.

Zavi mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobil.

Di perjalanan mereka hanya diam. Sampai di pekarangan rumah Adel.

"Makasi," Sekian kali nya Adel mengucapkan itu.

"Gausah makasi itu udah tanggung jawab gua," Jelas Zavi.

"Besok gua jemput," Lanjut Zavi.

Adel mengangguk.

Zavi masih menunggu Adel masuk sampai ke dalam rumah. Sesudah Adel masuk, ia langsung menginjak gas meninggalkan pekarangan rumah Adel.

***

Adel sedang menyiapkan sarapan untuk nya dan Zavi. Ia sekarang memasak nasi goreng telur sapi.

Ting tong ting tong

Bunyi bel pintu berarti Zavi sudah datang, tepat saat nasi goreng buatan nya sudah jadi.

Adel membukakan pintu, dan tampak Zavi yang sedang menatap nya.

"Mmm.. Sarapan dulu ya," Ucap Adel.

"Yaudah."

Zavi mengikuti Adel ke ruang makan, disana sudah tertata nasi goreng telur mata sapi yang sempurna.

"Gua hari ini cuma masak nasi goreng tapi lain kali kalo misalkan mau yang lain di hari selanjut nya bakalan di bikin yang beda," Tutur Adel.

Zavi membalas dengan deheman, lalu ia mencoba satu sendok.

"Enak banget," Batin Zavi menganga.

"Gimana rasanya?"

"Enak," Satu kata itu membuat Adel tersenyum karena makanan nya disukai Zavi.

Adel melirik jam bertepatan dengan Zavi sudah selesai makan nya begitu juga dengan diri nya.

"Zav berangkat yuk," Ajak Adel.

Zavi menatap Adel dan mengangguk.

Adel mengambil tas menempatkan dikedua pundak nya dengan rambut ia ikat kuda poni.

Adel pamit ke pak Asep lalu menaiki motor Zavi.

"Pak Asep jagain rumah ya," teriak Adel.

"Siap non tenang aja," Balas Pak Asep.

Zavi hanya geleng-geleng melihat tingkah gadis di belakang nya.

***

Sampai di sekolah, kali ini Adel dan Zavi jalan beriringan. Adel sebenarnya gugup berada disamping pria yang menampilkan muka datar tanpa senyum.

"Woy bro," Sapa Rio merangkul pundak Zavi.

Zavi menaikkan alis dan menyingkirkan tangan Rio. Rio terkekeh melihat nya.

"Hmm gua duluan ke kelas ya," Pamit Adel kikuk.

Zavi jadi tidak enak tapi ia tetap mengangguk mengizinkan Adel lebih dulu ke kelas.

"Bye bidadari nya Zavier," Rio melambaikan tangan ke Adel, Adel membalas dengan tersenyum.

Zavi meninggalkan Rio menuju Rooftop sekolah sebelum bel masuk berbunyi. Rio yang sadar hanya mengikuti Zavi dari belakang. Tanpa sengaja Zavi bertemu dengan Rachel.

"Zavi," Panggil Rachel memegang lengan Zavi.

Zavi langsung menepis kasar tangan Rachel.

"Wait lu kenal cewe ini?" Tanya Rio.

Zavi diam menatap dingin Rachel sedangkan Rachel seolah tidak peduli.

"Hmm mendingan Zav kita pergi deh," Ucap Rio melihat Zavi yang sudah mengepal tangannya.

Zavi pergi tanpa membalas menuju rooftop.

"Gua ga tau lu tapi yang jelas lu bukan orang baik," Kata Rio.

"Seterah lu nilai gua apa," Timpal Rachel pergi dengan sinis.

Rio mengangkat bahu tidak mau di pikirkan dan berjalan menyusul sahabat es dingin nya itu ke rooftop.

Tak sengaja Rio menabrak bahu seorang perempuan.

"Eh lu kalo jalan bisa ga si liat-liat," Omel perempuan yang tak lain adalah Intan.

"Eh mak lampir sorry en aje ye gua jalan tuh pakai kaki," Balas Rio.

"GUA PERJELAS LAGI JALAN TUH PAKE MATA DAN KAKI, Puas!" Seru Intan.

"Astaga muncrat omaigat skincare gua luntur."

Rio tertawa dengan gaya bicara nya dan Intan mendengus kesal.

"Udah lah gua sibuk ada job dimana-mana jadi lu gausah cari gua ya," Pede Rio dengan melambaikan tangan dan kiss jauh.

"Ogah gua sama lu dan gua ga bakal cari lu," Teriak Intan.

Rio tertawa kencang lagi dan lagi, ia hanya melelet kan lidah lalu berjalan kembali.

"Hampir aja nih tangan mau kasih bogeman," Batin Intan.

*****





Rio : Heyyo gengs gimana nih kabar nya?
Author : Aku baik lohh
Rio : Ga nanya lu Author, gua nanya para readers.
Author : Iya deh, Guys ditanyain tuh sama manusia garing.
Intan : Bener banget.
Rio : Ikutan-ikutan aja lu.

AdZav Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang