"Yaudah yok."

"Yok."

***

Zavi duduk di bangku nya dengan menyumpalkan earphone di telinga. Hari ini ia duduk sendiri karena tadi pagi Rio bilang kalau ia diharuskan pergi bersama keluarganya.

"Sendiri aja nih?" Tanya Marcel yang duduk di belakang Zavi.

Zavi hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Marcel karena tanpa di jawab pun pasti sudah tahu.

"Iya iya gua ngerti, gua cuma pengen ngobrol aja sama temen sekelas gua," Jelas Marcel.

Zavi menatap Marcel dengan dingin dan menusuk.

"Lu ga usah natap gua begitu napa Zav kalo gua suka lu gimana? Mau tanggung jawab," Ujar Marcel diakhiri tawaan.

"Hmm."

"Lu sama Rio selalu berdua aja ya?" Tanya Marcel.

"Iya."

"Boleh gua jadi temen lu? Maksud gua ya deket sama kalian," Tanya Marcel.

"Hmm."

"Hmm mau nyanyi lu?"

"Ck iya seterah lu," Dengus Zavi.

"Serius lu?" seru Marcel antusias.

"Tapi gua belum sepenuh nya percaya sama lu," lanjut Zavi.

"Gua tau dan gua juga tau lu pasti udah tau asal usul gua, mana mungkin lu asal bilang iya," Kata Marcel.

Zavi hanya mengangguk tanpa menjawab.

Guru pelajaran seni pun sudah datang tepat bel masuk berbunyi, sangat tepat waktu. Zavi sebenarnya sangat malas hari ini untuk belajar pelajaran tersebut.

"Bu saya izin ke toilet," Izin Zavi.

"Baik sebelum itu tugas kamu sudah selesai?"

"Sudah."

"Berikan kepada saya dan semua nya kumpulkan!"

Zavi mengambil buku nya lalu menaruh kehadapan nya dan pergi dari kelas.

Zavi tidak pergi ke toilet melainkan ke rooftop untuk mengusir rasa penat nya.

Ia mengambil posisi di sebuah sofa panjang dan tiduran sambil memejamkan mata.

Drttt...

Getaran ponsel membuat Zavi harus melirik siapa yang menelepon nya.

Rio calling

"Gimana ga ada gua?"

"Biasa aja."

"Kangen kan lu sama gua," PD Rio.

Zavi tidak membalas tingkat ke-pd an Rio.

"Weyy malah diem-diem ae."

"Hmm."

"Weh gua males banget sumpah disini dianggurin sama bokap."

"Terus?"

"Anjir kesel gua sama lu."

"Rio cepat ke sini"

"Gua di panggil bokap dah dulu ya bye es batu."

Panggilan terputus oleh Rio dan Zavi menyimpan kembali ponsel nya.

Zavi memutuskan untuk kelapangan indoor untuk bermain basket.

"Hai Zav," Sapa Rachel.

Zavi yang sedang memasuki bola ke ring berhenti dan menatap sekilas lalu lanjut bermain kembali.

"Udah lama juga ya gua di sekolah ini tapi jarang ketemu lu," Ujar Rachel dengan memegang lengan Zavi.

Zavi menepis tangan Rachel dari lengannya.

"Ga penting."

Zavi pergi meninggalkan Rachel, mood Zavi turun seketika dengan datang nya Rachel.

***

Intan, Keisya, dan Tasya sedang menyamakan langkah dengan Adel. Adel masih tidak mau bicara pada mereka, di kelas pun Adel menghiraukan Keisya dengan fokus membaca novel.

"Del ayok lah kan gua ga sengaja bener? Serius? 2rius 3rius deh," Mohon Keisya dengan muka memelas kepada Adel.

Adel tidak sengaja menabrak seseorang membuat nya sedikit ingin terjatuh.

"Jalan liat-liat punya mata ga si lu jangan cuma pake kaki doang," Ketus Rachel melihat sinis Adel.

Adel yang tidak mengerti mengapa Rachel berubah drasis seperti ini.

"Sorry ga sengaja."

Rachel menghiraukan Adel langsung pergi meninggalkan Adel dengan pertanyaan.

"Del lu gapapa?" Tanya Intan.

"Gapapa."

Adel, Intan, Keisya, dan Tasya sudah sampai di kantin dan mereka duduk ditempat biasanya.

"Weh lu semua pada mau makan apa biar gua yang traktir," Kata Keisya.

"Ada apa gerangan nih kei?" Tanya Tasya bingung sedari tadi hanya diam.

"Ga ada apa-apa."

"Wahh uang jajan gua utuh dong," Ucap Adel.

"Astaga del uang jajan lu lebih dari kita-kita lagi."

"Apaan si kagak ya," Elak Adel.

"Eh gua masih marah ya sama lu pada," Ingat Adel.

"Kan kita bertiga udah minta maaf terus ke lu masa lu ga mau maaffin sahabat lu yang cantik ini," Ujar Keisya.

Adel terkekeh,"Iya iya gua maaffin."

Keisya, Intan, dan Tasya bersorak lalu memeluk Adel tanpa memperdulikan mereka menjadi pusat perhatian.

*****












Kali ini kayak nya chapter terpendek deh, huftt aku mentok disitu gimana ya:"

Aku seneng kalo kalian seneng sama cerita yang aku buat.

Arigatou gozaimashita

AdZav Where stories live. Discover now