Chapter 36 Selamat Tinggal✔

343 52 22
                                    

“Papa ... “ Mayra bersimpuh di depan gundukan yang dipenuhi dengan kelopak bunga.

“Sudahlah, Nak. Jangan menangis terus, nanti papamu sedih di sana.” Mayra tak peduli dengan perkataan orang lain. Dunianya seakan-akan sudah hancur ditinggal oleh orang tersayangnya.

Satu-persatu orang pergi, menyisakan Mayra seorang terduduk tak berniat untuk pulang. Tangannya mengelus batu nisan secara berulang-ulang.

“Mayra ...”

Dengan mata sembabnya, Mayra menoleh. Ia menangis kembali melihat seseorang yang telah lama tak dilihatnya.

“Huuust ... lepaskan semuanya. Menangislah. Tapi janji sama gue, setelah pulang dari sini, jangan menangis lagi.” Lelaki itu membawa Mayra ke dalam pelukannya.

“K-kak Tara ... hidup aku udah gak ada lagi gunanya, Kak. Aku udah gak punya siapa-siapa,” ujarnya sembari terisak.

“Ada gue. Sampai kapan pun gue ada buat lo, May. Lo jangan sedih gini, gue gak bisa liat lo sedih.” Kak Tara meneteskan air mata mendengar isakan Mayra yang menyayat hati.

“Kita pulang ya ... wajah lo udah pucat banget. Pulang ke rumah gue.”

*♡*


“Nak, ayo kita pergi jenguk Rena sebentar.” Sedari tadi Lily memanggil anaknya, namun sang anak tidak menyahut sekali pun.

“Hendra, ayo keluar, Nak. Gak enak sama keluarga Rena. Kita jenguk sebentar aja.”

Tara menggerutu dibuatnya. Rena sudah tidak apa-apa, tapi gadis itu masih saja berada di rumah sakit. Sebenarnya ia tidak mau pergi, namun ia juga harus menuruti ibunya.

“5 menit. Jenguk 5 menit aja, lalu kita pulang.” Lily mau tak mau mengangguk, itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Sesampainya Tara di rumah sakit, Rena tersenyum lebar menyambut kedatangan lelaki itu. Berbeda dengan Tara yang menampilkan wajah datarnya pada tiga orang di depannya. Rena beserta kedua orang tuanya.

“Nak Hendra, kamu tidak ingin meminta maaf kepada kami?” sindir ayah Rena.

Tara tak berucap apapun. Lily pun meminta maaf atas nama Tara. “Sudahlah, Pa. Kak Tara juga gak sengaja kok dorong aku.” Rena bertingkah seolah semuanya baik-baik saja antara dia dan Tara.

“Iya, Pa. Jangan begitu sama calon menantu kita. Gak mungkin dia sengaja dorong anak kita,” ujar Elsa.

“Saya senga—” Lily cepat menarik tangan anaknya untuk keluar dari kamar.

“Kamu gila? Jaga sikapmu, Nak. Lebih baik meminta maaf.”

“Minta maaf? Untuk apa Tara minta maaf sama orang licik kayak dia? Sampai kapan pun Tara gak akan minta maaf.” Lily melihat amarah terpancar di diri anaknya.

“Kendalikan emosi kamu.”

Tara meluapkan amarahnya dengan meninju tembok di sebelahnya, membuat jemari tangannya sedikit lecet.

“Tara pergi.”

“Kamu mau kemana, Dra?”

“Cari Mayra.”

Lily membiarkan anaknya pergi. Mungkin hanya Mayra yang dapat meredakan marahnya Tara sekarang ini.

*♡*

"Permisi." Tidak ada yang menyahut dari dalam rumah. Bahkan tidak ada Mbok Asri yang biasanya akan membukakan pagar. Itu karena perintah Mayra yang menyuruh Mbok Asri untuk pulang ke kampung halamannya.

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang