Chapter 23 Cantik ✔

315 108 44
                                    

Tak terasa beberapa hari sudah berlalu. Sudah berhari-hari juga Tara berusaha meminta penjelasan dari apa yang dialami oleh Mayra selama ini. Terutama mengenai lukanya itu. Mayra memang sedikit risih dengan semua sikap Tara. Lebih baik Tara seperti dulu yang selalu masa bodoh terhadapnya daripada seperti saat ini, Tara yang sedang menatapnya tajam karena lagi-lagi menghindari untuk menjawab semua pertanyaan yang menyakitkan itu. Mayra rasa, rasa khawatir itu tidak lebih dari rasa kasihan terhadapnya, mungkin jika Tara tidak melihat luka di sepanjang lengannya, Tara tetaplah seperti Tara yang dulu.

“Udah deh, Ra. Gue bosen dengerin pertanyaan lo yang itu melulu. Coba tanya yang lain deh.” Ia mengetuk dagunya dengan jarinya. “Nih ya, gue kasi contoh pertanyaan yang bermutu.”

“Mayra sayangku, ratuku, pujaan hatiku yang cantik jelita. Kapan kita bisa hidup bahagia bersama?” ujarnya dengan penuh drama.

Tara tersenyum mengejek. “Lo emang biasa ya, May?”

“Biasa apa?”

“Biasa mimpi dengan mata terbuka,” jawab Tara dengan membesarkan kedua matanya dengan kedua tangannya.

Mayra mendelik tak suka. “Syirik aja lo. Lagian ‘kan terserah gue mau ngehayal gimana. Siapa tau jadi kenyataan,” jawab Mayra sembari mengambil penghapus dan menggosokkannya pada tulisan pen.

“Sebenarnya bisa aja sih itu jadi kenyataan di suatu saat nanti. Tapi, setelah gue tahu lo segoblok itu, gue gak mungkin ungkapin kata-kata itu ke lo.” Mayra memandangi Tara dan terlihatlah olehnya mata itu sedang memandangi tangannya. Ia pun ikut memandangi tangannya, lalu terkekeh malu menyadari kebodohannya sendiri.

“Gue ngaku deh, gue goblok ... hahahahaha.”

*♡*

Mereka berempat sedang menikmati waktu istirahat mereka. Empat orang itu tak lain dan tak bukan adalah Tara dan kedua sahabatnya, ditambah dengan Mayra. Sedang asik mengobrol, tiba-tiba musuh bebuyutan Mayra datang menghampiri meja mereka.

“Hai kakak-kakakku. Gak lupa ‘kan nanti malam?” Mereka berempat bingung, memangnya ada apa dengan nanti malam? Dan akhirnya mereka tetap fokus pada makanan masing-masing.

Rena merasa kesal karena tidak dipedulikan oleh kakak kelasnya itu. “Kak Tara, jangan lupa ya nanti malam. Aku tunggu lho, jangan sampai gak datang.”

“Memangnya nanti malam ada apaan?” tanya Tara.

“IHHH kakak lupa ya, hari ini acara ulang tahun aku,” jawabnya kesal. Kemudian dia mengatur emosinya kembali, karena ia yakin Tara hanya pura-pura lupa dan Tara pasti sudah menyiapkan kejutan dan hadiah untuknya nanti.

“Ooooohhh,” seru mereka serempak. Tapi kembali fokus mengisi perut.

Setelah emosinya mereda, ia melanjutkan pembicaraanya untuk menyampaikan informasi ulang tahunnya. “Btw, kalian semua harus datang ya, dan ... siapapun yang datang ke acara aku harus membawa pasangan,” ujarnya licik.

“Kak Tara, mama suruh Kakak datang jadi pendamping aku.” Mama Rena memang sengaja menyuruh Tara untuk menjadi pasangan anaknya, tentu saja karena ia mau Rena mendapatkan cintanya. Dipikir-pikir, keluarga Tara juga orang terpandang dan terbilang orang kaya.

“Gue gak bisa.” Tara pastilah tidak mau. Ia tak sebodoh itu dengan tak menyadari Rena yang menyukainya. Dan dia juga tidak mau memberikan harapan pada Rena karena sudah jelas ia akan memperjuangkan cintanya pada Mayra.

Tak Pernah Berpaling (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now