Epilogue🍃

2.5K 211 37
                                    

Sudah masuk tahun baru, dan saat ini aku sedang duduk manis di depan laptop, mengerjakan tugasku sebagai pelatih dance, yaitu melihat koreografi anak-anak yang akhir tahun lalu sudah tampil di jalanan Seoul.

Akhir Desember lalu, aku memutuskan untuk mengambil penilaian di ibukota, agar anak-anak juga lebih fresh saja.

Tok tok.

"Ya?" jawabku masih setia duduk di meja kerja. Memang, aku sudah membeli sebuah meja kerja untuk di rumah, agar pekerjaanku bisa kukerjakan dimana saja.

"Darren, ayo makan, udah malem" ucap ibuku membuka kenop pintu.

"Iya sebentar lagi aku turun"

Ibuku hanya mengangguk setuju, lantas menutup kembali pintu kamar.

Satu jam kemudian, aku turun menuju ruang makan.

Ternyata ruang makan sudah kosong, ibu dan ayahku sudah berada di ruang keluarga.

"Eh, Darren udah turun, mau mama ambilin?" tepat saat aku berjalan menuju rak piring, ibuku sadar ada aku di ruang makan.

"Nggak usah, aku bisa kok" balasku sembari mengambil piring di rak.

prang.

"Astaga!" jeritku panik, bersamaan dengan ibuku yang langsung berdiri menghampiriku.

Sial, aku memecahkan piring. Parahnya lagi tanganku teriris oleh pecahan piring.

"Yaampun Darren! Kamu nggak apa-apa? Lee! Ini tolong kamu bersihin, aku obatin Darren dulu" ucap ibuku sembari membawaku ke ruang keluarga, untuk mengobati tanganku yang terkena pecahan piring. Kotak first aid di rumah kami memang terletak di bawah televisi ruang keluarga.

Sampai disana, aku langsung duduk di sofa tengah, sedang ibuku mengambil kotaknya.

"Kok nggak ada ya?" gumamnya yang masih bisa kudengar.  "Mama beliin dulu, kamu disini sama papa"

Aku hanya mengangguk kecil, karena luka di tanganku masih sedikit perih.

Televisi di ruang keluarga belum di matikan, jadi aku bisa menunggu ibuku sembari menonton acara televisi. Aku terus mengganti-ganti channel televisi, hingga berhenti di sebuah berita. Berita yang sangat membuatku terkejut.

"Hingga saat ini, perusahaan Xingsheng masih terus di selidiki, dan belum ada kabar selanjutnya mengenai penggeledahan dari kepolisian— " pip.

Buru-buru aku mematikan televisi kemudian berlari ke kamar, dan mengambil ponsel serta tas dan jaket, sembari menggunakannya.

Setelah memakainya aku segera berlari keluar rumah.

"Darren! Mau kemana?!" teriak ayahku dari dalam, saat melihatku yang terburu-buru keluar dari rumah.

"Ada urusan mendadak! Aku pamit! Oh ya pa, aku udah pakai plester, jadi aman lukanya!" ucapku dengan berlari kencang mencari taksi.

Untungnya aku mendapat taksi dengan cepat. Tanpa menunggu lebih lama lagi, taksi berjalan membelah padatnya jalanan Incheon.

Setelah perjalanan sekitar lima belas menit, aku sampai di gedung SM. Ya, tujuanku adalah gedung yang telah lama ku tinggalkan ini.

Au berlari menuju pintu lobi, setelah membayar argo taksi. Namun, belum selesai aku melangkahkan kaki ke dalam, seseorang menarikku cepat, dan membawaku menjauhi gedung SM.

"Lepas! Siapa ka— " ucapanku terhenti setelah dia menghentikan langkahnya dan menghadap ke belakang sembari dengan tiba-tiba memelukku erat.

"Aku kangen kamu" ucapnya tanpa melonggarkan sedikitpun pelukannya dariku.

Fate | Winwin✔Where stories live. Discover now