'Problem'

13.6K 588 34
                                    


(Mohon maaf sebelumnya, baru sempat next, karena pekerjaan yang tak bisa ditunda, selamat membaca 🙏)

Pov. Devan

Kami menelusuri lantai Bandara Internasional heathrow London, dengan bergandengan tangan.

Bandara ini sekilas seperti shopping mall karena banyaknya toko-toko dan restoran yang tersebar d bandara ini, namun masih seperti bandara besar. Menyediakan tempat ibadah untuk anglikan, katolik, muslim, hindu, yahudi, sikh dan gereja, bebas di setiap terminal.

Setelah menemukan mushola, kami memutuskan untuk sholat terlebih dahulu, sebelum melanjutkan perjalanan.

***

"Sudah, sholatnya sayang?" tanyaku.

"Sudah, sayang. Sekarang kita kemana?"

"Kita akan naik Heathrow Express, karena ini merupakan cara tercepat untuk sampai ke pusat London, tepatnya ke Paddington Station. Inggrid akan menjemput kita di sana."

Paddington Station di London berada dekat dengan Hyde Park dan Oxford Street. Kereta non-stop yang berangkat setiap 15 menit dengan lama perjalanan 15 menit ini merupakan kereta modern, nyaman, dan memiliki beragam fasilitas seperti televisi, wifi gratis, dan tempat bagasi yang luas.

Krining-krining..!
Suara ponsel di sakuku berbunyi.

"Assalamualaikum," ucapku, sambil membenahi posisi handsfree ditelingaku.

"Oh, oke. Sebentar lagi kami sampai. Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh."

"Siapa, sayang?" tanya Nabil.

"Inggrid, dia hampir sampai di Paddington."

"Oh ...." jawabnya datar.

"Kenapa, sayang?"

"Aku malu, Devan."

"Lho, malu kenapa?"

"Aku malu ketemu Inggrid, jelas-jelas kemarin aku jutek sama dia, aku cemburu. Aku kira ... dia mantan pacarmu."

Aku tersenyum.

"Inggrid itu sebenarnya anak yang baik, jangan sungkan untuk mengobrol dengannya, sayang. Lupakan saja kejadian kemarin, ya!" pintaku.

Tak ada jawaban dari Nabil, aku hafal betul sifat dia.
Saat ini, pasti hatinya dag-dig-dug tak karuan, merasa bersalah kepada Inggrid, atas kesalahpahaman yang terjadi di mall, beberapa hari yang lalu.

"Jika kamu merasa salah, jangan malu untuk meminta maaf. Inggrid pasti memahami itu, percaya padaku." ucapku, mencoba menenangkan hati istriku.

Akhirnya kami sampai di Paddington station, setelah kurang lebih lima belas menit kami melakukan perjalanan menaiki Heathrow Express.

Terlihat seorang gadis dengan jilbab simple di kepalanya melambaikan tangan ke arah kami.

'Apa itu ... Inggrid?'

Dia semakin mendekat, dan ....

"Hai, Mas! Koq melongo?"

"Eh, anu ... ini beneran kamu?"

"Thats right! Kenapa memang? Hey! Assalamualaikum, Mbak, apa kabar?"

Ya! Gadis berjilbab simple itu ternyata memang benar, dia adalah Inggrid, sepupuku.

'Maa SyaaAllah, apakah hidayah telah menyapanya?'

Aku sempat tak mengenali wajahnya, karena balutan jilbab itu memancarkan aura yang berbeda pada wajah Inggrid.

Pacaran setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang