'KAULAH CINTAKU'

36.3K 1.3K 18
                                    


Pov. Devan

'Aku terkejut melihat sekilas wajah itu.
Tawanya, suaranya, apakah mungkin kau ini ....'

"Dev? Kenapa? Koq tiba-tiba diam?"
Suara itu membuyarkan lamunan ku.

"Ah tidak, Nabil. Aku masih tak percaya bahwa kau ternyata istriku sekarang"

"Memangnya kenapa, Dev? Apa lagi-lagi ... kau mengingatnya? Kau pasti berharap jika yang duduk di depanmu saat ini adalah wanita itu?"

'tak tahu harus ku jawab apa, yang jelas ... aku tak pandai berbohong tentang perasaanku. Terlebih kepada istriku sendiri, lebih baik aku diam'

"Dev? Koq diam lagi? Sudahlah! Tak perlu kau jelaskan apapun, aku sudah hafal perasaanmu! Terimakasih makan malamnya, Devan!"

'akh! Aku telah merusak moment romantis kami.
Nabil pergi dengan derap langkah yang semakin cepat dan sedikit berlari.
Lagi-lagi ... ia menangis karenaku, dan aku hanya bisa membiarkannya semakin jauh ... dan menghilang.
Bodoh! Sungguh bodohnya aku!
Maafkan aku yg tak berguna ....!

*

"Assalamualaikum,"
Aku menghampiri Nabil, yang sudah berbaring di kamar.

"Waalaikumsalam ..."
Nabil menjawab salamku dengan datar.

"Kau Sudah makan?"

Gadis itu hanya mengangguk.

"Maafkan aku, kau mau apa? Bicaralah, jangan diam seperti itu. Aku tak bisa baik-baik saja jika kau diamkan seperti ini. Apa yang harus ku lakukan?"
Dia masih tak bergeming.

"Besok kita ke pantai yuk!"
Ku coba membujuk dia agar mau berbicara denganku.

"Biarkan aku istirahat', Devan"

"Ya, baiklah ... tapi jawab dulu, kau besok mau ke pantai mana? Suluban? Blue point? Padang-padang? Green bowl? Balangan? Dreamland? Pandawa? Bingin? Jimbaran? Ungasan? Sanur? Kuta? Seminyak? Atau---"

"Aku ingin ke pantai Nyang-nyang"

'Gadis itu mulai beranjak dari tempat tidur, dan duduk menghadap jendela kamar, memandangi pantai berpasir putih dari ketinggian.
Yes! Aku berhasil'

"Pantai Nyang-nyang? Kau yakin?"

"Ya, aku sangat ingin melihat keindahan pantai yang telah dinobatkan CNN travel internasional sebagai salah satu pantai terbaik di dunia, surganya Bali"

"Tapi Nabil, Pantai Nyang Nyang berada di balik bukit, perlu usaha ekstra dan stamina fit untuk sampai ke bibir pantai. Kau benar-benar yakin?"

"Ayolah, Devan ...! Aku sudah terbiasa berjalan kaki jauh, menerjal batu karang, menaiki gunung, sering ku lakukan bersama teman-teman kuliahku."

"Benarkah? Hm ... baiklah! Kita akan ke sana. Akupun sudah lama tak menyalurkan hobby fotografi-ku. Tapi ada syaratnya"

"Apa syaratnya?"

"Syaratnya ... jangan ngambek lagi, ya!"
Pintaku.

Nabil mengangguk. Terlihat dari sorot matanya, ia tersenyum.

'Terimakasih, Tuhan. Kau telah kembalikan lagi senyum indah itu ....'

***

Pagi telah tiba.
Sang Surya telah menampakkan sinarnya meski masih malu-malu.
Semilir angin pantai terasa amatlah sejuk.

Kulihat Nabil sangat ceria dan berantusias.

"Selamat pagi, Nona!"
Candaku

"Pagi juga, tuan! Kita sarapan bareng, yuk!"
Ajaknya, masih dengan aura mata yang berbinar, indah sekali.

"Tunggu sebentar, aku setting kameraku dulu, ya! Biar nanti pergi semuanya sudah siap"

"Kau hobi foto? Sejak kapan?"

"Sejak masih sekolah"

"Oya? Biar ku tebak! Kau pasti suka curi-curi foto dia? Ya kaaaaaaaaaaaaaaannnn ...?"
Nabil mengajakku bercanda.

Aku tertawa. Beruntung aku mempunyai istri sepertimu, Nabil.

"Devan ..."

"Ya ...?"

"Boleh aku tahu sesuatu ...?"

"Kau ingin tahu apa ...?"

"Tapi kau jangan marah"

"In Syaa Allah,"

"Janji dulu!"

"Iya, aku janji"

"Wanita yang kau cintai itu ... siapa?"

"Mengapa kau tanyakan itu?"

"Jawablah! Hati kecilku sangat ingin tahu, Devan!"

"Kemarilah, duduk di sampingku! Akan ku beri tahu sesuatu"
Aku menepuk-nepuk bibir kasur, tempat ku duduk sembari mensetting kameraku tadi.

"Kau seperti paranormal,"

"Maksudmu?" Gadis cantik itu mendekat dan duduk di sampingku.

"Yang kau katakan barusan itu benar. Aku sering mencuri-curi foto dia, mengendap-endap, memotret dari kejauhan. Hampir semua foto di dalam kamera ini adalah foto dia. Kau ingin melihatnya?"
Tanyaku.

"Aku ingin. Tapi aku belum siap, Devan. Aku takut patah hati"

"Nabil ... apa kau telah mencintaiku?"

"Entahlah, menurutmu?"
Kami tak bergeming sesaat.

"Aku merasakan ada sesuatu pada diriku. aku selalu cemburu jika kau bercerita tentangnya padaku. Hatiku sangat sakit."
Mata indah itu menatapku dengan dalam. Ia mengungkapkan isi hatinya kepadaku, wajahnya sangat dekat dengan wajahku, kami berhadapan.
Aku tak ingin berpaling dari pandangannya, ku balas tatapan Nabil, ku perhatikan perlahan.
Mata indah itu ... garis hidung itu ... bulu mata yang lentik itu ... sangat mirip sekali!
Ku alihkan sekejap pandanganku ke layar kamera, ku bandingkan beberapa kali ....
Mungkinkah benar, wanita bercadar yang telah menjadi istriku saat ini ialah ...

---- Bersambung ----

Pacaran setelah MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang