33. Sudah Terlalu Lama Menunda

27.2K 1.8K 113
                                    

33. Sudah Terlalu Lama Menunda

Tinggal tersisa hari ini dan nanti malam Ilyas akan pulang. Malaika sudah mengucapkan selamat ulang tahun dan banyak do'a untuknya tadi pagi. Wanita itu sangat menunggu kepulangannya, dan Ilyas akan pulang. Berkali-kali ia suruh Rafli memeriksa jadwalnya. Memang benar Ilyas dijadwalkan untuk bisa pulang hari ini. Ilyas menghela napas lega. Tentu saja ia merasa sangat senang. Ia sangat merindukan istrinya di rumah.

Tiba-tiba, Ilyas teringat dengan sikap buruknya di awal-awal pernikahan mereka. Ilyas merasa malu. Bagaimana bisa ia sejahat itu pada wanita sebaik Malaika? Bodoh sekali. Dirinya memang dikenal tidak punya hati. Namun Ilyas tidak menyangka kalau hatinya benar-benar bisa setega itu. Sekarang, Ilyas benar-benar ingin memperbaiki segalanya. Ia ingin menjadi pasangan dan suami yang baik untuk Malaika. Sesampainya di rumah nanti, ia akan meminta maaf atas segala sikap buruknya selama ini pada Malaika. Meski Ilyas sangat yakin kalau Malaika sudah memaafkannya. Wanita itu bagai malaikat di dalam hidupnya.

Malaika tidak pernah mempermasalahkan jarak usia mereka yang terpaut jauh. Wanita itu bahkan dapat mencintainya lebih dulu saat Ilyas masih dengan sikap kejamnya. Kadang Ilyas heran, apa yang membuat Malaika mencintainya saat perlakuannya masih begitu buruk? Bagaimana bisa seseorang mencintai perlakuan buruk seseorang? Entahlah, Ilyas tidak pernah belajar mengenai itu. Namun Malaika bisa mempraktekannya dengan baik.

"Atur jadwal penerbanganku malam ini. Saat semuanya selesai, aku ingin segera pulang."

"Maaf Pak, saya baru mendapat telfon dari Pak Hans."

"Ada apa?"

"Anda diminta untuk menyusulnya ke London."

Sial.

***

Malam ini, Malaika berusaha untuk menyiapkan dirinya. Bukan hal biasa untuknya memakai baju terbuka di depan seseorang, bahkan termasuk suaminya sendiri. Gaun yang Ilyas berikan hanya mentupi dari bahu sampai mata kaki, kedua tangannya tak bisa tertutupi sama sekali. Malaika akhirnya mengenakan kardigan berlengan panjang miliknya.

Tadinya, Malaika ingin meminta bantuan Rosa untuk mendandaninya, memoles sedikit make up di wajahnya yang tak pernah tersentuh perawatan kecantikan sama sekali. Ya, Malaika tidak pernah berdandan. Semua yang ada di dirinya natural, tak ada yang dibuat dan tak ada yang berusaha untuk lebih dipercantik.

Tapi malam ini ia ingin terlihat berbeda. Ia memoles sedikit liptint yang rasanya manis di bibirnya. Tapi Malaika tetap tidak memakai make up, ia tidak bisa, dan dirinya juga tidak mau merepotkan Rosa untuk datang malam-malam ke apartemen.

Malaika sudah menyiapkan semuanya. Tadi sore ia juga sudah membuat kue ulang tahun untuk Ilyas dan memasak makan malam kesukaan Ilyas. Sekarang ia hanya tinggal menunggu Ilyas pulang.

Malaika membawa ponselnya dari kamar dan ia duduk di kursi meja makan yang sudah tersaji semua yang ia siapkan. Bahkan ada sebuah kado di sana. Ya, Malaika ingat kalau ada satu hal yang tidak Ilyas miliki. Al-Qur'an. Ilyas tidak memiliki Al-Qur'an. Jadi Malaika akan memberikan itu padanya.

Malaika terkejut ketika melihat ponselnya ternyata tak menyala. Pantas saja ia tidak mendapat telfon atau pesan dari Ilyas. Ia pun lekas menyalakan ponselnya. Begitu banyak pesan Ilyas yang masuk dan beberapa panggilan tak terjawab. Malaika tersenyum sebelum membuka pesannya. Tapi kemudian, matanya dibuat terbuka lebar ketika melihat satu pesan yang Ilyas kirimkan tadi sore.

Malaika, aku tidak bisa pulang hari ini. Ayah memintaku untuk pergi ke London.

Rasanya Malaika ingin menangis. Lalu bagaimana dengan semua persiapannya ini?

The Perfect Wife For IlyasDove le storie prendono vita. Scoprilo ora