16. Perasaan Ilyas

28.4K 2.4K 121
                                    

16. Perasaan Ilyas

Beberapa hari ini, Malaika perhatikan kalau Ilyas memiliki kebiasaan baru. Ilyas selalu pulang untuk makan siang dan makan malam. Ia juga tidak lagi pulang sampai lewat tengah malam. Kebiasaan itu tentu membuat Malaika senang. Hari-harinya kini selalu dihiasi dengan senyuman. Ilyas juga tidak mengatainya lagi, meski sesekali ia memang sering terlihat kesal pada Malaika karena kecerewetannya.

Hanya saja, Ilyas masih susah kalau disuruh shalat. Ia masih mementingkan dunia daripada akhirat. Masih mementingkan pekerjaan daripada shalat.

Kali ini, di meja makan ketika menikmati makan siang, Malaika membuka percakapan setelah memberikan piring berisi makanan kepada Ilyas. Oh iya, karena Ilyas selalu pulang saat siang, Malaika jadi selalu menutup tokonya dan ikut pulang ke rumah. Setelah Ilyas berangkat, barulah Malaika berangkat kembali ke tokonya.

"Mas harusnya bawa bekal saja. Jadi tidak perlu bolak-balik saat makan siang," kata Malaika, karena Ilyas selalu menolak ketika ia membawakannya bekal. Ilyas bilang seperti anak TK.

"Saya sudah bahas ini, Malaika."

"Mas tidak akan terlihat seperti anak TK." Malaika meyakinkan.

"Tetap saja, memalukan."

"Memang ada yang berani menertawai Mas Ilyas?" Malaika tidak yakin kalau sampai ada yang berani menertawai Ilyas.

"Kalau pun ada, siap-siap untuk saya pecat."

Tuh, kan! Ilyas memang menyeramkan.

"Kalau begitu, kenapa malu? Kan tidak ada yang berani tertawa."

Ilyas menghela napasnya. Haruskah ia berkata kalau alasannya pulang adalah untuk makan bersama Malaika?!

"Berhenti bicara, Malaika! Saya mau makan."

Sayangnya gengsi Ilyas berada jauh di ketinggian langit ke tujuh.

"Maaf, Mas."

Malaika pun fokus untuk makan. Ia sadar kalau dirinya memang agak cerewet. Namun apa salahnya memberi saran? Ia hanya tidak mau Ilyas bolak-balik untuk makan siang dan makan malam ke rumah.

Tapi, jika Malaika tahu alasannya, pasti wanita itu akan sangat bahagia. Karena alasan Ilyas pulang adalah dirinya. Tapi mengapa? Apakah Ilyas sudah mencintai Malaika? Ilyas sendiri tidak tahu jawaban pastinya. Yang jelas, ia ingin menemani Malaika makan siang dan makan malam. Karena selama ini, Ilyas hanya bisa memperhatikan Malaika lewat cctv yang ia pasang. Wanita ini tampak kesepian. Padahal harusnya, diusianya yang masih begitu muda, Malaika masih duduk di bangku kuliah dan bersenang-senang dengan temannya.

Tapi karena tahu apa yang diderita Malaika selama hidupnya, Ilyas tak yakin Malaika akan mengalami kesenangan dalam hidup meski tidak menikah dengannya. Malaika pasti akan menjadi wanita pekerja keras yang tidak akan membuang waktunya untuk kesenangan pribadi.

"Malaika?"

"Ya?"

"Apa kamu tidak punya teman?"

Malaika bingung mengapa tiba-tiba Ilyas bertanya seperti itu. "Punya. Tapi saya sudah tidak tahu bagaimana kabar mereka karena tidak lama setelah lulus sekolah, saya pindah dari rumah dan tidak punya handphone."

Pantas saja Malaika tidak pernah pergi keluar bersama teman-temannya.

"Sekarang kamu sudah punya handphone, kenapa tidak mencari teman-temanmu di sosial media?"

Malaika menggeleng. "Saya tidak punya sosial media."

Ilyas terkejut. "Astaga, kamu ini remaja zaman apa?"

"Sosial media terlalu banyak membuang waktu, Mas. Saya tidak punya waktu."

"Itu dulu. Sekarang kamu sudah punya banyak waktu."

Malaika menggeleng. "Nanti saya lalai."

Ilyas tidak berkata apa-apa lagi. Memang dasarnya saja Malaika tidak mau memiliki akun sosmed. Tapi itu hal yang baik, meski agak ketinggalan zaman.

"Memang Mas punya akun sosial media?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Saya tidak punya waktu."

Malaika terkekeh.

"Kenapa tertawa?"

"Mas mencontek jawaban saya."

Astaga, Ilyas kira apa. Lagipula dia tidak mencontek jawaban Malaika. memang dirinya tidak punya waktu untuk bermain sosial media. Namun, kepolosan Malaika barusan, membuat Ilyas ikut tersenyum.

Pada dasarnya, Ilyas tidak memiliki alasan untuk membenci Malaika. Semua yang dilakukan Malaika adalah kebaikan dan ketulusan. Hanya manusia bodoh yang menganggap semua itu adalah kejahatan. Dan Ilyas sadar kalau dirinya lah manusia bodoh itu.

***

Hari silih berganti. Ilyas semakin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memikirkan Malaika. Ia selalu ingin tahu apa yang wanita itu lakukan setiap hari meski yang dilakukannya hanyalah rutinitas yang sudah sangat Ilyas hapal.

Pagi hari, Malaika membangunkannya untuk shalat subuh. Membuatkan sarapan lalu izin pergi ke toko sebelum dirinya berangkat kerja. Sebelum berangkat ke toko bunga, Malaika selalu membersihkan apartemen. Di toko, Malaika menyambut semua pelanggannya dengan senyuman ramah yang sudah terekam jelas dalam ingatan Ilyas. Malaika menutup toko jam setengah empat sore. Saat di perjalanan pulang, terkadang ia pergi ke rumah sakit atau ke rumah yang ditinggali adik-adiknya. Jam setengah lima ia sudah di apartemen dan memasak makan malam. Jam setengah tujuh Malaika makan malam bersama dirinya. Ilyas sudah hapal.

Seperti tidak ada waktu bagi Malaika untuk bersenang-senang. Wanita itu tidak pernah pergi membeli pakaian baru, tidak ke salon, tidak ke bioskop, dan tidak melakukan hal yang dilakukan wanita seumurannya, yakni memanjakan diri. Malaika hanya melakukan rutinitasnya itu setiap hari. Tidak ada yang berubah. Kecuali di hari libur. Wanita itu tidak pergi ke toko. Malaika selalu menemani dirinya di rumah. Menyiapkan segala kebutuhannya. Seakan memang itu lah yang ia harus lakukan kalau ada Ilyas di rumah.

Tapi hari ini, Malaika yang baru saja keluar dari kamarnya terlihat sudah rapih. Ilyas memperhatikan wanita tersebut sampai ia duduk di salah satu sofa di ruang tengah.

"Mas, saya mau minta izin?"

"Kamu mau pergi ke toko?"

Malaika menggeleng. "Tadi malam saya mimpiin Abi. Jadi hari ini saya mau ziarah ke makam Abi."

Ilyas terdiam. Lalu meletakkan tab yang sedari tadi di pegangnya ke atas meja. Kemudian pria itu berdiri.

Malaika kira Ilyas tidak mengizinkan saat ia lihat langkah pria itu pergi meninggalkannya. Tapi kemudian, Ilyas berucap tanpa Malaika sangka-sangka.

"Saya antar."

Malaika lekas berdiri dengan senyuman penuh kebahagiaan.





❤❤❤

Hmm hmm hmm

Akankah benih benih cinta mulai bertebaran dalam diri Ilyas?

Siap siap, part ini sampai sisa part yang ada, sudah masuk ke tahap baper
Wokwokwok

Yakinlah, setiap badai, pasti akan ada pelangi

Republish
Sabtu, 24 Juli 2021

The Perfect Wife For IlyasOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz