14. Terima Kasih

27.3K 2.4K 116
                                    

Eh eh, kemarennya itu harusnya aku double up yah, tapi aku lupaaaa 😭😭😭

Semoga hari ini bisa, duh ingetin coba 🤧🤧













Tadi malam, Malaika tidak menunggu Ilyas pulang. Ilyas kira, Malaika sudah benar-benar lelah dengannya. Mungkin beberapa hari lagi ia akan menerima berkas yang harus ia tandatangani. Yaitu surat cerai.

Padahal, bukan seperti itu kenyataanya. Malaika memang sakit hati, namun ia belum lelah dengan Ilyas. Alasan Malaika untuk pergi dari Ilyas hanyalah satu, yakni adanya orang ketiga dalam hubungan mereka. Katakan saja kalau Malaika adalah wanita pencemburu, dan tentu Malaika akan dengan cepat mengiyakannya. Ia tidak mau dijadikan yang kedua atau dijadikan salah satunya.

Memang benar seorang pria dibolehkan memiliki beberapa istri. Bahkan Rasulullah pun begitu. Namun, Malaika tidak sanggup. Ia hanya ingin menjadi satu-satunya sekalipun kehadirannya tidak diinginkan oleh suaminya. Yang penting, ia masih menjadi wanita satu-satunya dalam hidup Ilyas.

Pukul tiga malam, Malaika terbangun. Ia ingin melakukan shalat tahajud. Tapi kemudian, ia teringat dengan Ilyas. Apakah suaminya sudah pulang? Apakah dia baik-baik saja? Malaika pun segera keluar dari dalam kamar dan pergi menuju kamar Ilyas. Wanita itu benar-benar tak mengindahkan perintah Ilyas yang memintanya untuk tidak masuk ke dalam kamarnya.

Saat membuka pintu, ternyata Ilyas sudah berbaring di atas ranjangnya. Malaika pun menutup pintunya kembali. Ia takut mengganggu Ilyas saat pria itu sedang tertidur pulas. Nanti saja ia bangunkan saat shalat subuh.

Di akhir shalat tahajudnya. Ia seringkali meminta agar Allah meluluhkan hati Ilyas. Malaika selalu meminta hidayah untuknya juga untuk Ilyas. Malaika berdo'a agar sikap Ilyas berubah padanya. Setidaknya pria itu bisa menjaga tutur katanya yang kadang kelewat pedas.

Setelah menunaikan shalat tahajud dan berdo'a, Malaika tertidur kembali. Padahal biasanya ia akan menunggu adzan subuh dengan membaca buku atau mengerjakan hal lainnya. Namun kali ini, matanya terasa begitu berat. Mungkin akibat menangis tadi pagi.

Jadi Malaika terbangun saat adzan subuh berkumandang. Ia memilih keluar dari kamar dan akan membangunkan Ilyas lebih dulu sebelum shalat subuh. Malaika membuka pintu kamar bercat putih, lalu masuk ke dalam ruangan bernuansa putih. Malaika sekarang sudah tahu kalau Ilyas tidak terlalu suka jika apartemennya gelap. Pria ini juga menyuruh Malaika untuk tetap menyalakan lampu saat malam. Padahal kan harus menghemat listrik. Namun Malaika hanya bisa mengiktui perintah Ilyas.

Saat berjalan mendekati Ilyas yang berbaring di ranjangnya, Malaika mendengar napas Ilyas yang begitu berat, tak seperti biasanya. Malaika mempercepat langkah. Lalu dilihatnya wajah pucat dan ekspresi menahan sakit dari paras Ilyas.

"Astaghfirullah."

Malaika terkejut ketika tangannya menyentuh kening Ilyas. Pria ini demam.

Malaika segera pergi mengambil air putih dan obat penurun demam, lalu kembali ke kamar Ilyas dan duduk di samping pria itu setelah menaruh obat dan airnya di atas nakas.

"Mas, bangun. Minum obat dulu."

Ia berusaha mengangkat kepala Ilyas agar bisa ia letakkan tambahan bantal supaya lebih tinggi. Tapi sepertinya hal itu mengganggu tidur Ilyas sehingga Ilyas membuka sedikit matanya.

"Kamu sedang apa?" Ilyas bertanya dengan suaranya yang tak pernah terdengar selemah ini.

"Mas harus minum obat."

"Tidak perlu. Saya baik-baik saja."

Malaika tidak mendengarkan. Setelah Ilyas setengah terduduk di atas ranjangnya itu, ia mengambil obat dan air putih dari atas nakas.

The Perfect Wife For IlyasOnde histórias criam vida. Descubra agora