2. Yumna Mulai Berhijab

723 30 0
                                    

Aku dibuat terkejut oleh Yumna tadi malam. Setelah Radit datang sebagai anak baru, seminggu kemudian, tepatnya semalam, Yumna mengirim pesan gambar melalui aplikasi WhatsApp. Aku sangat speechless ketika melihat foto selfie Yumna yang menunjukkan dirinya memakai hijab..

Aku turut senang mengetahui niat Yumna untuk mulai berhijab. Tetapi, niatnya itu untuk apa dahulu? Apa untuk ibadah karena Allah atau untuk sekedar mencari perhatian ke seseorang yang kita suka? Bukannya aku sok¹ suci dan sok benar, aku juga tidak bermaksud su'udzan dengan Yumna. Hanya saja, aku takut Yumna salah dengan niatnya tersebut. Jadi, semalam aku menasihatinya dengan baik supaya Yumna tidak tersinggung.

Akan tetapi, bukankah tugas sebagai teman harus mendukung ketika temannya ingin berubah menjadi lebih baik? Ya, betul sekali. Sebagai teman memang harus saling mendukung satu sama lain. Aku sangat mendukung jika Yumna memang bersungguh-sungguh dalam hijrahnya itu.

Aku sendiri pun belum berhijab. Aku ingin berhijab, karena itu kewajibanku sebagai wanita muslimah dan beragama islam. Hanya saja, aku belum siap. Sebenarnya tidak harus menunggu siap. Berhijab itu kewajiban dan merupakan suatu perintah untuk menutup aurat dan harus dilaksanakan. Siap tidak siap, karena kewajibanku, aku harus memakainya. Tetapi, tidak sekarang.

Jangan bilang, karena belum mendapat hidayah atau menunggu hidayah datang menjemput? Tidak. Sama sekali tidak. Aku tidak pernah memiliki pemikiran seperti itu. Entahlah, aku sendiri tidak tahu alasan mengapa aku belum berhijab hingga sekarang meskipun kedua orang tuaku sudah menyuruhnya sejak lama. Aku sendiri pun sudah memiliki keinginan untuk menutup aurat, bahkan sebelum orang tuaku menyuruh.

Walaupun aku belum berhijab. Tetapi, pakaianku selalu serba panjang. Saat ini, aku sedang mencoba memakai rok panjang. Tentu saja tidak ketat, roknya cukup lebar dan tebal, tidak tembus pandang. Biasanya aku pakai rok sekolah panjangnya selutut, bahkan sedikit lebih dari lututku. Namun, sejak masuk kelas 11 aku menggantinya dengan rok sekolah yang panjang. Perlahan-lahan aku akan seperti Yumna.

Sesampainya di kelas. Aku melihat seorang perempuan berkerudung duduk dibangku Yumna. Kukira dia itu anak baru, ternyata bukan. Saat dia mengangkat wajahnya, aku pun ternganga dibuatnya. Aku kira, Yumna tidak akan berhijab saat ke sekolah dan hanya omongan bercanda semalam, ternyata dia benar-benar memakai hijab ke sekolah.

"Yumna, masya Allah." Aku berseru sambil menutup mulutku. "Cantik." Aku memujinya karena Yumna memang terlihat sangat cantik ketika mengenakan hijab. Intinya, aku berkata jujur.

"Enggak usah ngeledek, ya?" katanya memberi peringatan. Aku tertawa kecil. Tentu saja aku tidak akan mencemoohnya. Toh, Yumna melakukan yang diperintahkan oleh-Nya.

Aku duduk dibangkuku. Melepaskan tali tas yang ada di kedua pundakku agar aku lebih leluasa bergerak. "Gue mau nanya, boleh?"

"Boleh aja. Mau nanya apa?"

"Niat lo pakai hijab karena apa?" Aku menatap Yumna dengan lekat.

"Kan, semalam gue udah bilang, karena Allah, Rahma. Lo lupa atau gimana, sih? Padahal, semalam lo habis ceramah panjang lebar." katanya. Aku hanya bisa nyengir.  "Insya Allah, mulai hari ini gue mau berhijab," katanya lagi. "Bismillah, semoga gue bisa terus mengenakan hijab, ya? Biasanya, semua yang di awali dengan basmalah, pasti akan dilancarkan, bukan?"

Aku mengangguk. "Iya, insya Allah."

Tidak lama kemudian Radit masuk ke dalam kelas dengan wajah datar dan sedikit mengulas senyum sembari memberi salam. Aku, Yumna, dan beberapa teman yang ada di kelas menjawab salamnya. Dia pun duduk di bangkunya. Aku melirik ke arah Yumna yang masih melihat Radit. Saat Radit menatap ke arah kami, Yumna langsung mengalihkan pandangan. Begitu juga dengan aku.

Bersanding DenganmuOnde histórias criam vida. Descubra agora