prolog

22.5K 406 4
                                    

Namaku Arista Mutia Asmoro. Aku merupakan anak sulung dari pasangan Niko Asmoro dan Ratih Asmoro. Aku memiliki dua orang adik kembar yang  bernama Amanda dan Aninda, keduanya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Akhir dari kisah perjuanganku selama duduk di bangku kelas 3 SMA akan berakhir pada hari ini, yaitu hari terakhir dalam pelaksanaan ujian nasional untuk seluruh siswa SMA di Indonesia. Tentu saja hari ini adalah hari yang sangat ku tunggu, karena sebentar lagi aku akan menjadi seorang mahasiswa. Untuk membayangkannya saja aku sudah sangat senang, bagaimana jika terjadi sungguhan? hmm..

Kebahagiaanku seolah sirna seketika, saat kedatanganku di rumah langsung disambut dengan obrolan kedua orang tuaku yang langsung mendownkan mood ku.

Mereka akan menjodohkanku!!

Tentu saja hal ini sangat gila! Aku baru saja menyelesaikan ujianku, bagaimana bisa aku langsung dihadapkan dengan situasi seperti ini? Ya tuhan, bantu aku untuk menghilang dari kenyataan ini! Aku benar-benar membencinya.

Bisakah aku untuk menolaknya? Tapi tunggu, apakah calonku itu adalah cogan? Jika cogan, mungkin aku bisa menerimanya. Astaga, sadarlah! Ini bukanlah perihal main-main! Ini perihal membina rumah tangga yang akan terjalin seumur hidup, bukan seperti memilih warna crayon untuk gambar anak tk.

Papaku telah menceritakan semuanya, dari A hingga Z. Jika aku menolak perjodohan ini, perusahaan keluargaku akan berada di ambang kebangkrutan, karena keluarga calon besannya itu merupakan atasan sekaligus teman dekatnya.

Kenapa ini sangat tidak adil? Kenapa harus aku? Kenapa bukan Amanda atau Aninda saja?

Oke lupakan, kembali ke topik!

Nama pria yang akan menjadi suamiku adalah Wisnu Atalla, usianya tiga puluh tahun.

Mendengar usianya saja sudah berhasil membuatku membeku di tempat. Aku? Akan menikah dengan pria yang usianya selisih dua belas tahun denganku? Tidak mungkin aku menikah dengan om om, aku tidak mau!

Aku membayangkan bahwa pria itu adalah pria yang sudah beruban, memiliki perut buncit, serta wajah yang mulai keriput. Dan aku, akan menjadi istrinya? Oh tidak, ini menggelikan.

Bagaimana jika ada orang yang mengatakan bahwa aku adalah perempuan lonte simpanan om om?
Bagaimana jika ada orang yang menganggapku sebagai perempuan matre yang hanya mengincar uang om om?
Atau, bagaimana jika ada orang yang beranggapan bahwa aku menikah muda karena hamil di luar nikah?

Oh tidak, membayangkannya saja sudah berhasil membuat sekujur tubuhku lemas.

Baiklah, aku akan mencobanya.

Dengan perasaan bimbang, akhirnya aku menerima ajakan papa untuk bertemu dengan keluarga calon suamiku. Aku memiliki tekad untuk menjadi gadis tomboy di depan semua orang, agar pria itu dan keluarganya tidak menyukaiku dan membatalkan perjodohan ini. Fiks, ini adalah ide bagus.

Namun setelah aku bertemu dengan pria itu, dia sama sekali tak merasa ilfil padaku, padahal aku sudah bersikap seperti gadis yang benar-benar tomboy. Apa dia tahu bahwa aku hanya berakting di depannya?

Dan satu lagi, alangkah terkejutnya aku karena pria itu sama sekali tak menunjukkan bahwa dia telah berkepala tiga.

Dia sangat tampan, layaknya bintang hollywood. Tubuhnya tegap, tinggi dan tidak ada rambut beruban. Perutnya tak menunjukkan tanda-tanda perut buncit, malah roti sobek yang terpampang jelas di balik jas dan kemeja hitamnya itu.

Cogan ini akan jadi suamiku? Jika seperti ini, aku tidak akan menolaknya. hmm

Aku pikir dia adalah pria yang berwibawa, penyabar, dan lemah lembut. Ternyata dugaanku salah! Dia sangat sombong, cemburuan, dan selalu merasa paling benar. Itulah sifat aslinya, setelah aku mengenalnya lebih dalam.

*****

.


.
.
.
.

Prolog selesai.

Lanjut? Vote koment yuk

Semoga kalian suka, karena ini cerita pertamaku.
.
.
.
.
.
29 juli 2019






Married With Om OmWhere stories live. Discover now