24. Kesalahan

339 23 1
                                    

"Tolong ikuti mobil itu ya pak!"

Karena merasa ada yang janggal, Arista memutuskan untuk mengikuti kepergian suaminya dengan menggunakan taksi. Dia tidak mau berada sendirian di rumah dengan hati dan pikiran yang tidak tenang. Dia ingin membuktikan bahwa semuanya tidak seperti apa yang ia pikirkan.

Setelah beberapa menit, akhirnya mobil Wisnu berhenti di sebuah coffe shop. Arista pun mengikuti langkah Wisnu dengan hati-hati. Jika diingat-ingat, sepertinya coffe shop ini tidak asing bagi Arista. Ah dia ingat! Dia sering datang ke sini ketika masih SMA, dan tentu saja dia tidak datang sendiri, melainkan selalu bersama Risa. Kita lihat saja, siapa yang disebut Wisnu sebagai klien tadi.

Wisnu duduk sendirian di salah satu bangku. Sepertinya, dia sedang menunggu seseorang. Arista memerhatikan setiap gerak-gerik Wisnu dari tempat yang aman. Percayalah, Arista tidak pernah seperti ini sebelumnya. Selama ini, Arista selalu percaya pada Wisnu dan yakin bahwa suaminya itu adalah laki-laki yang setia. Tapi entah mengapa perasaannya sekarang dipenuhi dengan kecurigaan. Kejadian yang ia alami akhir-akhir ini seperti teka-teki yang harus ia pecahkan secepatnya, jika tidak maka hati dan pikirannya tidak tenang.

Selang beberapa waktu, seorang perempuan datang menghampiri Wisnu. Perempuan itu duduk di hadapan Wisnu dan berbincang serius dengannya. Seketika Arista menjadi lemas dan berkaca-kaca.

"Apakah yang kulihat sekarang ini benar?"

Itu Risa!

Teka-teki sudah terjawab. Semua pikiran buruk Arista, ternyata menjadi kenyataan. Apa yang sebenarnya terjadi?

Tubuh Arista lunglai, dia berjalan keluar gedung dengan tatapan sayu. Entah apa yang akan dilakukannya setelah ini. Apa dia harus pulang ke rumah orang tuanya?

Arista mencegat taksi dan memutuskan pergi menuju rumah orang tuanya. Mungkin dengan begini, dia sedikit bisa menahan rasa sakit atas apa yang barusan ia saksikan.

Di tempat lain, Wisnu dan Risa duduk berhadapan dengan wajah yang serius. Sebenarnya, Risa datang ke tempat ini bukan untuk menemui Wisnu, tetapi untuk menemui orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya ini. Mengapa malah suami sahabatnya yang ada di sini?

"Kenapa om ada di sini?" tanya Risa tak mengerti.

Setelah dipikir-pikir, Risa memutuskan untuk menemui laki-laki yang meneleponnya semalam dan berniat menceritakan semua yang dialaminya. Tadi pagi, Risa sengaja mengirimkan pesan pada laki-laki itu. Pesan itu berisi alamat coffe shop dan nomor meja yang akan dijadikan tempat untuk bertemu. Tapi setelah sampai di tempat, Risa malah mendapati suami sahabatnya tengah duduk di kursi yang sudah ia pesan.

Wisnu mengangkat kepala yang sebelumnya tertunduk.

"Sebelumnya, saya minta maaf atas sesuatu yang terjadi padamu"

"Maksud om?" Risa mengernyitkan keningnya. Dia mencoba mencerna perkataan Wisnu, tapi ternyata tetap tidak bisa ia pahami.

"Saya bertanggungjawab atas kehamilanmu"

"M-maksud om? Aku sama sekali gak ngerti" Risa terkejut bukan main. Wisnu tahu tentang kehamilannya? Hmm tapi bisa saja dia tahu dari Arista. Tapi yang membuatnya sangat bingung adalah, apa maksud dari kalimat "Saya bertanggungjawab atas kehamilanmu"?

Tidak, tidak mungkin Risa melakukan hal itu dengan suami sahabatnya sendiri.

Meskipun pada malam itu dirinya mabuk, tapi dia sangat yakin bahwa laki-laki yang sedang bersamanya bukanlah Wisnu.

Risa tidak ingat betul apa yang terjadi padanya malam itu. Yang dia ingat, laki-laki yang bersamanya saat itu selalu menyebut nama Arista Mutia Asmoro, sehingga dia menyimpulkan bahwa laki-laki itu mengenal dan mencintai Arista. Sejak tubuhnya tak berdaya, pengelihatannya pun menjadi tidak jelas. Sehingga dia tidak tahu pasti apa yang terjadi padanya.

Married With Om OmWhere stories live. Discover now