BAB 15 :. Ketika Dimas Mabuk

Start from the beginning
                                    

Butuh waktu dua puluh menit untuk Salsha sampai di apartemen Dimas. Sekarang dia bingung bagaimana cara membawa Dimas masuk sedangkan cowok itu sudah tidak sadarkan diri.

Salsha turun dari mobil, berjalan memutar kemudian membuka pintu mobil, dia merunduk untuk melepas seatbelt Dimas.

Salsha menepuk-tepuk pipi Dimas berusaha membangunkan namun cowok itu hanya melenguh. Sampai Salsha menarik paksa Dimas dan membuat cowok itu membuka matanya.

Salsha memapah Dimas. Tangan Dimas tersampir di bahunya sementara Dimas bergumam tidak jelas.

Salsha mengeratkan tangannya ke pinggang Dimas saat cowok itu hampir limbung ke depan. Belum separuh jalan napas Salsha sudah terengah-engah sampai dia bertemu dengan satpam apartemen Dimas yang sedang patroli keliling parkiran. Satpam itu berlari ke arah Salsha.

"Mbak mau dibantu?"

Tanpa pikir panjang Salsha menganggukan kepala. Dia mengalihkan badan Dimas yang bertempu padanya ke pada Satpam yang kini mengernyit karena terkejut dengan berat Dimas.

"Ini pacarnya Mbak?" tanyanya.

Salsha menggeleng. "Baru jadi temen saya Pak tapi udah nyusahin. Besok saya gak mau temenan lagi sama dia Pak."

Satpam bernama Yanto itu terkekeh geli mendengar penuturuan Salsha.

Berkat Pak Yanto, Salsha akhirnya bisa sampai di depan apartemen Dimas dengan selamat. "Passwordnya Mbak?"

"Gak tahu Pak," jawabnya sambil menyengir.

Pak Yanto mendudukkan Dimas memposisikan Dimas bersandar di tembok. Kemudian menepuk-tepuk pipi cowok itu. "Mas? Mas? Mas halo?"

Melihat tingkah lembut Pak Yanto yang tentunya tidak akan membangunkan Dimas, Salsha langsung mengambil alih. Dia berjongkok lalu melayangkan tangannya ke pipi Dimas sekuat tenaga.

PLAK!

"Sssh," ringis Dimas.

Pak Yanto mengacungkan jempol pada Salsha. Salsha tersenyum tipis, dia kemudian mencengkram pipi Dimas agar cowok itu tetap terjaga. "Dim passwordnya?"

"Numero uno!" teriak Dimas.

Pak Yanto tertawa. Salsha berdecak kesal. "Password apart lo elaaah, lo jangan nyusahin dong!"

Dimas kemudian mengucapkan sederet angka, "satu dua... satu dua satu tiga."

Salsha langsung menekan angka yang disebutkan dan beruntungnya Salsha karena angka yang disebutkan Dimas adalah kombinasi password apartemen cowok itu.

Pak Yanto kembali memapah Dimas, membaringkan Dimas ke kasurnya setelah itu segera pergi dari sana sebelum Salsha menyuruhnya melakukan hal lain.

Salsha menatap Dimas yang bergerak gelisah. Tangan cowok itu turun membuka resliting celananya. Salsha langsung membalikkan badan. "Lo kira-kira dong!"

Dimas yang terkejut membuka matanya. Mengernyit melihat Salsha yang berdiri membelakanginya tapi tetap kembali melepas celana kemudian bajunya menyisahkan celana boxer hitam. Barulah Dimas bisa tidur dengan nyaman.

Salsha mendengus. Dia segera membereskan pakaian Dimas, menaruhnya di keranjang yang ada di depan kamar mandi. Perempuan itu kemudian beralih ke lemari Dimas. Mencari-cari sesuatu yang bisa dia pakai.

Pilihan Salsha jatu pada kaos serta training. Dia segera masuk ke kamar mandi.

Salsha mendengus saat melihat bercak putih pada dressnya. Mau tidak mau dia harus mencuci sendiri dress itu sekarang.

Butuh waktu lima belas menit sampai Salsha selesai dengan kegiatannya. Dia kemudian keluar dan terkejut mendapati Dimas sudah berdiri di depan pintu.

"Ngapain lo?!"

Dimas menarik tangan Salsha, membenturkan tubuh cewek itu ke tembok lalu mengurungnya dengan kedua tangan yang dia rentangkan.

Salsha mengernyit. "Ngapain sih, Dimaas?!"

Dimas mendekatkan wajahnya, membuat Salsha kembali merasakan bau alkohol yang sangat menyengat.

"Lo... " Dimas menggantungkan kalimatnya. "... pikir lo dokter! Seenak jidat bilang gue ataxia!"

Salsha diam saja sambil membekap sendiri mulut dan hidungnya, tidak tahan dengan bau alkohol yang semakin menusuk saat Dimas berbicara.

Sedangkan tangan kirinya berusaha mendorong dada Dimas agar cowok itu memberinya jarak.

Tapi tidak berhasil saat cowok itu mendekatkan wajahnya dan mendaratkan bibirnya ke punggung tangan Salsha yang membekap mulutnya. Mata Salsha melebar karena terkejut dengan tindakan Dimas.

"Terus gue bales nyium lo," katanya setelah menarik wajahnya. Dia tersenyum di tengah dengusannya. "Tapi gue gak nyesel."

Dua tangan Salsha kini berada di dada Dimas karena cowok itu terus limbung ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Salsha.

"Karena... lo cantik." Dimas tersenyum dengan mata sayunya. "Gue suka cewek cantik."

Salsha mengerjap. Tanpa Salsha bisa kendalikan jantungnya berdegup lebih cepat.

Tanpa aba-aba Dimas menarik Salsha ke dalam pelukannya. Cowok itu menyandarkan kepalanya pada bahu Salsha. "Saaaaal," panggilnya.

Salsha sedikit bingung dengan kondisinya sekarang. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa. "Hm?"

"Pengin muntah," lirih Dimas membuat Salsha buru-buru mendorong cowok itu hingga Dimas jatuh terjengkang ke belakang.

Dimas mengerjap. Cowok itu buru-buru menghampiri Salsha. Meraih tangan kanan cewek itu kemudian mencium punggung tangannya berkali-kali.

Salsha berusaha menarik tangannya tapi tenaga Dimas jauh lebih kuat. "Sal maafin gue sumpah. Gue gak sadar kalau bakalan mabuk, gue gak sadar kalau muntahin baju lo. Maafin gue Sal sumpah gue gak maksud kayak gitu."

Salsha menghentakkan tangannya. Mengusap punggung tangannya ke celananya. "Lo ngapain sih nyalimin gue?! Lo kira gue orang tua apa!"

"Sedikit," kata Dimas sambil tersenyum mengejek.

"Lo tuh ya! Udalah nyusain orang, bukannya terima kasih malah ngata-ngatain lagi! Pasti lo waktu TK bawaannya cabut mulu kan main perosotan, ngaku lo!"

"Ya mana gue inget!"

Salsha mengibaskan tangannya. "Mending lo bersihin mobil gue deh. Biar gue bisa cepet pulang."

"Ya bersihin sendirilah." Dimas berjalan ke arah kulkas mengambil botol berisi air dingin di sana. "Emangnya yang punya mobil gue?"

"Elo muntah di mobil gue Dimas!" teriak Salsha gemas.

Dimas menjauhkan bibirnya dari botol, cowok itu mengerjap sekali sebelum menempelkan lagi bibirnya meminum isi dari botol itu hingga setengah lalu mengembalikannya lagi ke kulkas seraya berkata, "lo ngapain nolongin gue sih?!"

Salsha mendengus. "Bersihin sekarang atau gue laporin ke bokap gue!"

Dimas tersenyum miring mendengar Salsha. "Anak Papa ceritanya?"

"Gue bakal bilang kalau gue hamil." Salsha tersenyum miring. Dia menaikkan alisnya seraya melihat Dimas yang bertelanjang dada. "Gimana?"

Dimas mengerjap. Dia meraba badan bagian atasnya seolah baru sadar kalau dia dari tadi bertelanjang dada. Matanya beralih pada Salsha yang memakai bajunya. Dimas menggelengkan kepalanya pelan. "Sal? Gue... gak ngapa-ngapain lo kan?"

Salsha tersenyum miring. Dia berjalan ke arah Dimas sambil bersedekap. "Cuciin mobil gue sekarang!"

To be continue 🐾

About DimasWhere stories live. Discover now