twenty one ° gallantry

2.6K 637 96
                                    


Yuju menaruh beberapa plastik berisi nasi uduk dan botol air mineral di atas meja. Lalu memandangi Jaehyun yang masih tertidur di sofa bed.

Hanya Changbin yang sedari tadi duduk sambil bersanding dengan laptop. Tangannya sibuk memindahkan beberapa berkas partitur dan kertas print jadwal perform mereka. Brian belum terlihat, mungkin sedang merokok di luar.

“Makanannya dateng kok gak bangunin gue sih?” Jaehyun tiba-tiba terbangun dan mengambil satu bungkus makanan dari dalam plastik.

Yuju tak menanggapi ucapan sang drummer. Atensinya terfokus pada Changbin sekarang.

“Lo semalem kenapa sih, Bin?”

“Apa?” Changbin masih sibuk sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa?” Changbin masih sibuk sendiri.

“Gue yakin semalem lo gak mabok, tapi kenapa bisa sampe jatoh di lorong?”

“Palingan kebelet dia tuh. Gak bisa nahan makanya nyusruk ke lantai” Sahut Jaehyun sambil mengunyah makanan.

Changbin melirik sekilas pada gadis yang sudah duduk di hadapannya.

“Seketika gak enak badan, kaki gue lemes tiba-tiba. Udah lah gak usah dipikirin, gue udah baikan sekarang.”

“Ya lo pikir semalem gak rusuh apa? Pengunjung lagi rame tau-tau lo digotong sama Kak Brian buat balik.”

Yuju membuka tutup botol air mineralnya. Meminumnya sedikit demi sedikit.

“Ya udah ntar malem gue jadiin duet sama lo. Itung-itung sebagai permintaan maaf gue.” Ucap Changbin final.

“Anjir, kayak bisa nyanyi aja lo.” Jaehyun meledek.

Ctakk

Remot AC dengan cepat mendarat tepat di kepala Jaehyun.

“Gak usah ngeledekin! Ntar Changbin-nya ngambek.” Ucap Yuju yang sudah memulai sarapannya.

“Udah ah sana berantem aja lo berdua. Sepet mulut gue, mau nyusul Bang Brian dulu.”

Changbin beranjak setelah memasukkan sebungkus rokok dan sebuah korek api ke dalam saku hoodie-nya. Dengan cepat ia melangkah ke lantai teratas gedung apartemen. Bagian rooftop memang sengaja dibuat ruang terbuka untuk area bersantai.

Changbin dan teman-temannya tidak tinggal disini. Mereka hanya menyewa salah satu kamar apartemen untuk dijadikan studio musik dan basecamp. Dengan tujuan untuk mempermudah ketika mereka hendak latihan dan bersantai bersama, karena gedung apartemen ini berdiri beberapa meter di samping club tempat mereka bekerja.

“Sendirian dari tadi, Bang?”

Brian menoleh. Mendapati Changbin yang datang dan duduk di atas ottoman dengan santainya.

“Iya. Nyari udara seger, tapi lupa kalo kita lagi di Jakarta.”

Changbin terkekeh. Menyelipkan Gold Flake di antara kedua bibir, dan menyulut ujung rokok itu dengan korek api yang tadi ia bawa.

PURZELBAUM [Changlix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang