twenty ° caesura

2.7K 655 229
                                    

Ini cringe banget asli (':
Maaf ya kawan

.

.

.

Sebuah sinar emas menembus pucuk-pucuk pepohonan yang sedang bergoyang. Bersinar dari arah barat, tepat saat Felix terbangun dari tidurnya. Sore itu, Felix masih enggan beranjak dari ranjangnya. Matanya menatap ke arah langit-langit, sedang menyusun rencana tentang apa yang harus ia lakukan setelah beranjak dari ranjang.

Felix terduduk setelah meraih ponsel dari bawah bantal. Mengingat bahwa malam nanti ia harus kembali ke tempat yang sama seperti dua hari lalu. Bibirnya melengkungkan senyum saat mengingat rupa Changbin yang mungkin dapat ia lihat lagi malam ini. Coba katakan, siapa yang tidak menantikan pertemuan antara keduanya?

Suara gemercik air terdengar setelahnya. Pemuda Lee itu bergegas membersihkan diri. Walaupun kini belum memasuki pukul empat, tapi ia harus bergegas pergi sebelum Ibunya pulang. Felix malas jika harus menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol yang biasa Ibunya lontarkan demi untuk mendapatkan izin agar bisa keluar rumah.

Felix melemparkan handuk ke lantai. Mengambil kaos putih dan kemeja flanel coklat dari dalam lemari. Dengan segera ia memakai pakaian tadi sembari mematut dirinya di depan cermin.

Pipinya ia tepuk dua kali.

“Cuma mau ketemu Kak Changbin kenapa segugup ini sih?”

•••

Seungmin terkekeh saat melihat Felix yang gusar dalam duduknya. Jari-jari tangan pemuda berambut pirang itu mengetuk-ngetuk ujung meja bar.

“Kenapa, Lix? Sekarang baru jam tengah sebelas, mungkin Changbin sama temen-temennya dateng lima belas menit lagi.”

“Siapa juga yang nungguin dia?” ucap Felix gengsi.

“Sebentar, gue anterin ini dulu.” Seungmin mengangkat dua gelas berisi Martini dan Bullshot di kedua tangannya. Kemudian meletakkannya di depan pelanggan yang duduk tidak jauh dari posisi Felix.

Beberapa orang lain berdatangan dari lorong sebelah timur. Malam ini bisa dikatakan cukup ramai dibandingkan saat Felix kemari lusa kemarin.

“Gak usah heran. Hari ini dan besok emang udah ada jadwal booking dari salah satu perusahaan gede. Kayaknya sih perayaan perpanjangan kontrak karyawan sekaligus ulang tahun perusahaan. Makin malem di lantai dua bakal lebih rame.”

“Lantai dua doang?”

“Di lantai satu mah emang gak ada sistem booking. Dance floor sama DJ emang disediain buat pengunjung umum. Dan kalau buat acara perayaan gini emang paling enak disini. Apalagi orang-orang perusahaan gede pada suka beli minum yang mungkin gak disediain di bar lantai bawah.”

Seungmin menaruh segelas milkshake coklat di hadapan Felix.

“Apaan nih?” Felix mengernyit. Merasa bingung karena ia tidak memesan minuman itu pada Seungmin.

“Gue tau lo gak 'minum', kan? Gue kasih itu aja buat lo. Soalnya disini gak ada es teh, Lix.” Suara tawa Seungmin di akhir kalimat membuat Felix ingin memukul kepala sahabat lamanya itu.

Pemuda bermarga Lee itu mengedarkan pandangan. Kepalanya bergerak dari kiri ke kanan guna menelusuri lemari kaca besar yang menyimpan berbagai jenis minuman yang jelas saja tak Felix ketahui seluruhnya. Di sudut utara ada sebuah lemari kaca yang menarik perhatian. Pasalnya disana hanya ada satu botol kecil minuman yang memiliki desain unik. Botolnya mengkilat saat terkena pantulan cahaya.

PURZELBAUM [Changlix]Where stories live. Discover now