eighteen ° back to square one

2.7K 631 168
                                    

.

.


BRAKK

Drrttt

Changbin terkejut. Ponselnya terjatuh dengan kondisi masih bergetar. Ternyata ada panggilan masuk dari rekannya. Ia hanya fokus pada jalanan sejak tadi.

Changbin menepikan mobilnya ke pinggir. Kemudian mengambil ponselnya yang tergeletak di bawah.

"Halo, Bin"

"Iya kenapa, Bang? Sorry gue lagi nyetir jadi lama angkatnya"

"Nongkrong lah sini sama anak-anak. Eh tapi lo lagi kerja ya? Ya udah ntar-"

"Engga, Bang. Sekarang bisa. Posisi dimana?"

"Nah, gue share location habis ini"

"Oke,"

Pip

Changbin segera mengecek pesan baru yang dikirim oleh rekannya- Yanan. Membuka maps sekilas dan langsung melajukan mobilnya menuju kawasan Jakarta Barat.

Jalanan tak semulus tadi. Banyak mobil terparkir di pinggir jalan dan mengurangi jatah jalan bagi pengendara. Changbin salah satunya. Ia memarkir mobil milik Yerim di ruang kosong yang tersisa.

Kakinya berjalan cepat menuju salah satu kafe yang tadi Yanan beri tahu lewat maps. Dengan segera, pandangannya berpencar mencari keberadaan Yanan, pemuda yang usianya terpaut beberapa tahun di atasnya, kenalan Changbin semasa sekolah dulu.

Changbin berjalan ke arah pemuda yang melambaikan tangan padanya. Ia tak sendiri. Bersama beberapa orang lain yang juga duduk mengelilingi meja persegi panjang di tengahnya.

"Gue kira lagi kerja tadi, makanya mau gue ajak maleman aja"

Changbin duduk setelah berjabat tangan dengan Yanan dan menyapa beberapa orang lain disana.

"Udah engga,"

"Hah? Gimana?"

"Udah keluar dari kerjaan"

Changbin menyandarkan punggungnya.

"Lo ada info lowongan kerja gak, Bang?" Changbin melirik pada Yanan.

"Lah pas banget mereka ini juga lagi nyari kerja,"

Yanan menyesap frappuccino dari cangkirnya. Kemudian berdeham.

"Ada sih, tapi gue gak yakin lo mau"

Alisnya terangkat satu. Changbin menegakkan tubuhnya.

"Apaan emang? Bandar narkoba?" tanya Changbin lirih.

Kepalanya dijitak keras. Changbin mengaduh kesakitan.

"Ada sih manggung, nge-band gitu. Lo bisa main alat musik?"

"Bisa gitar sih. Tapi ya gak jago juga,"

Yanan melirik pada orang-orang di sampingnya. Ada tiga orang lain yang tengah berbincang ringan.

"Kalo lo mau, gabung aja sama mereka. Tinggal latian, dan lusa udah bisa mulai kerja"

Ketiga orang lainnya tampak menggeser duduknya. Mendekat ke arah Changbin dan Yanan.

"Masalah tadi, Bang. Lo belum kasih tau perihal pesyaratannya" sahut seorang yang merupakan satu-satunya gadis diantara ke empat pemuda lainnya disana.

"Nah, sekalian gue kasih tau. Dan sekalian nentuin kalian mau ambil kerjaan ini atau gak,"

Kafe mulai ramai. Banyak pengunjung yang datang karena ini sudah masuk jam istirahat. Yanan memperhatikan ke empat orang di sekitarnya.

PURZELBAUM [Changlix]Where stories live. Discover now