eleven ° honestly

3.8K 842 106
                                    

Felix bergegas menuruni anak tangga. Dengan cepat ia mengunci pintu rumahnya dan menghampiri seseorang yang sudah menunggunya di depan gerbang.

Ada Changbin disana. Beserta motor matic berwarna hitam yang terlihat mulus.

"Lo gak ada helm lain?"

Felix melihat ke arah tangan kanannya yang menenteng helm full face yang memang sudah sehari-hari ia pakai.

"Gak punya, kak" jawab Felix sambil memakai helm hitam bergaris merah miliknya.

Changbin menyalakan motor yang ia tumpangi. Kemudian memberi isyarat pada Felix untuk segera duduk di jok bagian belakang.

"Motor baru ya, kak?" tanya Felix setelah sebelumnya melihat plat motor Changbin masih berwarna putih.

"Iya, Lix. Gue habis jual mobil" jawab Changbin dengan sedikit menoleh ke belakang.

Yang lebih muda hanya menganggukkan kepala.

Sudah berjalan seminggu hubungan diantara keduanya. Changbin menjadi lebih sering menelepon Felix di malam hari. Bahkan di pagi hari Felix selalu menyempatkan diri untuk menyapa Changbin lewat pesan singkat.

Motor yang mereka kendarai berbelok ke kiri saat menemukan jalan simpang empat. Changbin menepikan motor hitamnya saat menemukan minimarket di pinggir jalan.

Felix mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di depan minimarket sambil menunggu Changbin yang sedang mengambil uang di ATM.

Siang itu cukup terik. Sinar matahari yang terpantul di kaca spion motor Changbin terlihat sangat menyilaukan.

Changbin kembali dan melihat Felix yang terdiam sambil menatap layar ponselnya. Entah melihat apa. Yang ia tahu Felix sebelumnya sedang berbalas pesan.

"Fel?"

Yang dipanggil mendongak menatap Changbin.

"Kenapa?"

Felix menggeleng. Lalu beranjak dan mengajak Changbin untuk melanjutkan perjalanan.

"Sekarang gantian aku yang bawa motornya. Kakak bonceng aja ya" ucap Felix.

"Loh mana bisa gitu,"

"Ayo naik kak!"

Felix sudah duduk di jok bagian depan. Disusul Changbin yang duduk di belakangnya.

Hanya selang beberapa menit dan mereka tiba di tempat wisata Setu Babakan. Hari ini tidak begitu ramai, berbeda saat akhir pekan. Suhu makin menurun di sore hari begini. Di tambah tempat yang mereka kunjungi merupakan wisata alam perairan, membuat udara lebih sejuk.

"Mau naik bebek-bebek yang digowes itu gak?"

Felix tertawa kencang.

"Enggak, kayak bocah tamasya. Malu ah"

"Ya udah duduk sini,"

Changbin mengajak Felix untuk duduk di bawah pohon yang disekitarnya terdapat guguran daun mati yang memang belum dibersihkan. Keduanya sama-sama terdiam memandangi sekitaran tempat tersebut.

Felix melirik sekilas pada pemuda di sampingnya. Changbin tampak memandangi sebuah keluarga yang juga berkunjung ke sini. Sang Ayah menggendong anak lelakinya di pundaknya, sedangkan anak perempuamnya tertawa bersama sang ibu.

Changbin meringis pelan. Kepalanya tertunduk seketika. Felix sedikitnya tahu apa yang Changbin rasakan.

Jari-jari mungil pemuda Lee itu mengisi sela-sela jemari Changbin.

Changbin menoleh dengan matanya yang sedikit berkaca. Mendapati Felix yang tersenyum lembut untuk menenangkannya. Ia tahu itu.

"Kangen?"

PURZELBAUM [Changlix]On viuen les histories. Descobreix ara