Destiny - 18

1.1K 98 93
                                    

Mobil Jaebum berhenti tepat di halaman rumah mereka. Sepanjang jalan senyum Jaebum terus mengembang di wajah tampannya sementara Jinyoung sedari tadi hanya diam dan memandang datar jalanan diluar. Setelah selesai makan Jaebum benar-benar membawa Jinyoung ke rumah sakit dan memeriksa kan Jinyoung. Jaebum dan Jinyoung terkejut dengan hasil pemeriksaan Jinyoung.

Dokter mengungkapkan jika Jinyoung sedang mengandung dan umur sang jabang bayi dalam kandungan Jinyoung sekitar tiga Minggu. Jadi yang di alami Jinyoung tadi pagi adalah gejala awal kehamilan. Dokter menyarankan agar Jinyoung banyak beristirahat dan tidak boleh kecapean. Ia juga tidak boleh stress karena kandungan Jinyoung yang masih sangat muda dan juga sebelumnya Jinyoung pernah mengalami keguguran, rahimnya agak lemah jadi harus lebih berhati-hati karena rawan mengalami kembali hal yang sama.

Jaebum tentu senang dan bahagia mengetahui jika Jinyoung hamil karena sejujurnya Jaebum sudah ingin memiliki anak. Ia akan memperbaiki kesalahannya di masa lalu dan akan selalu menjaga Jinyoung karena ia tidak ingin masa lalu terulang kembali. Ia mencintai Jinyoung dan calon bayinya jadi Jaebum akan menjaga mereka dengan baik.

"Sayang"

Jaebum memegang tangan Jinyoung yang berkeringat. Jinyoung menoleh menatap wajah bahagia Jaebum. Senyuman pria itu membuat rasa bersalah Jinyoung semakin besar.

"Ayo, kita masuk ke dalam. Apa mau oppa gendong?" Jinyoung mengangguk.

Jaebum yang gemas mencubit hidung Jinyoung gemas. "Omo.. manja sekali mommynya baby ini~"

Jaebum pun turun dari mobil dan menggendong Jinyoung ala koala kemudian masuk ke dalam rumah. Jinyoung mengalungkan tangannya dan menelusupkan wajahnya ke ceruk leher Jaebum. Pria itu pun membawa Jinyoung ke dalam kamar dan mendudukan tubuh mungil itu di atas ranjang. Jinyoung tidak melepaskan pelukannya pada Jaebum namun wanita itu malah menangis sesegukan. Jaebum yang tidak mengerti mengapa Jinyoung menangis membawa tubuh mungil itu ke pangkuannya kemudian mengelus lembut punggung bergetar tersebut. Mungkin Jinyoung lebih sensitif saat ini karena ia sedang mengandung.

Setelah tangisan Jinyoung mereda, wanita itu melepaskan pelukannya dari Jaebum. Prianya tersenyum, satu tangannya mengusap air mata yang mengaliri pipi chubby Jinyoung.

"Kau kenapa, hm?" Jinyoung menggeleng.

"Jangan menangis, aku tidak suka melihatmu menangis. Aku lebih suka kau mengomeli ku dari pada menangis. Katakan kepadaku jika aku melakukan kesalahan, sayang. Jangan seperti ini"

"Aku hiks hanya pusing. Aku tidak kuat, oppa~" ucap Jinyoung sesegukan.

Jaebum tersenyum. Jadi hanya itu alasannya Jinyoung menangis.

"Ya sudah lebih baik sekarang kau istirahat ya. Kata dokter tadi kau harus banyak beristirahat dan jangan stress biar baby didalam sini sehat" Jaebum mengelus perut yang masih rata.

Jinyoung hanya mengangguk kemudian Jaebum menidurkan tubuh mungil itu diatas ranjang. Posisi Jaebum kini berada di atas Jinyoung dengan tangan Jinyoung mengalungkan di leher Jaebum. Wanita itu tetap tidak mau melepaskan pelukannya dari Jaebum. Entah mengapa Jinyoung tidak mau jauh-jauh dari Jaebum. Jinyoung merasa takut jika berjauhan barang sedetikpun dari Jaebum.

"Lepas, sayang"

Jinyoung menggeleng, bibirnya mengerucut. "Tidak mau~ temani aku tidur~"

Jaebum mengangguk. "Baiklah tuan putri, tapi lepas dulu tangannya"

Jinyoung pun melepaskan tangannya dari Jaebum. Ia memperhatikan Jaebum yang kini tengah berbaring menyamping di sampingnya dan menyelimuti tubuh mereka.

"Kemari tuan putri"

Jaebum merentangkan kedua tangannya dengan sigap Jinyoung langsung masuk ke dalam pelukan Jaebum. Jaebum mengelus rambut Jinyoung lembut kemudian mengecup pucuk kepalanya.

Destiny (JJP) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang