Destiny - 14

1K 94 85
                                    

"J- Jinyoung"

Jinyoung menatap tajam kedua manusia yang kini sedang menatapnya. Pemandangan dihadapannya ini benar-benar membuat keyakinan Jinyoung semakin kuat. Jinyoung akan pergi menjauh dari hidup Jaebum. Ia menyerah dan sudah tidak sanggup lagi bersama dengan Jaebum.

Jinyoung pun berlari meninggalkan keduanya dan mengurungkan niat untuk membicarakan masalah perceraiannya dengan Jaebum. Hatinya terasa di remas kencang, Jaebum benar-benar sudah keterlaluan. Jinyoung merasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi dengan pria itu. Semua yang ia lihat sudah cukup menjadi alasannya untuk pergi.

Jaebum pun berlari menyusul Jinyoung tanpa memperdulikan Jiyeon yang termenung sendiri. Jaebum berhasil memegang tangan Jinyoung saat istrinya itu hendak menuju lift.

"Jinyoung dengarkan aku, semua yang kau lihat tidak seperti apa yang kau pikirkan" Ucapnya panik.

Jinyoung meronta-ronta hendak melepaskan cengkaramannya Jaebum. "Lepaskan aku!"

Dengan seluruh tenaganya Jinyoung berhasil melepaskan tangan Jaebum yang terhuyung ke belakang. Jinyoung menatap Jaebum tajam, wajahnya kentara penuh amarah. Untuk pertama kalinya Jaebum menemukan Jinyoung yang seperti ini dihadapannya. Seketika rasa takut mulai menghinggapinya. Ia takut Jinyoung pergi dari sisinya. Ia tidak mau kehilangan Jinyoung. Jaebum sungguh mencintai Jinyoung.

Mata tajam itu berair, wajah tampan itu menatap Jinyoung penuh rasa takut dan bersalah.

"Aku sudah tidak peduli lagi dengan yang kau lakukan. Aku muak dengan dirimu. Kau benar-benar manusia yang tidak punya hati. Aku membencimu, Im Jaebum. Mulai detik ini jangan pernah muncul dihadapanku lagi"

Jaebum menggeleng kemudian kembali memegang tangan Jinyoung yang meronta dan memeluk tubuh mungil itu.

"Kau salah paham, Jinyoung. Aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu, hanya dirimu Jinyoung" Jaebum menangis terisak. Ia benar-benar lemah saat ini.

Jinyoung menangis dalam pelukan Jaebum. Jinyoung sudah tidak percaya lagi ucapan Jaebum. Sudah banyak luka yang Jaebum beri dan Jinyoung sudah tidak sanggup lagi menerima semuanya. Jinyoung lelah, perasaannya bukan sebuah mainan yang bisa Jaebum mainkan sesuka hati. Mulai detik ini Jinyoung berhenti untuk memperjuangkan cintanya pada Jaebum. Dan ini adalah akhir dari semuanya.

"Tapi aku tidak mencintaimu lagi, Im Jaebum. Lepaskan aku!"

Jaebum terdiam, pelukannya pada Jinyoung melonggar. Jaebum merasa di sambar petir saat Jinyoung berkata bahwa wanita itu tidak mencintai dirinya lagi. Dadanya sesak dan sakit, sesuatu yang selama ini ia takutkan menjadi kenyataan. Jinyoung pergi meninggalkannya disaat ia sangat mencintai wanita itu. Jinyoung yang merasakan pelukan Jaebum melonggar mengambil kesempatan untuk mendorong tubuh Jaebum dan melepas pelukannya. Jaebum terdorong ke belakang menyentuh dinding. Jinyoung pun kemudian berlari dan masuk ke dalam lift meninggalkan Jaebum yang masih diam mematung tidak percaya.

Jinyoung menangis terisak di dalam lift. Ia lalu mengambil ponsel dan mengetik pesan untuk seseorang kemudian mengirimkannya.

Ting

Pintu lift terbuka kemudian Jinyoung berlari menuju parkiran. Jinyoung berhenti saat menemukan sosok Junho yang kini berada di hadapannya. Junho menatap bingung Jinyoung yang menangis.

"Jinyoung, kau--"

Jinyoung berlari kemudian memeluk tubuh itu. Ia menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Junho. Pria itu membalas pelukan Jinyoung dan mengusap lembut punggung bergetar tersebut memberikan ketenangan untuknya. Junho yakin jika Jinyoung menangis karena Jaebum. Ia jadi ingin masuk ke dalam dan menghajar pria itu. Tadinya Junho hendak mengikuti rapat yang di adakan di perusahaan Jaebum namun ia mengurungkan niatnya. Junho tidak bisa melihat Jinyoung seperti ini. Hatinya sakit saat mendengar suara sesegukan Jinyoung.

Destiny (JJP) ✓Where stories live. Discover now