Destiny - 16

1.2K 96 134
                                    

Jinyoung terbangun karena mendengar suara dering ponsel yang berada tidak jauh dari dirinya. Ia menatap wajah nyenyak Jaebum yang dihiasi luka memar namun tetap terlihat tampan. Ponsel itu terus berdering membuat Jinyoung mengalihkan atensinya pada bunyi ponsel yang berada disaku celana Jaebum. Jinyoung ragu ingin mengambilnya namun ia juga tidak ingin menganggu tidur Jaebum. Pria itu nampak sangat kelelahan dan Jinyoung tidak tega.

Akhirnya Jinyoung merogoh saku celana kantor Jaebum dan mengambil ponsel tersebut. Dilihatnya sang mertua yang ternyata menghubungi suaminya. Jinyoung pun mengangkat panggilan tersebut. Saat Jinyoung akan berbicara, sang mertua sudah mendahuluinya.

"Dimana kau, Im Jaebum? Kenapa rumahmu sepi, huh? Dan juga dimana Jinyoung? Jangan bilang karena kejadian tadi di kantor kau dan Jinyoung sampai bertengkar!" Ucapnya panjang lebar tanpa memberi jeda.

"Appa, ini Jinyoung" balas Jinyoung.

"Ah.. jinyoungie, appa mengkhawatirkanmu. Apa Jaebum sedang berada denganmu sekarang?"

"Ne, appa. Jaebum oppa sedang tertidur, dia kelelahan"

"Oh begitu, syukurlah jika dia ada bersamamu. Kalian ada dimana sekarang? Eomma dan appa ada di rumah kalian" tanyanya.

Jinyoung mengernyitkan kening. Mengapa kedua mertuanya bisa ada dirumah mereka padahal tadi Jinyoung sudah mengunci pintu rumah mereka.

"Aku dan oppa sedang dirumah mommy, appa. Oh iya, kenapa appa bisa masuk ke dalam rumah? Tadi seingat Jie pintu rumah sudah Jie kunci"

"Tadi kami melihat pintu rumah kalian sedikit terbuka jadi kami memutuskan untuk langsung masuk ke dalam namun ternyata kalian tidak ada. Appa juga menemukan tas kantor Jaebum berada diatas sofa, sepertinya suami mu ceroboh tidak mengunci pintu rumah kalian lalu pergi begitu saja. Memang anak itu menyebalkan sekali" gerutu sang mertua.

Jinyoung menatap makhluk yang ada di hadapannya kemudian menggelengkan kepala.

"Ah begitu.. untung saja appa dan eomma datang. Terima kasih appa karena sudah memberitahu ku"

"Sama-sama, Jinyoung. Apa kalian akan menginap disana?"

Jinyoung menggigit bibirnya. Ia ragu untuk menginap namun ia juga tidak ingin pulang kerumahnya. Lagi pula Jaebum sedang sakit jadi ia memutuskan lebih baik untuk menginap saja dirumah mommy nya.

"Ne, appa kami akan menginap disini"

"Baiklah kami akan menginap dan membereskan rumah kalian. Apa kau menyimpan kunci cadangan, Jinyoung?"

"Ada appa, aku menyimpannya di laci kecil dibawah televisi. Ada gantungan kunci bergambar kucing dan itu kunci cadangannya. Maafkan aku appa, aku dan oppa selalu saja merepotkan kalian" tuturnya.

"Kau tidak merepotkan Jinyoung, Tapi anakku lah yang sangat merepotkan kami. Kalian istirahat lah disana dan katakan pada Jaebum untuk menghubungiku setelah ia bangun"

"Ne, appa"

Jinyoung pun mengakhiri panggilannya dengan sang mertua kemudian ia menyimpan ponsel Jaebum di nakas samping Jaebum. Ia kemudian melihat jam di samping dan ternyata sekarang pukul tujuh malam.

"Aish, koperku ada di bawah. Aku harus mengambilnya"

Saat Jinyoung hendak bangun tangan Jaebum malah menarik tubuh Jinyoung merapat ke tubuhnya. Jantung Jinyoung kembali berdetak kencang dan wajah Jinyoung kini bersemu.

"Mau kemana, hm?"

Jaebum membuka matanya kemudian mengusap rambut kepala Jinyoung. Sebenarnya Jaebum sudah terbangun dari tadi namun ia belum mau membuka mata karena masih merindukan Jinyoung dan ingin memeluk tubuh mungil itu.

Destiny (JJP) ✓Where stories live. Discover now