sixteen ° jawbreaker

Start from the beginning
                                    

"Iya. Kita tau kok lo naksir dia."

.

.

"Ayo lah cepetan omongin" salah satu mahasiswa teman sekelas Jeno menyahut.

Mereka berada di tengah lapangan. Melingkari Jeno yang berdiri berhadapan dengan Ryujin.

"Mau ngapain sih, Jen?" Ryujin tampak kebingungan. Namun pipinya memerah samar.

"Mm.."

Jeno berlutut di hadapan Ryujin.

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

"Hah?" Ryujin tampak bingung dan melihat ke arah orang-orang yang ramai berkerumun di sekitarnya.

"Ini buat lo," Jeno menyodorkan kotak yang diberikan Eric padanya tadi.

Tangan Ryujin dengan ragu mengambil kotak yang diberikan Jeno. Beberapa kekehan terdengar saat Ryujin mulai membuka kotak tersebut.

Srett

"Bawang merah?"

Jeno mengernyit. Segera berdiri dari posisi berlututnya.

"Anjir ini sapa weh yang ngisiin bawang merah di kotaknya?" Jeno menoleh pada teman-temannya yang kini sedang tertawa keras.

"Apaan sih, Jen? Gak guna banget"

Bukk

"DASAR WIBU BAU BAWANG!"

Ryujin pergi setelah melempar kotak tadi. Bawang merah di dalamnya pun berserakan di sekitar tubuh Jeno.

"Ditunggu makan-makannya ya, Jen" Sunwoo menepuk bahu Jeno.

"Anjir lo dikata wibu bau bawang, haha. Selamat ulang taun Jeno!"

Felix menghampiri Jeno untuk memberi ucapan selamat.

"Lix, ada apa sih?"

"Lo dikerjain doang tadi. Btw, selamat ulang taun ya" ucap Felix sambil tertawa pelan.

Ponsel Felix berdering seketika. Membuatnya menjauh dari kerumunan. Ada panggilan masuk dari kakak sepupunya.

"Halo Kak?"

"Habis ini Kakak ke rumahmu. Udah di rumah kan, dek?"

"Belum. Ini mau pulang" jawab Felix sambil berjalan ke parkiran.

"Ya udah, nanti jangan lupa cek email konfirmasi penerimaan berkasnya ya"

"Iya, Kak. Aku mau balik nih"

"Oke,"

"Oh iya, Kak! Titip beliin korek api gas ya"

Pip

.

.

.

Felix mondar-mandir di dalam kamarnya. Sesekali menilik ke kolong ranjang guna mencari benda kecil yang sedang ia butuhkan saat ini.

Felix terduduk di sisi ranjang. Kemudian menoleh ke arah jam dinding. Pukul 16.48, dan Bangchan belum datang.

Laci nakas kembali dibukanya. Isinya sudah berantakan sejak Felix mencari sesuatu di dalam sana. Bukan sesekali ia begini. Tapi sialnya, tubuhnya bereaksi aneh kali ini. Anggota geraknya kebas, bahkan kepalanya pun terasa sakit.

Felix meraih ponselnya dengan cepat. Melakukan panggilan pada Bangchan.

"Iya kenapa, Lix?"

PURZELBAUM [Changlix]Where stories live. Discover now