BAB 2 :. Kadal

Zacznij od początku
                                    

Salsha menepis tangan Dimas yang disambut kekehan dari laki-laki itu. "Kirain sakit."

"Lo bisa gak sih, jauh-jauh dari hidup gue?"

Dimas mengembuskan napasnya. "Lo bisa gak, buat orang-orang yang gak sengaja ngenalin gue lewat drama lo itu berhenti doain gue biar gak cepet mati?"

Salsha mengerjap. Sedikit bingung, tapi dia tidak bisa menahan senyumnya begitu mengetahui fakta itu.

Dimas mendengus kecil melihat senyuman Salsha. "Seneng lo?"

"Bagus dong! Banyak yang doain lo biar gak cepet mati."

Ingin sekali dia mengumpati Salsha saat ini, tapi Dimas masih bisa menahan untuk tidak melakukan hal itu pada perempuan yang sukses membuatnya malu setiap melangkah ke kampus. Hingga akhirnya Dimas hanya berdecak sebagai jawaban.

Salsha tersenyum miring, dia melipat tangannya. "Pokoknya gue gak mau tahu. Lo harus keluar dari Panorama!"

Dimas menatap Salsha malas. "Alasannya?"

"Lo gak ngerti apa, setiap gue ngeliat lo gue jadi inget... inget... "

Dimas menunggu jawaban Salsha, perempuan itu tampak ragu. Detik kemudian dia mendapatkan apa yang mengganggu Salsha sekarang. Dimas maju selangkah membuat Salsha refleks mundur.

"Inget apa? Ciuman kita?" goda Dimas sambil tersenyum miring.

Salsha mengatupkan rahangnya kuat. "Lo yang nyium gue!"

"Ya sebagai orang yang mau mati, gue harus dong nyium pacar sendiri. Kapan lagi coba?"

Salsha ternganga mendengar betapa kurang ajarnya ucapan Dimas. Cewek itu kemudian mendorong Dimas kuat-kuat. "Dasar bajingan!"

Dimas tertawa keras. Untungnya parkiran kampus sudah sepi karena sudah sore apalagi sekarang hari sabtu.

Tangan Dimas terulur mengusap kepala Salsha yang tentunya langsung ditepis cewek itu.

"Tenang, gue bakal jadi pacar lo yang sebajingan mungkin. Oke? Gue balik dulu. Lo jangan ngebut ya!" katanya kemudian berjalan meninggalkan Salsha yang masih bersungut marah.

Mata Salsha memperhatikan punggung Dimas yang perlahan menjauh sampai cowok itu berhenti di depan mobil jazz merah, dia berbalik menatap Salsha sambil melambaikan tangan dengan cengiran khas cowok itu.

"Jangan lupa mimpi gue ya, Salsha sayang!"

🐾

Dimas memeriksa hasil jepretannya. Cowok itu berkali-kali tersenyum, mengagumi hasil foto yang diambilnya. Sekali lagi dia membidik objeknya yaitu orang random yang berlalu lalang.

Dimas ada di gedung lantai dua karena bosan menunggu dosen yang sudah jelas akan memberinya banyak tugas karena tidak masuk, dia memilih menekuni hobinya.

Senyum Dimas terukir melihat seorang perempuan terlihat buru-buru sambil menenteng makalah ditangan kanannya, sesekali dia tersenyum pada orang-orang yang menyapanya. Dimas menekan tombol shutter berkali-kali sampai perempuan itu hilang dari pandangan kameranya.

Cowok itu segera melihat hasilnya dan tersenyum saat mendapati satu foto yang menurutnya sangat epic!

Dimas beranjak dari jendela ke bangku Juna. Membuka laptop temannya itu tanpa permisi dan mulai memindahkan data foto-foto itu ke ponselnya.

Setelah itu dia menoleh ke belakang dengan suara lantang yang sekiranya cukup didengar oleh perempuan yang sedang asik nonton drama korea bersama teman kelasnya yang lain. "Gia! Minta nomernya Salsha dong!"

Gia, perempuan yang mencepol asal rambut panjangnya segera menoleh pada Dimas. Menatapnya dengan raut wajah kebingungan. "Siapa?"

"Salsha," kata Dimas lagi.

"Salsha siapa?"

"Ya Salsha temen lo?" Dimas kemudian mengernyit. "Lo udah gak temenan lagi, ya?"

Gia mengerjap beberapa kali guna menyadarkan diri sendiri. "Buat apa sih?"

"Mau ngirim sesuatu, cepet kirim. Banyak tanya lo!"

Gia menggeleng kuat. "Gak!"

Dimas mendengus keras. Dia kemudian berjalan ke arah Gia, cowok itu menarik salah satu kursi untuk duduk di samping Gia. "Hp lo mana?"

Gia langsung meraih hpnya yang tergeletak di meja. Dimas menatap Gia sungguh-sungguh. "Sumpah, ini penting Gi."

"Ya ... apa dulu?"

"Gini deh, gue pinjem hp lo aja gak jadi minta nomernya Salsha," kata Dimas sambil menengadahkan tangannya. "Sumpah Gi, gue gak bakal ngirim kontaknya Salsha ke gue. Lo liatin deh."

Ragu-ragu Gia memberikan ponselnya. Dimas langsung sumringah. Pertama-tama dia mengirim satu foto ke whatsapp Gia. Dia kemudian membuka aplikasi whatsapp melalui ponsel Gia. Nama Jordan yang pertama Dimas lihat.

Dimas mencibir, dia melirik Gia yang masih setia mengawasi gerak-gerik Dimas. "Harus banget dipin kayak gini?"

"Besok pacar lo juga gitu," jawab Gia yakin.

Dimas menghela napasnya. Dia kemudian mencari kontak Salsha lalu mengirimkan foto yang dia kirim sebelumnya lalu mengetikkan sebuah pesan singkat.

🐾

Salsha mengecek ponselnya, berniat untuk memberitahu Mala kalau dia sudah ada di lobby sebelum mendapat pesan dari Gia yang membuat kening Salsha berkerut.

Nayra Giana :

Nayra Giana : let me mention today how lucky i am to see your beautiful face 😘

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Nayra Giana : let me mention today how lucky i am to see your beautiful face 😘

To be continue 🐾

About DimasOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz