Yang dipanggil segera mendongakkan kepala. Berjalan mendekat ke arah Felix sambil membenarkan tali ransel hitamnya.

Changbin tersenyum saat tiba di hadapan kekasihnya. Namun mengernyit heran saat melihat seorang pemuda yang juga ada bersama Felix disana.

"Siapa Fel?" tanya Changbin.

"Ini Hyunjin. Temen aku, Kak."

Changbin mengulurkan tangan ke arah Hyunjin.

"Seo Changbin"

Hyunjin membalas jabatan tangan tersebut dan segera melepaskannya.

"Gue Hyunjin"

Felix mengambil jaket milik Changbin dari tasnya. Memberikan jaket tersebut kepada sang empunya.

"Nih kak"

"Masih mau main disini?" tanya Changbin seraya mengambil jaket yang Felix berikan.

Felix mengangguk sambil menoleh pada Hyunjin yang tak juga mengeluarkan suara.

"Ya udah hati-hati nanti baliknya," Changbin mengusak surai pirang Felix. Kemudian berjalan menjauh setelah melambaikan tangan sekilas.

Felix menghadap ke arah Hyunjin. Sahabatnya itu masih terdiam sedari tadi. Pandangannya ke arah luar jendela kaca, menatap hujan yang makin deras.

"Hyunjin?"

Yang dipanggil hanya mendengus. Hyunjin beranjak dari duduknya.

"Patah hati gue, njing"

"Apaan sih?" Felix mengikuti langkah Hyunjin yang meninggalkan area food court.

Hyunjin belum menghentikan langkahnya. Membuat Felix harus sedikit berlari kecil untuk menggapai pundak Hyunjin.

"Apa?"

"Ya lo yang kenapa? Tadi baik-baik aja"

Hyunjin tertawa remeh.

"Penting emang nanyain gue kenapa?"

Felix mengembuskan napasnya. Mencoba menahan diri karena sikap menjengkelkan Hyunjin kembali muncul.

"Udah ya, Lix. Bangga gue kok. Long last sama Changbin ya" ucap Hyunjin sebelum kembali berjalan menjauh. Meninggalkan Felix yang masih terdiam sambil mencerna situasi.

Tangannya mencari-cari ponsel dalam saku. Berniat menghubungi Bangchan untuk meminta jemputan. Namun berkali-kali tombol power ditekan tak jua layar ponselnya menyala.

"Sialan!"

Pada akhirnya Felix harus berjalan di bawah hujan, menuju stasiun terdekat. Kemejanya sudah basah sejak tadi. Ditambah jalanan yang macet membuatnya lebih sulit saat akan menyebrangi jalanan.

Felix menunduk. Air hujan bahkan sudah merembes masuk ke dalam sepatu yang ia kenakan. Membuat telapak kakinya terasa dingin. Diusapnya wajahnya dengan kedua tangan untuk memperjelas pandangannya. Beberapa orang sudah mencuri pandang ke arah Felix yang basah kuyup.

Satu langkah lagi dan akhirnya Felix sampai di stasiun. Berpikir apakah pantas jika ia naik ke dalam KRL dalam kondisi seperti ini?

"Permisi, Pak" Felix menghampiri salah satu polsuska yang sedang berjaga.

"Iya?"

"Saya boleh pinjam handphone-nya?"

Orang di depannya itu sedikit mengernyit sambil memperhatikan penampilan Felix. Setelahnya memberikan sebuah ponsel putih pada pemuda Lee itu.

"Boleh saya pakai buat telfon?" tanya Felix yang dibalas anggukan.

Dengan cepat ia menghubungi nomor kakak sepupunya. Meminta jemputan, mengembalikan ponsel milik petugas tadi, dan menunggu Bangchan datang menjemputnya.

PURZELBAUM [Changlix]Where stories live. Discover now