part 47

252 32 1
                                    

Sejenak dia takut kakeknya akan terkena serangan jantung lagi, melihat kehampaan di wajah kakeknya seolah Krystal baru saja mengatakan dia adalah keturunan bidadari dan harus pulang ke khayangan. Kening kakeknya mengerut.


*****

Haraboji, kau harus istirahat.” keluh Krystal menatap kakeknya yang sedang membuat adonan roti di dapur dengan frustasi. Sejak pulang dari rumah sakit tadi pagi kakeknya terus mencari alasan untuk turun ke bawah dan akhirnya ketika gadis itu pergi mandi, kakeknya menggunakan kesempatan itu untuk ‘kabur’ ke bawah.

Kakeknya tidak menjawab. krystal sesungguhnya masih takut menyentuh kakeknya. Dia tahu kakeknya belum sepenuhnye menerima ini meski krystal menghabiskan waktu semalaman untuk menjelaskan ini pada kakeknya, susah payah menjelaskan asal mula semua kisah yang cukup tidak normal dan terdengar seperti drama ini. Karena itu dia takut mengomeli kakeknya seperti biasanya.

“Pria bernama kwon yoong itu, aku ingin menemuinya. Kapan dia akan datang kemari?”

“Secepatnya, aku akan menghubunginya kapan dia bisa datang,”

Kakeknya masih diam, sibuk membuat adonan, terlihat sedikit emosi ketika memukul- mukul gumpalan liat itu di atas meja. Jelas kakeknya ingin menyalurkan emosinya di situ daripada menyalurkannya pada krystal Gadis itu dengan pasrah duduk di dekat meja dapur menonton kakeknya membuat gumpalan- gumpalan kecil untuk roti.

Tiba- tiba ponselnya berbunyi dan krystal dengan cepat mengangkatnya.

“Bagaimana kabar kakek?” suara berat amber terdengar dari seberang. amber menyempatkan diri datang tadi siang dan menjenguk kakek yang terliaht sangat senang melihatnya. krystal memohon pada kakeknya untuk tidak mengatakan yang sebenarnya dulu pada amber. Dia baru saja menerima dampak dari memberitahukan kakeknya masalah ini, dia masih belum siap memberitahkan amber.

Meskipun cepat lambat sahabatnya ini harus tahu.

“Sudah baik, sekarang sedang membuat adonan roti, bagaimana urusanmu?”

“sudah selesai,” ujar amber cepat. “Dengar, apa besok kau ada waktu?”

“B—besok?”krystal berfikir. “Tidak juga, kenapa?”

“Apa kau bisa menemaniku ke taman Lotte? Besok kami mendapat satu hari libur dan aku sedang malas keluar sendiri.”

krystal melirik kakeknya yang masih sibuk membuat adonan dan berfikir. Yah, kakeknya memang sudah seperti biasa, tadi siang membentak beberapa pekerja karena melalaikan dagangan mereka. Kakeknya sudah lebih dari sehat.

“Tapi kalau kau masih ingin menjaga kakek"

“Aniyo, tidak apa- apa. Aku akan pergi.” Kata krystal. “Jam berapa?”

Dia bisa merasakan amber tersenyum di ujung telepon sana. “Jam 2 . Apa aku perlu menjemputmu?”

“Aniyo, baiklah—kita bertemu di sana saja.”

“Cool. Sampai jumpa besok kalau begitu,” kata amber. “Dan krystal,”

“hng?”

amber diam sebentar lalu berkata. “Istirahatlah yang cukup, besok kita akan bersenang- senang.”

Biasanya krystal akan sangat penasaran dan senang dengan janji amber untuk ‘bersenang- senang’ tapi kali ini hatinya terasa perih. Dia tidak tahu apa dia masih punya kekuatan untuk bersenang- senang.

Krystal menutup ponselnya dan berjalan meninggalkan dapur.

“Kau tahu—“ suara kakeknya membuatnya berhenti di pintu. “aku selalu berfikir amber adalah pria yang paling baik untukmu,”

krystal mencelos.

Ingin rasanya dia mengatakan betapa dia juga berharap seperti itu tapi kenyataan tidak selamanya sesuai dengan keinginanmu kan?

....

Krystal mendengarkan musik dari ipod-nya sambil membaca buku novel yang belum sempat dia habiskan. Tentu saja membaca di keramaian bukan kegemarannya, dia lebih senang tempat sepi seperti perpustakaankamarnya, atau kafe kecil di dekat kampus tempat dia menghabiskan waktu sendiri bersama novel dan secangkir cokelat hangat.

Tapi dia sedang butuh mengalihkan perhatiannya, entah dari apa. Dia hanya ingin bersenang- senang, setidaknya terlihat senang untuk amber yang sudah mendampinginya beberapa hari terakhir ini baik melalu telpon atau secara langsung.

Tiba- tiba sepasang tangan menutup matanya dan krystal tersentak.

“stupid  ?”

“Eish…” amber mengacak rambut krystal dan duduk di sampingnya. krystal melenguh protes sambil merapikan rambutnya. amber terlihat lebih tinggi, entah kenapa. Dan krystal sadar dengan sesuatu—meskipun memakai topi rajutan tapi rambut amber bukan lagi pirang melainkan hitam. Dan pria itu sekali lagi bermain penyamaran dengan kacamata hitam dan jubah hitamnya, serta masker putih.

“Maaf terlambat,

“Ani, aku juga baru datang,” kilah krystal, memberikan kaleng soda yang dibelinya pada amber. amber menggumamkan terima kasih dan meneguknya. “Bukankah bersenang- senang di keramaian bukan tipemu? Kau lebih suka bermain basket di lapangan dan membiarkanku memegang minuman dan handukmu.”

“Cih,” krystal bisa melihat amber tersipu malu di balik masker. “sudah lama aku tidak berada di tempat ramai seperti ini, aku cuma ingin bermain. Lagipula kau sudah tidak seperti dulu yang gampang kuperbudak—”

“Mwo?!?! Yah!!!” krystal menepuk kepala amber sebagai tanda protes membuat pria itu tertawa. Senang rasanya melihat gadis itu ceria dan galak seperti biasanya.

“So, ke mana kita?” tanya krystal, keduanya menatap keramaian di depan mereka. amber tersenyum di balik masker.

“Aku sudah punya rencana untuk kita,”

krystal selalu heran mengapa dia bisa membaca ekspresi amber sekalipun di balik kacamata hitam dan maskernya. Dia tahu amber sedang tersenyum malu di balik masker dan dia juga ikut tersenyum.

amber berdiri dengan penuh semangat. “Okay, let’s go—“ pria itu menarik tangan krystal, memaksanya ikut berdiri dan menariknya pergi. krystal membiarkan tangan amber yang dingin menggenggam tangan hangatnya dan menariknya seperti anak kecil yang tidak sabar. Rasanya seperti dulu lagi ketika mereka masih kecil. Dan dia sangat ingin kembali ke masa itu. Ke masa di mana dia hanya ingin bermain dengan amber dan menikmati setiap kejutan- kejutan kecil yang dibuat pria itu untuknya.

“Kau tahu… aku selalu berfikir amber adalah pria yang paling baik untukmu,”

3 istri satu suamiWhere stories live. Discover now