30. Surprise

1.2K 46 0
                                    

Happy reading

•••

Diana dan Gior masih duduk berdua di bangku depan kamar Leana. "Sekarang gua sukanya sama Samuel, udah bukan lo lagi, Gi ... jadi tenang aja, gua bakal dukung hubungan lo sama Leana sepenuhnya ... tolong jagain Leana, ya, dia adik gua satu-satunya."

Gior menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Diana. Ini yang selalu ia harapkan dari tingkah laku Diana. Merestui dan mendukung hubungannya dengan Leana.

"Lo balik aja, gua yang jagain Leana," ucap Gior lalu masuk ke dalam kamar Leana. Diana melihat sekeliling untuk mencari kekasihnya itu. Ia masuk ke dalam kamar Leana untuk mengambil ponselnya.

"Kok gak balik?" tanya Gior heran. Diana mengambil tas dan barang-barang lainnya untuk pulang. Namun, saat ia memeriksa pesan terakhir Samuel, ia menghentikan segala aktivitasnya. "Lo kenapa lagi, sih?"

"Samuel ... pergi," gumam Diana tidak percaya. Gior mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

"Ngomong yang jelas, Di, maksudnya gimana?" tanya Gior sekali lagi lalu ia beranjak mendekati Diana. Gior ikut membaca pesan dari Samuel tersebut.

"Loh ... kok jadi gini?" Diana menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. Gior dan Diana sama-sama keheranan dengan tingkah Samuel.  Namun, Diana tetap berpamitan dengan Gior dan pergi dari kamar Leana dengan langkah yang lemas.

•••

Sudah 3 hari Leana berada di dalam kamar rumah sakit. Banyak teman-temannya yang datang menjenguk Leana dan menghiburnya agar cepat sembuh. Tak terkecuali dengan Gior, setiap hari ia akan menjaga dan menemani tunangannya itu.

Leana senang ia mendapat dukungan dari teman dan keluarganya, Diana pun sudah sangat baik dengan dirinya. Mereka berdua kembali menjadi kakak dan adik yang seharusnya.

Namun, ada satu hal yang membuat Leana sedih. Ia kehilangan kesempatannya untuk berkuliah di Paris. Sesaat ia sadar dari tidurnya, ia tahu bahwa ia sudah kehilangan kesempatan tersebut. Leana juga meminta maaf kepada orang tuanya yang sudah membiayai kuliahnya yang tidak dibilang murah.

Akhirnya Leana akan berkuliah di kuliahan yang sama dengan Gior, Diana, dan ketiga teman-temannya itu. Mereka tidak ingin meninggalkan Leana di tempat perkuliahan sendiri, sehingga mereka bersikeras untuk berkuliah bersama.

"Kamu udah siap?" tanya Gior sambil membantu Leana membawa tas-tas pakaiannya.

"Udah ini, yuk," sahut Leana yang baru saja mengganti pakaiannya di kamar mandi. Mereka berdua kembali ke rumah Leana setelah berhari-hari lamanya.

Leana dan Gior sudah berada di dalam mobil dan menuju rumah Leana. Gior menyadari Leana yang sedang merenung menatap jendela mobil. Tanpa ragu, Gior menarik lengan Leana untuk ia genggam.

"Kamu kenapa, hm?" tanya Gior dengan lembut. Leana tersenyum getir membalas pertanyaan Gior.

"Gak apa-apa, cuma lagi kepikiran sama kuliah aja," jawab Leana berusaha untuk tegar. Ia tidak ingin terlihat terlalu sedih kepada Gior.

"Kamu jangan pikirin lagi, kuliah aku juga bagus, kok, gak kalah deh sama yang di Paris," ucap Gior berusaha menghibur Leana dengan gurauan. Leana tertawa melihat Gior yang bergurau itu.

"Iya-iya, aku seneng, kok," sahut Leana menatap Gior dengan penuh kebahagiaan. Jalanan Jakarta yang tidak terlalu macet itu membuat mereka lebih cepat sampai di rumah Leana.

Sesudah mereka sampai tepat di depan rumah Leana, mereka turun dari mobil dan membawa tas Leana lalu masuk ke dalam. Rumah Leana cukup gelap sehingga Leana sendiri heran. Jarang sekali rumah Leana dibuat gelap seperti ini, apalagi ia tahu bahwa kedua orang tuanya ada di rumah saat ini.

"Kok gelap ya, Gi?"

"SURPRISE!!" seru keluarga Leana, keluarga Gior dan ketiga teman Leana. Mata Leana membulat tidak percaya dan segera dibasahi oleh air mata. Ketiga teman Leana berhamburan memeluk Leana.

"Akhirnya pulang ya, Le," ucap Diandra dengan gembira. Begitu juga yang lainnya, mereka mengucapkan selamat kepada Leana yang sudah kembali ke rumah.

"Terima kasih semuanya, aku sayang kalian semua," ucap Leana lalu menangis terharu. Mereka menenanginya dan kembali bercanda tawa.

Leana seketika baru sadar ada sesuatu yang kurang, ia melihat ke sekeliling dan mengernyitkan dahinya. Ia mencoba berpikir apa sesuatu yang kurang dari sekumpulan keluarga dan teman-temannya itu. Saat ia melihat-lihat sekitar, baru ia sadar. Leana merenung sejenak dan menghembuskan nafasnya pelan.

TBC

Vote ya❤ dan maap ya telat up chapter ini. Btw, udah mau ending nih guys :)

TERIMA KASIH

•••

My Sister's EX ✔Where stories live. Discover now