12. Pesan Mama

1.8K 116 27
                                    

Happy reading

•••

Sarapan pagi ini terasa beda dengan hari-hari sebelumnya. Adam, Tanisha, dan Leana masih mencemaskan Diana yang belum juga ditemukan. Leana melahap makanannya dengan wajah murungnya.

Ting ting ting

Dering ponsel Adam membuat semua terlonjak. Tanisha dan Leana menatap Adam bersamaan. Adam pun menghentikan makannya dan mengangkat telepon tersebut.

"Halo?"

"..."

"Diana sudah ketemu? Dimana dia sekarang?" Mendengar nama Diana disebut, Tanisha dan Leana melebarkan matanya dan menyunggingkan senyum di wajahnya.

"..."

"Tarik dia pulang sekarang." Adam mengakhiri sambungan telepon tersebut.

"Kak Diana udah ketemu Pa?" tanya Leana dengan semangat.

"Iya dia ada di kafe dekat kampusnya." Adam melanjutkan makannya dengan wajah datar.

"Syukurlah kalau begitu." Tanisha menghela napasnya lega.

"Tapi yang jadi masalah ..." Adam menghentikan pembicaraannya dan melihat Tanisha dan Leana yang sedang menatapnya. "Diana tidur bersama seorang lelaki."

Tanisha dan Leana sama-sama melongo saat mendengarnya.

•••

Gior memijat keningnya pelan karena memikirkan Leana. Ia pun memutuskan untuk keluar rumah, mencari udara segar. Gior berjalan dengan santai sampai akhirnya ia berada di danau buatan yang sangat indah. Terdapat beberapa bangku taman di pinggiran. Gior menjatuhkan bokongnya di salah bangku tersebut. Termenung menatap danau. Semua pikirannya hanya tertuju kepada Leana.

Tiba-tiba, seorang gadis muda menghampirinya dengan duduk di sebelah Gior. Dengan wajah penuh keringat dan nafas yang memburu, Gior menoleh sekilas ke arah gadis itu. Si gadis memakai pakaian olahraga dan membawa botol minum. Dapat dipastikan bahwa dia sedang berolahraga.

"Nggak olahraga Mas?" tanya gadis itu tiba-tiba. Gior menoleh dengan ragu-ragu.

"Saya?" Gior menunjuk dirinya sendiri. Gadis itupun mengangguk pelan. "Nggak."

"Terus Mas ngapain?" Gadis itu terus menanyai Gior dengan hal-hal tidak penting. Dengan geram, Gior menatap tajam gadis itu.

"Bisa diem aja nggak?" geram Gior. Gadis itu terkekeh melihat Gior.

Gior berniat untuk pergi dari situ. Ia bangkit dari bangkunya dan memasukan tangannya ke dalam saku celana.

"Tunggu." Gadis itu ikut berdiri saat meluhat Gior ingin pergi. Gior membalikan diri dengan alis terangkat.

"Livia." Livia mengulurkan tangannya.

"Gior." Tanpa basa-basi, Gior segera jalan meninggalkan Livia.

Jadi dia orangnya, batin Livia dengan senyum kecil di wajahnya.

•••

Gior melajukan mobilnya ke rumah Leana. Bagaimanapun ia harus meluruskan masalah mereka berdua. Rumah Leana ramai dengan pria-pria berpakaian formal dan sedang berbicara kepada Adam. Gior mengernyit melihat semua itu. Ia turun dan menghampiri Adam.

"Siang Om," sapa Gior dengan menundukkan kepalanya sekilas.

"Eh ada Gior, ayuk sini masuk." Adam mengajak Gior masuk dan duduk di gazebo dekat kolam renang. "Cari Leana ya?"

Gior menganggukan kepalanya. "Iya Om."

"Leananya lagi les sampai jam setengah 2 siang, kamu mau tunggu aja?" Gior melirik ke arah jam tangannya. Jam itu masih menunjukkan pukul 12.30 siang.

"Aku tunggu aja deh Om," ucap Gior dengan sopan.

"Om minta maaf ya Gior, Diana buat kamu sama Leana jadi bertengkar terus," celetuk Adam membuat Gior tidak enak hati.

"Ah gak apa-apa Om, asal Leana baik-baik aja, aku gak apa-apa," jawab Gior dengan senyum kaku diwajahnya.

Adam menghembus nafasnya dengan berat dan berkata, "Om juga gak tau kenapa Diana jadi begini, dulu dia tuh baik, sayang sama Leana juga." Adam menatap lantai dengan pandangan kosong.

Gior mengangguk pelan dengan ragu-ragu. Ia masih tidak yakin dengan perkataan Adam mengenai Diana.

"Om juga gak nyangka dia kabur ke kafe milik lelaki itu," sambung Adam.

"Om udah tau siapa lelakinya?"

"Dari yang Om dengar katanya dia pemilik kafe itu, dia juga teman dekat Diana akhir-akhir ini, semua sudah cek CCTV dan memang gak ada kejadian apapun, dia juga udah minta maaf." Gior kembali menganggukan kepalanya.

•••

Sementara di kamar Diana, Tanisha terus memeluk putrinya itu yang sedang berbaring membelakangu dirinya. Diana menangis karena kesal dengan Adam yang menyeret dirinya oleh suruhan-suruhan Adam.

"Sayang, kamu jangan nangis lagi," ucap Tanisha namun perkataan tersebut membuat Diana menangis lebih kencang. "Ayok cerita sama Mama sini."

Tanisha membangkitkan Diana untuk duduk bersama dirinya. "Siapa cowok itu, hm?" Tanisha menyunggingkan senyum hangatnya agar Diana lebih tenang.

"Cuma temen," singkat Diana.

"Mama seneng sama cowok itu, dia baik dan menerima kamu, bahkan dia meminta maaf sama para suruhan Papa tadi karena membiarkan kamu kabur dari rumag." Pipi Diana merona mendengar penjelasan Tanisha, sesaat kemudian ia menghembus nafasnya dengan kasar.

"Aku gak peduli, aku cuma mau Gior," rengek Diana.

"Diana, terkadang kita harus belajar untuk menerima dan ikhlas, kalau kita memang sayang sama seseorang, hal paling kita utamakan adalah kebahagiaannya. Kita gak harus memilikinya, lihat orang itu sehat dan bahagia, udah lebih dari cukup bagi kita yang menyayanginya," ucap Tanisha dengan halus dan berhasil membuat Diana kembali menangis dalam diam.

•••

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 14.00. Leana membuka pintu rumahnya dengan beberapa buku dipelukannya. Betapa terkejutnya Leana melihat Adam dan Gior yang sedang mengobrol. Adam menoleh ke arah Leana yang sedang berdiri membeku.

"Leana, Gior udah tunggu kamu daritadi loh, disapa dong." Mendengar nama Leana, Gior menoleh dengan cepat ke arah belakang.

"Hai ..." sapa Leana dengan canggung melambaikan tangannya.

"Ikut aku sebentar." Gior berdiri dan berpamitan kepada Adam. "Om saya duluan ya."

"Oh iya Gior, hati-hati." Gior menarik lengan Leana dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.

TBC

Jangan lupa vote ya! ❤

TERIMA KASIH

•••

My Sister's EX ✔Where stories live. Discover now