Garvin tak membalas, hanya memandangnya tanpa berkedip. Hal yang membuat Katrin mendadak salah tingkah. Jangan lupain fakta kalau Garvin itu punya tampang cakep. Kalau kata Tiana, salah satu teman sekelasnya, Garvin itu bisa jadi reinkarnasi Dewa Yunani Kuno. Wajahnya terpahat sempurna. Nggak ada celah. Flawless. Stunning. Adorable. Dan segala kata sifat berkonotasi positif lainnya.

"Sesuka apa sih lo sama gambar?" Pertanyaan itu cukup menyentak Katrin yang tadi sibuk menikmati kegantengan hakiki di depannya.

"Suka banget."

"Sejak?"

"SD, mungkin. Waktu masih unyu-unyu-nya gue sering ikut lomba ngegambar atau ngewarnai pas acara 17-an. Lo mau liat hasil gambaran gue?" Katrin bertanya sambil bersiap-siap membuka file karyanya di Ipad-nya.

"Setelah ngeliat konten yang lo gambar kemarin, gue nggak mengharapkan apa-apa."

Astaga. Katrin jadi teringat tentang pembalut sialan itu.

"Gue gambarnya ada tujuan tau. Lo bisa liat nanti tunggu udah selesai," sungut Katrin sebal.

"Memang apa tujuannya?"

"Itu bahan untuk komikstrip gue."

"Lo bikin komikstrip?" Garvin tampak tak percaya.

"Lo baru tau? Semua anak-anak kelas udah tau, lho, Gar. Kemana aja lo?"

"Gue memang nggak menaruh minat khusus untuk hal yang nggak begitu penting," ucap Garvin.

Katrin berdecak. Songong banget! Untung ganteng!

"Jadi, lo beneran bikin komikstrip?"

"Iya. Kalau mau liat, follow aja @kitkatcomic. Kontennya lucu-lucu kok, walau agak receh. Tapi gue nggak tahu ya humor gue itu bakalan mempan atau nggak untuk orang dengan IQ di atas 140 kayak lo."

Tanpa diduga, Garvin mengulas senyum sesaat yang entah ditujukan untuk apa. Mungkin karena Katrin tadi menyinggung selera humor orang-orang ber-IQ sama dengannya. Katrin tertegun. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia melihat lengkungan tercetak dengan jelas di bibir Garvin yang terkenal super pelit ekspresi. Fans Garvin diluar sana pasti langsung jerit-jerit kalau melihat senyum cowok itu tadi. Ganteng dan manis banget! Katrin nggak ngerti lagi gimana mau jelasinnya.

Sadar dari ketersimaannya, Katrin berdeham tanpa maksud jelas.

"Gimana respons orang liat komik buatan lo?"

"Banyak yang bilang lumayan menghibur."

"Gue bakal cek nanti, kalau inget," Garvin kembali dengan ekspresi datar andalannya.

Dari pada menatap Garvin lama-lama dan berpotensi membuatnya kembali terpesona dan berujung kehilangan sisi warasnya, Katrin memilih untuk melanjutkan aktifitas menggambarnya. Dia sadar, Garvin kembali menatapnya diiringi helaan napas super panjang. Seakan ada beban sepuluh kilo yang mengikuti hembusan karbondioksidanya. Mungkin cowok itu heran dan kesal kenapa Katrin nggak ada nurut-nurutnya sama sekali.

Katrin mewarnai kanvasnya dengan teliti. Kalau sudah melakukan passion-nya satu ini, perlahan tapi pasti, sekelilingnya seakan terlihat buram. Dia terlalu fokus dengan apa yang dia kerjakan, dan sekitarnya bagai hanya ilusi yang tak perlu diperhatikan.

Mata Katrin berbinar bahagia, senyumnya terbit secara alami, dan hatinya berdebar dengan nyaman.

Katrin bahkan sudah tidak peduli lagi dengan kenyataan bahwa ada cowok ganteng yang duduk dengan jarak kurang dari setengah meter darinya. Padahal dia tahu, ada banyak perempuan yang mendambakan untuk berganti posisi dengannya.

Karena KatrinaWhere stories live. Discover now