[49] Kehangatan

73.4K 2.6K 27
                                    

Give me your vote and comment.

*****&*****

Sinta terbaring di ranjang rumah sakit sambil memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sinta tersenyum melihat ruangan begitu ramai karena banyak orang yang mengunjunginya. Mereka begitu antusias atas kelahiran kembar kedua.

"Anak lo cakep-cakep banget Ta. Pengin gue bungkus dan bawa pulang salah satu dari mereka." Resya berujar dengan nada gemas. Sinta hanya tersenyum tipis saja menanggapi ucapan Resya.

"Sembarangan aja lo kalau ngomong. Emang anak Sinta itu apa sampai mau lo bungkus?" Andre berucap sinis. Resya menanggapi itu dengan dengusan.

"Lo mah ngegas mulu kalau ngomong. Heran deh gue. Emak lo ngidam apaan sih pas hamil lo?"

"Apaan lo tanya-tanya? Terserah gue dong mau bersikap gimana."

"Eh, buset. Lo berdua bisa gak sih buat gak berantem? Kasihan Diva nih jadi gak bisa tidur," ucap Rangga denan nada marah. Resya mencebikkan bibirnya.

"Lo juga ngegas coeg," ucap Andre.

Yang lain hanya memutar bola mata melihat pertengkaran antara Andre, Rangga, dan Resya. Indra tersenyum tipis melihat tingkah Resya. Dia gemas dengan Resya yang begitu ngotot.

"Lo bertiga mending baku hantam di lapangan aja sana. Berisik banget disini. Ganggu tahu!" Ucapan Alfi membuat ketiganya menatap Alfi horor. Alfi membalas tatapan mereka dengan tatapan menantang.

"Udah deh, pada inget umur dong. Dari dulu perasaan hobi banget berantem." Sinta berbicara dengan lemah. Andre, Resya, dan Rangga langsung bungkam.

Ray tiba-tiba teringat dengan ucapan salah satu dosennya. Dia ingin mengetahui kenapa Bu Nita terkesan tahu bagaimana Sinta. Mungkin saja Sinta mengenal dosennya itu.

"Ta, aku mau tanya sama kamu."

"Tanya apa Ray?"

"Kamu ada mengenal orang yang namanya Nita atau Fernita?" Sinta mengerutkan dahi mendengar pertanyaan itu. Otaknya langsung berfikir.

"Fernita Arini Saafa maksud lo Ray?" Alfi ikut dalam pembicaraan Ray dan Sinta. Ray mengangguk ketika Alfi menyebutkan nama itu.

"Dia dulu tinggal satu komplek sama gue dan Sinta sebelum Sinta pindah rumah. Dia beda 7 atau 6 tahun lah dari Sinta. Dia gak suka sama Sinta sejak kecil. Alasannya karena Sinta banyak yang suka. Posisi Nita yang menjadi pujaan tergeser oleh Sinta," jelas Alfi. Sinta menjadi mengingat kejadian masa lalu yang ingin ia lupakan.

"Emang ada apa Ray? Kok kamu bertanya tentang Nita?"

"Ada dosen aku yang namanya Nita dan dia tahu tentang kamu. Makanya aku tanya."

"Paling tahu kejelekan Sinta lebih tepatnya," ujar Alfi. Dia sebenarnya paling benci dengan Nita. Makanya, dia paling bersemangat membicarakan tentang Nita.

"Emangnya dia bilang apa ke kamu?"

"Dia bilang benci sama kamu dan dia bilang hal buruk tentang kamu." Mendengar jawaban Ray, Sinta hanya tersenyum tipis. Sudah biasa dia mendengar berbagai macam cibiran. Mulai dari wanita murahan, anak haram, bahkan sampah. Sinta memang ditakdirkan untuk dibenci banyak orang.

"Aku gak peduli dia ngomong apa Ray. Aku udah biasa dengar caci maki orang." Ray merasa terenyuh mendengar ucapan Sinta.

"Kamu gak usah pikirin omongan dia juga Ray. Cewek sirik mah gitu. Lo hati-hati juga sama dia. Dia suka menggoda soalnya. Takutnya lo khilaf lagi." Alfi memberi peringatan. Ray mengangguk sambil tersenyum.

Married By AccidentWhere stories live. Discover now