[21] Kejutan dari Ray

81.4K 3.2K 14
                                    

Give me your vote and comment.

*****&*****

Suasana ruangannya begitu berisik karena para sahabatnya berkunjung. Dava dan Diva berada di gendongan dua sahabatnya, Acha dan Adi. Mereka tampak bahagia menggendong anak Sinta. Berkali-kali sahabatnya bertengkar karena ingin mendapat giliran. Sinta pun tersenyum tipis. Dia bahagia melihat semua sahabatnya bahagia.

"Anak lo lucu banget, Ta." Acha tak berhenti mencium Diva. Diva ternyata tak merasa terganggu. Dia tampak nyaman saja dengan perlakuan Acha.

"Ray ada dimana, Ta?" Andre duduk di kursi samping Sinta.

"Dia ada kelas. Tapi, satu jam lagi pulang kok." Sinta berucap lesu. Dia berusaha menyembunyikan rasa khawatirnya.

"Maaf sebelumnya, Ta. Gue mau bilang sesuatu hal yang mungkin menginggung lo. Gue rasa Ray keterlaluan deh. Harusnya dia nemenin lo selama di rumah sakit. Kan bisa ijin sama pihak kampus. Dia bisa bilang kalau istrinya melahirkan. Pasti pihak kampus mengizinkan." Sinta hanya diam mendengar ucapan Andre. Sinta tahu ucapan Andre ada betulnya. Ray bisa izin untuk tidak ke kampus dulu.

"Gue gak mau lo disakiti lebih dalam lagi."

"Makasih lo udah mau perhatian ke gue," lirih Sinta.

"Kak Sinta." Sinta melirik ke arah pintu. Ada Panji dengan senyuman manisnya. Di sebelahnya ada Rangga. Panji langsung memeluk kakaknya. Sinta membalasnya dengan senang.

"Maaf karena gue baru dateng. Kemarin gue ada acara."

"Gak papa kok, Nji. Mau besok atau sekarang Kakak seneng."

"Gue lihat Kembar ya?" Panji menuju Acha dan Adi. Kini Sinta menatap Rangga. Matanya tiba-tiba memanas melihat tatapan mata Rangga.

"Cie, partner ribut gue udah jadi Ibu." Rangga merangkul Sinta. Sinta tak menyangka respon Rangga akan seperti ini. Sinta pun hanya bisa menunduk lalu tertawa dengan air mata yang tumpah.

"Dih, nangis lagi. Lo pikir lo cantik kalau nangis?"

"Gue kangen lo." Reflek, Sinta memeluk Rangga. Dengan senang hati, Rangga memeluk balik dan tersenyum.

"Iya tahu, gue kan emang ngangenin," ucap Rangga penuh percaya diri. Sinta melapas pelukannya dan mencubit lengan Rangga hingga membuat Rangga meringis. Tapi, setelah itu Rangga malah tertawa.

"Gue udah tahu semua yang terjadi. Andre yang cerita. Maaf gue baru datang. Maklumlah, gue kan udah jadi anak sibuk."

"Sok sibuk lo. Bilang aja lo males ketemu gue."

"Ya nggak lah. Yakali gue males ketemu cewek luar biasa kayak lo," ucap Rangga dengan senyum manisnya. Hari ini Sinta cukup merasa bahagia. Dia bisa bernostalgia dengan para sahabatnya.

***

Sinta sekarang hanya bersama dengan kedua anaknya dan Panji. Semua sahabatnya telah pulang sekitar dua jam lalu. Sinta yang sedari tadi memasang wajah bahagia mulai memasang wajah khawatir. Dia kembali memikirkan Ray yang tak kunjung pulang. Pikiran negatif kembali memenuhi kepalanya.

"Ganteng banget si Dava. Mirip banget sama Bapaknya." Panji masih betah menggendong Dava. Sinta hanya diam sembari melihat Diva yang ada di gendongannya. Dia kemudian mendengar suara pintu terbuka. Dia langsung menengok ke arah pintu berharap Ray pulang. Tetapi, harapannya pupus ketika melihat Indra dan Nicholas yang datang.

"Selamat ya, Ta. Gue turut senang sama kelahiran si kembar. Nih, gue bawa boneka dong buat si cantik." Indra menunjukkan sebuah boneka. Sinta hanya tersenyum tipis.

Married By AccidentDonde viven las historias. Descúbrelo ahora