[34] Berbagai Kecemasan

76.1K 3.1K 64
                                    

Give me your vote and comment.


*****&*****

Ray menghentikan mobilnya tepat di halaman rumah. Dia menggendong Dava yang tengah tertidur sambil mengulum jarinya. Dia keluar mobil dan menatap marah tiga orang yang sekarang ada di depan rumahnya. Arkan yang sadar akan kehadiran seseorang langsung membalik badan. Melihat Ray dan dua sahabatnya yang sedang berjalan mendekat, Arkan tersenyum tipis.

"Mau apa lo kesini?" Ray bertanya sinis. Arkan malah tertawa ringan mendengar jawaban Ray.

"Santai aja dong. Gue kesini kan cuma mau mengunjungi Sinta. Gak boleh?" Tanya Arkan dengan nada tenang. Ray menatap Arkan dengan perasaan sangat marah. Jika saja dia sedang tidak menggendong Dava, sudah Ray pastikan Arkan terluka karenanya.

"Jelas gak boleh bangsat! Sinta itu istri gue!" Ray sedikit berteriak. Dava langsung menangis karena terkejut. Indra menepuk jidat. Harusnya, tak ada Dava ditengah-tengah mereka.

"Sesama kaum bangsat jangan ngatain dong." Arkan malah tersenyum menantang. Ray tidak tahan ingin memukul Arkan.

"Nic, tolong bawa masuk anak gue lewat pintu belakang." Ray berbisik pada Nicholas. Mendapat perintah dari Ray, Nicholas langsung menangguk dan mengambil alih Dava dari Ray.

"Bajingan!" Ketika Nicholas sudah pergi dari sana, Ray langsung meninju keras wajah Arkan. Sungguh dia sangat emosi dengan pria itu.

"Lo juga bajingan!" Arkan membalas pukulan Ray. Indra dengan sigap langsung membantu.

"Dasar bajingan gak tahu diri! Harusnya lo tuh ngaca kalau mau ngatain gue! Sebajingannya gue, gue gak pernah merusak masa depan orang yang gue cinta!" Arkan kembali memukul. Ray yang mendengar ucapan Arkan langsung bungkam. Ray bangkit dan hanya mengelap pelipisnya yang mengeluarkan darah. Melihat itu, Arkan tersenyum menang.

"Kenapa diam? Udah sadar kalau lo juga bajingan?" Tanya Arkan. Ray mengepalkan tangannya. Dia ingin kembali memukul Arkan. Namun, Sinta yang keluar secara tiba-tiba langsung menghentikan aksinya.

"Lo pergi atau gue panggilin warga?" Sinta bertanya sinis. Mendengar itu, Arkan malah kembali tersenyum. Pria itu tidak ada gentarnya.

"Jadi, lo udah cinta sama orang yang udah rusak masa depan lo?"

"Pergi, Kan!" Sinta berteriak emosi. Arkan menatap dalam mata Sinta.

"Gue datang kesini karena gue pengin menyelamatkan lo dari bajingan kayak Ray, Ta. Dia itu maniak cewek. Lo cuma bakal sakit hati nantinya."

"Pergi, Kan! Gue gak mau berurusan sama lo lagi!" Bentak Sinta. Arkan menepuk pundak kedua temannya untuk pergi dari sana. Namun, baru beberapa langkah Arkan langsung berhenti.

"Rasa gue sama lo tetap sama, Ta. Jadi, kalau Ray nyakitin lo gue siap maju."

"Namanya gue keluar lubang buaya masuk kandang macan." Arkan terkekeh mendengar ucapan Sinta. Pria itu nampak terlihat seperti tak habis berkelahi.

***

Sinta mengobati luka Ray. Melihat wajah Sinta, Ray kembali mengingat ucapan Arkan yang mengatai bajingan. Dia tak menampik fakta itu. Dia sadar jika dirinya tak jauh beda bajingannya dengan Arkan. Bahkan, Ray mungkin jauh lebih buruk dari Arkan karena menambah banyak penderitaan istrinya.

"Sayang, aku minta maaf karena perbuatan aku dulu, masa dep-," Sinta menaruh jari telunjuknya di bibir Ray sebelum Ray menyelesaikan ucapannya.

"Harus berapa kali aku bilang, Ray? Aku udah maafin kamu dan aku gak mau bahas itu lagi. Ini takdir aku."

Married By AccidentWhere stories live. Discover now