[11] Dibongkar

89.1K 3.6K 117
                                    

Give me your vote and comment.

*****&*****

Selama berjalan di koridor, Sinta terus teringat ucapan Panji. Sinta semakin bingung. Apa menerima Ray itu yang terbaik?Apakah hidupnya akan berubah setelah bersama Ray?

"Ta."

Sinta menoleh dan mendapati Ray bersama kedua sahabatnya. Sinta tak mau ketus lagi. Pasalnya, Sinta tiba tiba ingin bertemu Ray. Pasti itu bawaan bayi.

"Kok lo udah keluar?" Tanya Nicholas.

"Gue udah pengin keluar. Gak kuat di rumah sakit terus."

"Panji udah tau ya?" Tanya Ray dengan raut yang tenang.

"Kata siapa?"

"Malam tadi Panji datang nemuin gue. Dia bilang macem macem."

"Dia mukul lo?"

Ray menggeleng sambil tersenyum. Sinta pun dibuat bingung dengan raut wajah Ray.

"Dia malah nitip lo ke gue. Dia bilang ke gue kalau gue harus tanggung jawab kalau gue cowok."

"Beneran gak mukul?"

"Enggak Ta, Panji sayang banget sama lo dan dia adalah orang yang baik. Dia gak mau mukul bajingan kayak gue. Dia mikirin nasib keponakannya."

Sinta terdiam. Jadi, Panji betul-betul menemui Ray dan menyuruh Ray tanggung jawab tanpa ada kekerasan. Sinta kagum terhadap adik nakalnya.

"Oh ya, nih gue bawa bubur sumsum buatan gue sendiri. Tiba-tiba gue pengin kasih itu ke lo."

"Betul kata Panji, Ray memiliki ikatan kuat dengan anaknya. Ya Tuhan, apa memang aku harus menerima Ray?"

"Ta, gue nanti sore ke rumah lo sama orang tua gue. Semua harus dibongkar. Mau gak mau lo harus terima gue. Ini demi baby Alvero."

"Baby Alvero?" Tanya Sinta dengan alis mengerut.

"Iya, kan emang baby-nya Ray Alvero," ucap Ray sembari tersenyum. Sinta membuang muka sejenak. Dia kembali berfikir soal rencana Ray.

"Tapi Ray, gue bel-."

"Siap gak siap lo harus terima. Memang ini jalannya. Tunggu gue nanti," potong Ray. Sinta terdiam di tempat. Ray beserta dua sahabatnya lantas pergi meninggalkan Sinta yang termenung. Semuanya akan semakin rumit. Sebentar lagi, semuanya benar-benar semakin hancur.

*****

Sepulang sekolah, Ray langsung mengganti bajunya. Setelah dia memakai baju biasa, Ray merenung di depan cermin menyiapkan kata-kata yang akan ia ucapkan. Ray di dera rasa gugup. Dia takut respon orang tuanya akan buruk.

"Gue pasti bisa!" Ray menyemangati dirinya sendiri.

Ray turun dari kamarnya dengan jantung berdegub kencang. Ray mendapati Yanti sedang duduk membaca majalah wanita. Ray mengatur nafasnya beberapa kali sebelum mendekati Yanti. Dengan penuh dramatis, Ray berlutut di depan Yanti dan mencium kaki dari wanita yang telah melahirkannya itu.

"Ray, tumbenan kamu cium kaki Mama. Ada apa?" Yanti bertanya bingung. Tentu saja karena dia tahu bagaimana sikap Ray.

"Maafin Ray, Ma. Ray anak yang punya banyak dosa." Ray berucap tanpa memandang Yanti.

"Kamu apaan sih, ayo duduk." Yanti semakin bingung dengan kelakuan anak bungsunya.

"Kamu ada apa sih Ray?" Tanya Yanti. Bukannya menjawab, Ray malah celingukan seperti mencari sesuatu.

Married By AccidentМесто, где живут истории. Откройте их для себя