[28] Baikan

76.4K 3.1K 35
                                    

Give me your vote and comment.

*****&*****

Sinta membaringkan kedua anaknya setelah selesai dimandikan. Meski tubuhnya belum begitu sehat sepenuhnya, dia tetap menjalankan kewajibannya untuk mengurus kembar. Dia memakaikan kembar baju setelah selesai dibaluri lotion bayi dan sebagainya. Dia mencium kedua pipi kembar bergantian. Dia menikmati aroma segar yang menguar dari badan kembar. Dari dulu, Sinta memang suka bau khas bayi.

Sinta memandang kedua anaknya yang sedang bergerak-gerak. Dia tersenyum lebar ketika Dava tengkurap. Sudah hampir dua minggu ini anaknya bisa tengkurap. Dia lantas menggendong dua anaknya sekaligus. Dia menyanyikan sebuah lagu. Suara merdu yang keluar dari mulut Sinta membuat kembar menatap Sinta tak berkedip.

"Aku selalu suka suara kamu." Tiba-tiba seseorang datang memuji Sinta sembari mengambil alih Dava. Sinta mendongakkan kepala.

"Kamu ngapain disini, Ray?"

"Ketemu anak istri dong. Kamu pikir aku gak kangen sama kamu dan kembar?"

"Kamu kan lebih milih wanita itu daripada kami." Sinta berkata sinis. Ray malah tersenyum. Dia suka wajah Sinta ketika marah.

"Kata siapa?"

"Kemarin Cia bilang kamu calon suaminya."

"Kan Cia yang bilang. Kemarin aku cuma diem."

"Diem berarti iya."

"Atas dasar apa kamu mengartikan diem itu iya?" Tanya Ray. Sinta tiba-tiba diam. Ray mendekati Sinta lalu tersenyum.

"Kita obrolin ini baik-baik. Cukup tadi aku berdebat sama keluarga kamu supaya bisa ketemu kamu. Lagian, gak baik kalau kamu marah-marah. Kasihan kembar karena denger kamu marah-marah," ucap Ray. Sinta menyadari kesalahannya. Dia tak boleh bertengkar dengan Ray karena ada kembar. Dia pun menidurkan Diva diranjang. Disusul dengan Dava. Dia menaruh beberapa guling di sisi mereka.

"Aku gak bakal nikah lagi. Aku bakal nolak Cia."

"Emang kamu mau hidup miskin?"

"Asal aku terus sama kamu dan kembar, aku mau kok," jawab Ray. Hati Sinta menghangat. Dia mendengar ketulusan dari nada bicara Ray. Apalagi sorot mata itu, sama seperti saat Ray mengucapkan betapa cintanya dia pada Sinta.

"Gimana sama keluarga kamu?"

"Kalau mereka gak memerbolehkan aku menolak Cia, aku gak peduli. Aku akan tetap menolak dia. Percuma kalau aku bergelimang harta, tapi aku melihat kamu menderita. Kamu dan kembar sumber bahagia aku." Mata Sinta berkaca kaca. Katakanlah Sinta lebay atau semacamnya. Tapi, memang begini keadaannya. Dia bersyukur Ray ada perjuangan menolak.

"Kamu serius?"

"Apa nada bicara aku main main?" Sinta langsung menggeleng sebagai jawaban. Ray tersenyum melihat Sinta. Entah siapa yang memulai, bibir mereka bersatu. Kelembutan penuh cinta mendominasi mereka. Mereka merasa jika dunia hanya milik mereka berdua. Mereka lupa jika kembar ada di dekat mereka dan mungkin menyaksikan semuanya.

"I Love you." Ray mengucapkannya tepat di depan wajah Sinta. Sinta mengecup pipi Ray lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Ray.

"I Love you too." Sinta berbisik lalu memeluk Ray. Sejak dia mencintai Ray, dia tak bisa lagi marah terlalu lama.

"Aku gak salah denger?" Ray bertanya tak percaya. Dari dulu, dia menginginkan kalimat ini keluar dari mulut Sinta.

"Nggak." Sinta membenanmkan wajahnya di dada Ray. Jantungnya berpacu sangat cepat.

Married By AccidentWhere stories live. Discover now