The Day

37 3 0
                                    

Jantung Moudy berdegup dengan kencang, ini adalah hari ketiga yang diucapkan-lebih tepatnya diamcamkan-Raka padanya, sejak tadi yang ia lakukan adalah muter-muter tidak jelas di kamarnya, melirik jam tangan nya berkali-kali, kemudian menghela napas. Terus saja seperti itu, seperti pola yang terus berulang.

Moudy kembali melirik jam di tangan nya, 06.45. Ouh sudah jam segini tapi ia masih berada di kamar nya merupakan track record baginya. Ia adalah murid teladan yang bahkan tidak pernah terlambat sekolah, sekarang lihat, hanya karena seorang Raka ia jadi takut berangkat sekolah.

Dag dig dug

Dag dig dug

Dag dig dug

Ouh Ya Tuhan, ia benci debaran cemas ini.

Ia memejamkan mata, menarik napas dalam, berpikir cepat, ia harus tetap sekolah, tidak mungkin hanya karena seorang Raka ia membolos sekolah. Ia sudah memikirkan nya sejak semalam, sudah di putuskan, jika nanti ia akan melakukan perlawanan pada Raka.

Yup, tentu, ia tidak akan diam saja jika Raka mengancam nya lagi.

***

Moudy sampai di sekolah tepat sebelum Pak Zany, security sekolah, menutup gerbang.

"Eh Pak, tunggu Pak. "

Moudy berlari ngos ngosan ke arah gerbang yang hendak di tutup , ia hanya meringis saat Pak Zony memicingkan mata menatap nya.

" Ini dia yang udah di tunggu dari tadi!"

Ucapan itu mengalihkan tatapan Moudy pada seorang cewek berseragam serba ketat yang menatap nya berang, berserta dua dayang-dayang yang membayanginya.

Tunggu dulu, apa salahnya kali ini.

Cewek bernama Diana itu melambaikan tangan nya pada Pak Zony yang menatap nya curiga, "Saya mau jemput temen pak, udah di tungguin guru di kelas."

Tangan Diana menggandeng pundak Moudy akrab. Menggiring nya cepat menuju ke arah koridor sekolah.

"Aww kak sakit. " Ringis Moudy saat gandengan tangan Diana semankin erat.

" Gak usah banyak omong deh Lu. " bentak Diana.

Sashi, salah satu dayang Diana, berambut panjang yang sengaja di curly itu tertawa sinis memandang Moudy, ia membuka pintu gudang cepat, sambil melirik keadaan sekitar.

" Aman. " kode Luna, dayang Diana yang satu nya lagi.

Dengan kasar Diana mendorong bahu Moudy hingga membentur bangku tak terpakai di gudang itu.

"Awwwww..." tangan Moudy memegangi punggung nya yang nyeri sehabis menghantam bangku di belakang nya.

Diana memandang tajam dari atas hingga kebawah kaki Moudy, ia mendecih, apa bagusnya cewek ini dibandingkan dirinya, Moudy tampak biasa saja dimata Diana, rambut nya yang lurus sebahu tanpa model, bajunya seragam nya yang tampak longgar, jelas sekali tidak berbody seperti dirinya.

Mata Diana memicing melihat jepitan rambut berwarna biru menyala bentuk bintang yang berada di bagian samping rambut Moudy, ia tidak begitu memperhatikan nya tadi. Dengan kasar diambil nya jepitan itu, sekaligus menarik kencang rambut Moudy.

Moudy berteriak kesakitan, mata nya memerah menahan perih. Ia melihat Diana menginjak Jepitan pemberian ibunya hingga hancur,

"Norak," kaki Diana terus saja menginjak-nginjak lantai tepat dibawah jepitan naas itu berada.

RaMo Where stories live. Discover now