13. Mr. Arrogant (2)

43.3K 2.2K 13
                                    

Kesabaran itu ada batasnya dan kau selalu menguji kesabaranku. Aku harap imanku kuat untuk tak melampiaskan amarahku padamu
-Shasa-

Happy Reading....

Shasa menatap langit-langit kamarnya. Ia memikirkan kehidupannya sebelum ia terjebak dalam pernikahan sandiwara ini. Ya walaupun dihadapan dunia mereka sah sebagai suami istri tetapi bagi mereka itu hanyalah sebuah perjanjian dan sandiwara belaka. Shasa tak pernah meraskan hal yang serumit ini sebelumnya. Kehidupannya baik-baik saja sebelum ini. Ia menjalankan kehidupannya dengan tenang dan damai walau banyaknya pekerjaan yang harus ia selesaikan tapi ia tak pernah merasakan lelah seperti sekarang. Ia begitu lelah menghadapi sikap arrogant yang ditunjukkan oleh Arkan.

Hah. Shasa mengusap wajahnya lalu memejamkan matanya. Ia harus segera istirahat karena besok ia akan menjalankan tugas-tugasnya dirumah ini.

Tok....tok....tok.....

Baru saja Shasa akan mencapai alam mimpinya terdengar ketukan pintu. Siapa yang menggangu? Apa dia tidak tau aku begitu lelah?. Shasa merubah posisi tidurnya menyamping. Ia tak menghiraukan ketukan pintu itu karena sekarang ia butuh istirahat.

Tok...tok...tok...

Sekali lagi suara ketukan pintu itu mengganggu tidur Shasa. Shasa menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya sampai kepala. Ia kembali memejamkan matanya. Ia sangat malas untuk turun dari ranjang yang nyaman ini.

Suara ketukan sudah tak terdengar lagi. Shasa menghembuskan napas lega. Ia menurunkan kembali selimutnya hingga batas leher. Shasa memejamkan matanya. Tapi belum saja ia mencapai alam mimpi, ia merasa ada yang menarik selimutnya. Ia membuka sedikit matanya melihat siapa yang mengganggu tidurnya kali ini.

Ia menyipitkan matanya agar lebih jelas. Karena sinar lampu yang redup jadi ia tak bisa melihat jelas wajah orang yang berdiri disamping ranjangnya. Setelah beberapa lama mengamati Shasa tersentak dan langsung duduk diranjangnya.

"Apa yang kau lakukan dikamarku?" Shasa menatap Arkan. Arkan malah menunjukkan wajah datarnya.

"Aku masih harus memeriksa beberapa berkas diruang kerjaku jadi aku membutuhkan segelas kopi." Arkan memandang Shasa datar.bahkan sangat datar.

"Lalu?" Shasa menautkan kedua alisnya, ia tak mengerti apa yang dimaksud dengan Arkan.

"Buatkan aku segelas kopi" Arkan berkata dengan santainya tapi tidak dengan reaksi yang diperlihatkan Shasa.

"Aku bukan pelayanmu. Kalau kau ingin kopi maka buatlah sendiri." Shasa kembali merebahkan dirinya keranjangnya. Ia sangat mengantuk.

"Kalau aku buat sendiri lalu apa gunanya dirimu sebagai istriku?" Arkan menyilangkan kedua lengannya didepan dada. Ia masih menatap Shasa dengan datar.

"Aku mengantuk. Kau punya tangan kan jadi gunakanlah. Keluar dari kamarku aku ingin istirahat." Shasa mengibaskan kedua tangannya sebagai tanda agar Arkan pergi dari kamarnya.

Arkan tak mengikuti perintah Shasa ia malah mendekat kearah Shasa lalu ikut merebahkan dirinya disana. Shasa terkejut akan apa yang dilakukan oleh Arkan.

"Aku akan tetap disini sampai kau membuatkanku segelas kopi." ucap Arkan sambil memejamkan matanya.

Shasa mendengus, kalau sudah begini ia tak bisa menolak. Membayangkan tidur satu ranjang dengan Arkan benar-benar seperti mimpi buruk. Tapi entah kenapa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Shasa memegang dadanya untuk meredakan detak jantungnya. Ia menatap kearah samping dimana Arkan sedang berbaring. Wajah Arkan terlihat begitu damai. Shasa memperhatikan wajah damai itu sejenak.

Pengantin Sementara (END)Where stories live. Discover now