08. Saran Rani

45.1K 2.2K 23
                                    

Harapan yang semu tak akan pernah nyata jika belum dicoba untuk mewujudkannya
-Author-

Happy Reading...

Author's POV

Arkan keluar dari ruangannya ia menghampiri sekretarisnya.

" Radit. Siapkan berkas-berkasnya, kita meeting sekarang " kata Arkan lalu berjalan menuju ruang meeting.

Radit melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. 8:15, meeting masih 15 menit lagi. Radit melihat kearah Arkan dengan bingung.

Radit berlari menyusul Arkan.
" Maaf sir, tapi meeting masih 15 menit lagi "
Arkan menghentikan langkahnya lalu menghadap kearah Radit.

" Apa kau tidak bisa memeriksa jadwal? Meeting ini dilaksanakan jam 8:15. Aku sudah memeriksa jadwalku hari ini "
Arkan kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang meeting.

Radit menggaruk tengkuknya yang tak gatalm. Ia memeriksa ulang jadwal bosnya itu sekali lagi. Jadwal meeting hari ini jam 8:30 dan jam 10:15. Lalu dia salah apa? Dia sudah benar bahwa jadwal meeting pertama itu 8:30.

Sebenarnya disini aku yang salah atau dia salah? Batin Radit. Tidak ingin ambil pusing ia ikuti saja bosnya itu daripada ia akan dipecat nanti. Radit kembali melanjutkan jalannya menuju ruang meeting.

Radit membuka pintu ruang meeting tersebut dan ia melihat bahwa semua telah berkumpul diruangan itu. Ia kembali melirik jam dipergelangan tangannya. Pukul 8:20 dan semua sudah berkumpul. Ya tuhan apa dia salah menulis jadwal.

Arkan melihat Radit yang tak beranjak dari tempatnya berdiri.
" Radit kalau kau berdiri disitu saja daritadi kapan meeting ini akan dimula? " kata Arkan dingin

" Hmm... Maaf sir " Radit beranjak dari tempatnya dan duduk disebelah Arkan.
Ruangan itu pun diisi dengan suara orang yang sedang berdiskusi.

******

Shasa menyimpan majalah yan ia baca diatas meja. Ia merasa sangat bosan dan daritadi ia menunggu kedatangan Rani. Sahabatnya itu mengatakan bahwa ia dalam perjalanan menuju kerumah Shasa eh rumah Arkan maksudnya. Tapi daritadi Shasa menunggu Rani belum tiba juga.

" Kenapa lama sekali Rani sampainya? Aku bosan, huh... " kata Shasa menghembuskan napas bosan.

" Marry!! " panggil Shasa saat melihat Marry baru keluar dari dapur.

" Iya nona, ada yang anda butuhkan? " tanya Marry saat sudah tiba didekat Shasa

" Oh ayolah Marry jangan memanggilku seformal itu. Kau lebih tua dariku jadi panggil saja namaku " kata Shasa lalu beranjak dari duduknya.

" Tapi nona. Nona adalah istri tuan jadi kami patut menghormati anda "  Marry menundukkan kepalanya.

" Lalu kenapa kalau aku istrinya, seharusnya aku yang menghormatimu karena kau lebih tua dariku. Jadi mulai sekarang panggil aku Shasa saja tanpa ada embel-embel 'nona' " Shasa tersenyum kearah Marry

Marry menggelengkan kepalanya
" Aku tak bisa nona. Aku takut tuan akan marah nanti " Marry kembali menundukkan kepalanya.

" Ya tuhan. Kenapa kau takut sekali dengan tuanmu itu, dia tak akan memakanmu kalau kau memanggiku dengan namaku saja. "
Marry tetap menggelengkan kepalanya.

" Oke, begini saja kau memanggilku nona hanya jika ada Arkan dirumah. Kalau ia tak ada dirumah kau harus memanggil namaku saja, Oke? " Shasa mencoba bernegosiasi dengan Marry

" Tapi nona- " belum sempat Marry melontarkan penolakan lagi Shasa memotong ucapannya.

" Aku tak menerima penolakan. Aku memaksa jadi kau harus menurutinya " kata Shasa tegas.

Pengantin Sementara (END)Where stories live. Discover now