15. Sandiwara

40.9K 2.2K 15
                                    

Menilai kepribadian seseorang tak hanya melihat luarnya tapi lihatlah ketulusan hatinya.
-Author-

Happy Reading...


Dengan dahi berkerut Shasa mengamati mobil yang ada dihalaman rumah. Siapa? Tamu?.

Arkan menurunkan semua belanjaan Shasa. Arkan memandang Shasa bingung. Aneh. Arkan kembali melanjutkan untuk menurunkan barang belanjaan dan melangkah kearah rumah.

Arkan kembali berbalik untuk melihat Shasa yang masih diam ditempat.

"Nggak mau masuk?" Shasa menoleh kearah Arkan.

"Kayaknya ada tamu deh." Shasa menunjuk kearah halaman dimana terparkir mobil mewah berwarna hitam.

Arkan melihat kearah yang ditunjuk Shasa. Sejenak Arkan langsung tegang. Ia membulatkan matanya seakan-akan melihat hantu.

"Mama..." Ucap Arkan menelan ludah kasar.

"Ha? Mama? Mama siapa?" Shasa menggaruk kepala tanda tak paham.

"Mama aku" Arkan masih menatap mobil itu horor.

"Apa?!!" Shasa ikut memandang mobil dengan horor.

Mertuanya? Mertuanya datang?. Shasa menelan ludah kasar.

"Yuk masuk". Arkan sudah kembali memasang wajah datar dan tenang.

"Masuk? Masuk kemana?" Seketika pikiran Shasa blank karena masih shock.

"Ya masuk kerumah. Kita temuin mama aku." Arkan menoleh kearah Shasa.

"Kamu gila. Emangnya mama kamu tau kalau aku yang jadi istri kamu? Kalau mama kamu nggak suka sama aku gimana? Aku nggak usah ikut masuk ya?" Shasa memandang Arkan penuh harap. Ia menampilkan wajah memelasnya.

Seperti biasa. Arkan tak terpengaruh sama sekali. Ia menatap Shasa datar.

"Kalau kamu nggak masuk malah aku yang bingung harus jawab apa ke mama kalau dia nanya dimana istri aku. Mama aku orangnya ramah kok. Kita udah punya kesepakatan kan?" Arkan menatap Shasa.

Shasa hanya mengangguk pasrah. Kalau sudah sebut-sebut kesepakatan apa boleh buat?.
Shasa menghela napas lalu berjalan menghampiri Arkan.

"Sampai kapan mama kamu mau tinggal di sini?" Tanya Shasa saat ia sudah dihadapan Arkan.

"Nggak tau. Mama nggak ada bilang apa-apa sama aku."

Shasa dan Arkan berjalan beriringan menuju rumah. Arkan memindahkan kantong belanjaan ke tangan kanan. Ia menggenggam tangan Shasa menggunakan tangan kiri.

Shasa terkejut ditempatnya. Ia melirik kearah tangan kanannya yang digenggam Arkan. Lalu mengangkat pandangannya kearah Arkan. Entah kenapa hatinya berdesir.

Shasa menolak rasa itu ia menggangap mungkin karena angin yang sejuk itu sebabnya hatinya berdesir. Shasa kembali mengarahkan pandangan kedepan.

*******

Saat memasuki ruang tamu Arkan dan Shasa mendengar suara tawa beberapa orang.

"Mama kamu cuma satukan?" Shasa menatap Arkan penuh tanya.

"Iyalah. Nggak mungkin kan aku lahir dari beberapa rahim wanita."

Shasa hanya mengangguk saat mendengar jawaban Arkan.

"Ma..."

Seorang wanita paruh baya berparas cantik dan anggun berbalik sesaat setelah Arkan mengucapkan panggilannya.

Pengantin Sementara (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora