16. Canggung

43.9K 2.3K 48
                                    

Jagalah dia untuk mama nak
-Bethrys Pradipta-

Happy Reading...

Shasa menggerakkan kakinya gelisah. Sekarang ia duduk di kamar sang mertua. Daritadi tak ada dari mereka berdua yang ingin berbicara. Hal itulah yang membuat Shasa gelisah ditempatnya duduk.

"Nak, bisa duduk disebelah Mama sini". Bethrys menepuk sisi tempat tidur yang kosong disebelahnya.

Shasa bangkit dari sofa diruangan itu. Ia duduk disebelah sang mertua dengan gugup. Shasa menggigit bibir bawahnya.

Bethrys menggenggam tangan sang menantu dengan lembut.

"Mama sudah dengar semua ceritanya. Mama harap kamu bisa selalu mendampingi Arkan selama dia hidup. Arkan sudah memilih kamu sebagai pendamping hidupnya dan mama tau kamulah yang terbaik untuk Arkan." Bethrys membelai pelan rambut sang menantu.

Shasa hanya bisa mengangguk dan menunduk. Ia tak tau harus berbuat seperti apa. Ia ingin mengatakan yang sejujurnya tapi ia takut mengecewakan sang mertua.

"Kamu jangan takut atau segan sama Mama. Bagi mama kamu itu seorang putri bukan menantu. Mama tidak masalah kalau kamu yang menjadi istri Arkan. Mama tidak akan permasalahkan tentang pernikahan ini. Mungkin Karla bukanlah jodoh Arkan." Bethrys menarik tangan sang menantu lalu menggenggamnya lebih erat.

"Jaga dia untuk mama nak. Dampingilah dia nak. Mama harap kamu selalu mendukung dan menghiburnya nak." Bethrys menatap Shasa lembut.

Shasa memandang mata lembut itu. Ia mengangguk dan balik menggenggam tangan sang mertua. Disana ia bisa menemukan sosok ibu yang penuh kasih sayang. Tak terasa sebulir air mata mengalir dari mata indah Shasa.

"Ayo, tidurlah nak. Mungkin Arkan sudah menunggumu dikamar." Bethrys tersenyum lembut.

Shasa bangkit lalu berjalan keluar kamar. Setelah menutup pintu. Shasa berjalan lemah menuju kamarnya. Ia mengusap air matanya. Dia rindu. Bahkan sangat rindu. Rindu akan kasih sayang seorang ibu.

"Hei" Shasa terkejut saat seseorang menepuk pundaknya.

"Ada apa? Bibi tidak mengucapkan hal yang aneh-aneh kan? Dia tidak memarahimu kan?"

Shasa hanya bisa menggeleng saat pertanyaan-pertanyaan itu ditujukan untuknya. Ia memandang orang dihadapannya.

"Lalu kau menangis karena apa?" Sarah menaikkan salah satu alis bingung.

"Aku hanya teringat sesuatu. Aku ke kamar dulu ingin istirahat." Shasa berjalan menuju kamarnya.

Shasa menutup pintu kamar. Ia membaringkan badannya dikasur.
Sepertinya ia harus mandi untuk menyegarkan pikirannya.

Shasa mengernyit bingung. Ia mengedarkan pandangan kesekeliling kamar. Lalu kembali melihat ke lemari dihadapannya. Kemana semua baju-bajunya? Bahkan make upnya pun tidak ada. Apa dia salah masuk kamar? Tidak mungkin ia salah masuk kamar karena hanya kamarnyalah yang memiliki warna pink.

Shasa berjalan keluar kamar. Ia menuju kamar kedua yang ada dilantai satu.
Ia mengetuk pelan.

"Apa?" Shasa menatap Arkan yang berdiri didepannya.

"Kemana barang-barang dan bajuku?" Arkan mengernyitkan dahi tampak berpikir.

"Oh, barang-barang itu milikmu?" Arkan membuka pintu lebib lebar dan menunjuk kedalam kamarnya.

Shasa mengikuti arah tangan Arkan. Ia mengerjapkan matanya.

"Kenapa bisa barangku ada dikamarmu? Kau yang memindahkannya?" Shasa berjalan masuk kedalam kamar diikuti Arkan dibelakangnya.

Pengantin Sementara (END)Where stories live. Discover now