33. Ingatan

38.3K 1.9K 11
                                    

Sayang udah berarti suka
Suka juga berarti sayang kok
Gorengan favorit pasti dipanggil sayang kalau jatuh
-Kata orang-

HAPPY READING....

Dengan tekun gadis kecil itu mencoret dibuku gambarnya hingga terbentuk suatu gambar. Sesekali ia melirik kearah samping, memperhatikan sang ibu yang sibuk dengan laptop dihadapannya.

"Ma, liat hasil gambarku," katanya seraya menyodorkan buku gambarnya kearah sang ibu.

"Bentar ya sayang, mama selesaikan kerjaan dulu," jawab sang ibu tanpa mengalihkan perhatian dari laptopnya.

"Mama, sibuk terus." Gadis kecil itu melemparkan buku gambarnya kesal.

Sang ibu memandang gadis kecil itu seraya menghembuskan napas lelah. "Mama banyak kerjaan, Dinda tolong ngertiin Mama ya sayang."

"Kapan sih mama ada waktu buat anak-anak mama?" Gadis yang lebih dewasa dari Dinda menatap malas kearah sang ibu.

"Kamu itu udah gede loh. Seharusnya kamu bantu mama buat bujuk adik kamu," kesal sang ibu.

"Sampai kapan Ma? Kenapa harus kita sebagai anak-anak yang selalu ngertiin Mama?" tanya sang gadis dewasa.

"Mama juga begini demi kalian."

"Aku sama Dinda nggak perlu uang banyak Ma," bentak gadis dewasa itu hingga adiknya berjengit kaget.

"Udah ya, Mama capek." Sang ibu kembali sibuk dengan laptop di hadapannya. "Shasa, kamu itu udah dewasa, tolong bersikap dewasa."

Shasa mendengus kesal. Ia membawa sang adik ikut bersamanya. "Gambarnya di kamar bareng kakak ya."

Dinda mengangguk, ia menggandeng tangan sang kakak dengan wajah lesu. Walaupun masih sekecil itu tapi ia mengerti apa yang sedang terjadi di keluarganya.

"Kak Sha jangan marah sama mama ya. Mama bilang dia capek, kasian kalau kakak marahin Mama." Dinda menatap polos kearah sang kakak.

"Sekali ini aja kakak marahnya, lain kali nggak lagi." Shasa mengulas senyum. "Dinda gambar apa? Sini biar kakak aja yang liat." Dengan antusias Dinda menunjukkan gambarnya kearah sang kakak.

***

Suara ribut diluar membuat tidur Shasa terusik. Ia memandang sang adik yang masih tertidur pulas disampingnya. Dengan malas ia turun dari tempat tidur menuju suara gaduh.

"Bisa nggak sih sehari aja jangan ribut? Masih ada Dinda di rumah," ucap Shasa setelah tiba di sumber suara gaduh.

"Mama kamu kebiasaan." Shasa memutar bola mata malas begitu mendengar ucapan sang Ayah.

"Jelas-jelas kamu yang mulai Mas," timpal sang ibu tak terima disalahkan.

"Kapan sih kalian akur? Mending dulu nggak usah nikah," sela Shasa sebelum keributan berlanjut.

Shasa menarik napas kasar. "Kalau kalian nggak nikah, Shasa sama Dinda nggak bakalan lahir di keluarga yang hancur kayak gini. Shasa dan Dinda kemungkinan bakalan haha hihi dalam keluarga yang penuh kasih sayang dan nggak egois kayak kalian. Cerai aja sih sekalian daripada nyiksa Shasa dan Dinda dengan keegoisan kalian." Shasa berlalu kembali masuk kamar.

Pengantin Sementara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang