14. Senyum Penuh Arti

46.4K 2.2K 15
                                    

Sekeras apapun batu lama kelamaan akan hancur
Begitupula dengan hatimu, sebeku apapun hatimu lama kelamaan akan mencair
-Author-

Happy Reading...

Suara bel yang berbunyi terus menerus mengusik tidur Arkan. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia bangkit dari tidurnya.

Awwhh.... Arkan merasakan badannya remuk. Astaga bagaimana tak demikian jika ia semalaman tidur disofa dengan posisi yang tak nyaman. Badannya yang panjang membuat tubuhnya menekuk saat berbaring disofa yang tak seberapa panjangnya ini.

Wait, Berbaring. Arkan menegakkan tubuhnya. Bukankah semalam ia tidur dengan posisi duduk. Dia juga melihat selimut yang terjatuh dilantai, selimut yang menutupi tubuhnya semalaman. Shasa. Nama itu yang terlintas dikepalanya. Siapa lagi kalau bukan wanita itu. Bukankah semalam tak ada pelayan dirumah.

Arkan melangkah keluar ruangan. Ia berjalan kearah kamarnya.

"Apa Arkan ada?" Arkan menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara seorang wanita.

"Anda siapa dan ada keperluan apa dengan Arkan?" Arkan melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Ia ingin lihat siapa yang bertamu jam segini.

"Kau bertanya siapa aku? Apa Arkan tak memberitahumu siapa aku?" Aku melihat wajah wanita itu saat aku berdiri tak jauh dari Shasa.

"Kau sudah datang? Cepat sekali." Arkan mengatakan hal itu dengan wajah datarnya. Ia tak menyangka wanita itu datang lebih awal dari rencana.

Wanita itu berjalan menghampiri dirinya.
"Aku merindukanmu jadi aku datang lebih awal dari rencana."
Wanita itu memeluk Arkan begitupula Arkan.

Arkan melepaskan pelukannya.
"Seharusnya kau kabari aku kalau kau datang lebih awal."

"Aku merasa seakan kau tak senang dengan kedatanganku yang lebih awal ini. Sudah kukatakan kalau aku merindukanmu." Wanita itu memberengut kesal.

Ia merasa Arkan tak senang dengan kedatangannya. Wanita itu beralih menatap Shasa yang masih berdiri didekat pintu.

"Dan aku juga merindukan istrimu ini" Wanita itu berjalan menghampiri Shasa lalu memeluknya.

Shasa terkejut mendapat pelukan dari wanita itu. Aneh. Shasa merasa aneh. Bagaimana mungkin seorang kekasih dari seorang pria terlihat bahagia bisa menemui bahkan ia mengatakan merindukan dirinya.

"Hei, ada apa denganmu? Kau tak mau membalas pelukanku?" Shasa memandang kikuk pada wainta dihadapannya ini. Ia tak tau harus apa.

"Jangan katakan kau benar-benar tak tau aku siapa?" Shasa mengangguk.

"Oh My God! Jadi selama ini kau tak memberitahu tentang diriku padanya, Arkan?" Arkan menggeleng dengan santainya dan hal tersebut berhasil membuat wanita itu menatap Arkan tajam.

"Baiklah, biarkan aku perkenalkan diriku. Hai Shasa aku Sarah, sepupu Arkan. Dan aku akan tinggal disini bersama kalian untuk sementara. " Sarah tersenyum saat mengatakan hal itu.

Shasa membulatkan matanya. Sepupu. Jadi wanita dihadapanku ini sepupu yang diceritakan oleh Arkan? Ya Tuhan. Shasa beralih menatap Arkan tajam. Ia benar-benar kesal sekarang. Arkan yang merasa ditatap oleh Shasa hanya mengedikkan bahu santai.

Astaga. Bagaimana dia bisa santai seperti itu. Shasa rasanya ingin meledak sekarang juga akibatnya emosinya.
Menetralkan emosinya Shasa berusaha tersenyum.

"Hai Sarah. Aku tak tau kau akan datang secepat ini. Karena baru saja kemarin Arkan memberitahuku kau akan datang tapi ia tak memberitahu kapan kau akan datang." Shasa memasang senyumnya tapi ia menatap Arkan tajam.

Pengantin Sementara (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя