Chapter 40

266 3 0
                                    

"Rasa takut itu sendirilah ketakutan terbesarku."
____________________________________

"Ca, aku mau bilang sesuatu sebelum terlambat."

Gael tiba-tiba menghampiriku dengan wajah gelisah, tak seperti biasanya.

"Apa? Coba kamu tenang dulu tarik nafas."

Dia pun diam sejenak dan menghirup nafas dalam-dalam lalu melepasnya.

"Gue..."

Tristan diam sejenak lalu ia membuka mulutnya.

"Dijodohkan."

🐼🐦🐼

Pagi yang cukup indah untuk mengawali semuanya.

Hari ini aku sudah memutuskan untuk melupakannya.

Melupakan semua kenangan yang indah yang memang tidak kuceritakan semuanya kepada kalian.

Malah aku akan menghadiri sebuah pesta spesial hari ini.

Walau mungkin terasa perih.

🐠🦄🐠

Indah sekali tempat ini, bermandikan emas berlian dimana-mana, ya cukup untuk mengubah perasaanku sekarang, memang selera mereka tepat.

Kalian pasti bisa menebak bahwa acara ini adalah acara pertunangan.

Kalian benar.

Rumah ini lebih memukau lagi, bukan karena bertingkat 3, atau karena kolam renang di belakang, tapi karena kenangan yang terus melekat di pikiranku.

"Ica akhirnya kamu datang, mari masuk, tante kangen sama kamu."

"Terima kasih Tan."

Aku pun melangkah masuk.

Semakin masuk ke dalam ini, aku merasa semakin tercekik dan sesak.

Tapi semuanya memang sudah berakhir, tak ada yang dapat kuubah lagi.

"Kamu apa kabarnya sayang? Papa sama Mama kamu sehat kan?"

Wanita di hadapanku masih sama seperti yang terakhir kulihat, gurat wajahnya masih menduhkan hati dan kelembutannya sebagai seorang ibu.

"Sehat kok Tan."

"Syukurlah, kamu tahu kan nak, Tante juga tak bisa berbuat apa-apa."

Aku hanya tersenyum mengangguk walau rasanya semakin sesak.

"Baiklah nak, tegapkanlah kepalamu dan terseyumlah, tersenyum adalah obat terakhir walau terpaksa."

Aku mengangguk lalu tersenyum, kali ini tulus.

"Begitu dong, Ica yang Tante kenal begitu. Yasudah ayo masuk kamu ketemu dia ya."

Aku lagi-lagi mengangguk dan melangkah ke orang itu, dia yang pernah mengisi hatiku.

"Selamat untuk kalian berdua ya."

Sang perempuan hanya mengangguk dan kali ini aku tidak senang melihatnya sedih, padahal hobinya adalah membuatku sedih.

"Ca, maaf."

Ucap sang lelaki dengan suara agak bergetar.

"Aku tahu ini bukan salahmu Tristan."

"Maaf Melisa."

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum kali ini lebih tulus dan aku merasa ringan dan tak sesak lagi.

Tristan tertegun beberapa detik lalu mengangguk sambil tersenyum juga.

Dan setelah itu hal paling mengejutkan tiba.

"Gue juga minta maaf Ca." Kata Vya.

"Gue udah maafin lo kok."

"Makasih Ca."

Aku mengangguk lalu meninggalkan mereka.

Aku permisi pamit kepada Mama Tristan dan langsung melesat ke rumah.

🦄🧀🦄

Tenang aku tidak menangis.

Aku sudah menangis selama 3 minggu, sudah kering semua.

Aku sekarang merasa ringan.

Memaafkan terasa melegakan.

🐇🐹🐇

Thank you yaaa!!!
Maaf lama lagi updatenya.
Ok, bentar lagi tamat nih.
Makasih yang selalu setia membaca yaa!
Love ya!

Invano [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang