Thirty Eight

477 71 40
                                    

Hmm, seminggu kemudian baru update. Cuma bisa bilang maafkan dirikuh🙇😿
Ayo-ayo tagih aja besok-besok, walaupun nggak janji cepet setidaknya aku usahain krna kalian nagih, takut lupa diri huhuhu. Chapter kali ini angst-sad (gatau sih ngefeel apa nggak), siapkan diri kalian.

-ooo-


Suho merentangkan tangan ke depan, bingung harus mengambil langkah apa saat ini. Di kepalanya terangkai beragam rencana, bagaimana cara menghentikan kebodohan Park Chanyeol yang berusaha melakukan percobaan bunuh diri.

Maksud Suho-hei, kalau mau coba bunuh diri, tidak bisakah pilih alat yang lebih kalem? Chanyeol begitu ekstrim, langsung memilih pisau daging ukuran jumbo sebagai alat percobaan bunuh diri.

"Chanyeol, tenangkan dirimu! Tatap aku, tatap aku! Kau sedang tidak sehat, demi Tuhan..."

Suho berujar gelisah, berdiri dengan jarak cukup jauh dari Chanyeol. Karena Chanyeol mengancam akan menggerek dirinya kalau Suho berani mendekat apalagi mencegah niatannya.

Chanyeol menitikkan air mata, menekan pisau daging dalam genggamannya ke arah leher.

Suho meneguh ludahnya yang mendadak kering. Dia pikir akan ikut gila karena disuguhi kejadian menegangkan begini.

"Chanyeol, turunkan pisaunya." Suho mengubah intonasi suaranya, lebih lembut dan mencoba tidak meninggalkan kesan menyuruh-nyuruh.

"Kau bilang Eunji sudah tidak mencintaiku. Kau bilang Eunji ingin bercerai denganku. Jadi apa gunanya aku hidup, sialan?!"

Emosi Chanyeol meluap-luap, matanya memerah. Ini situasi yang tidak tepat untuk mendeskripsikan penampilan Chanyeol, tapi serius pria itu terlihat seperti gembel. Gembel putus asa yang mempraktikkan percobaan bunuh diri.

Suho mengibaskan tangan di udara. "Tidak-aku-maksudku-anu... Chanyeol, pokoknya tenangkan dulu dirimu. Kita bicara baik-baik, okay?"

Chanyeol menggeleng, air mata yang awalnya mengering kini bisa menetes sedikit demi sedikit. Sakit sekali. Perasaan Chanyeol rasanya teriris mendengar Suho mengatakan Eunji ingin bercerai dengannya.

Kenapa dunia kejam pada Chanyeol? Bukankah semua orang pernah melakukan kesalahan? Kenapa hanya dirinya yang disiksa separah ini? Tuhan bahkan tahu, Chanyeol tidak berdaya tanpa Eunji.

Dia menyesal... Semenyesal-menyesalnya. Tidak bisakah Chanyeol diberi kesempatan lagi? Untuk membangun rumah tangga sesuai impian? Mendampingi Eunji sebagai suami yang baik?

"Chanyeol, aku bisa jelaskan. Turunkan pisaunya."

Pria itu mengerjap, kembali ke alam sadarnya. Suara Suho membawa Chanyeol kembali. Ia menggeleng kuat.

"Katakan padaku, dimana Eunji?" suara Chanyeol parau, menatap Suho dengan raut frustasi. "Aku-aku... Tidak bolehkan aku bertemu dengannya sekali saja? Aku membutuhkannya," racau Chanyeol, kehilangan arah.

Suho bimbang. Dahinya mendadak sedikit berkeringat. Pertanyaan sakral ini. Chanyeol menanyakan hal yang Chorong paksakan pada Suho untuk dirahasiakan. Tidak mungkin Suho membocorkan segalanya. Bisa mati ia dibunuh Chorong seperkian detik setelah gadis itu tahu Suho tidak menjalankan perintah sesuai arahan si gadis.

Tapi, sebagian dari hati Suho prihatin. Chanyeol tetaplah sahabatnya. Dan dia sadar, Chanyeol dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Aku tidak tahu, Chanyeol." akhirnya kata itu yang keluar dari mulut Suho.

DESTINO, YES SILBATOS 『✓』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang