Twenty Four

1.9K 225 23
                                    

Chanyeol's parents house, Busan.

Wanita paruh baya itu melirik anak tertuanya sekilas. Kakak Chanyeol --Yura-- sedang bercengkrama dengan anak gadisnya. Sesekali ibu Chanyeol tertawa gemas melihat tingkah cucu pertamanya. Lihat betapa lucunya Jein menampakkan ekspresi-ekspresi khas anak kecil itu. Jein mempoutkan bibirnya. Terlihat sekali gadis itu sedang marah mengenai sesuatu.

"Jein tidak mau eomma meninggalkan Jein di lumah sendilian!" bantah gadis cilik berusia belum genap lima tahun itu. Jein merengek memeluk ibunya memohon agar ibunya --Yura-- mendengarkan permintaan gadis cilik itu.

"Memangnya kapan eomma meninggalkan Jein sendirian? Di rumahkan ada eohalmeoni dan eoharabeoji." Yura tersenyum lembut mengelus rambut putri satu-satunya. Jein selalu cerewet jika Yura akan pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Kakak Chanyeol itu --Yura-- adalah seorang jurnalis, wajar jika wanita berusia 26 tahun itu sering bepergian keluar kota dan meninggalkan anak semata wayangnya demi pekerjaan. Meski ditinggal bersama kakek dan neneknya, Jein tetap saja rewel. Gadis cilik itu mengaku bosan di rumah ketika tidak ada Yura.

"Shileo! Jein tidak mau ditinggal sendili." ujar Jein dengan lucunya. Gadis cilik itu memang tidak bisa menyebut huruf 'R' dengan baik, alhasil beberapa kali ucapannya terdengar membingungkan bagi sang ibu. Jein memasang wajah cemberut membuat Yura menghela nafas. Yura memutar otaknya, tiba-tiba sekelebat bayangan adiknya melintasi pikiran gadis itu.

"Bagaimana kalau eomma membawa Jein ke rumah Chan eosamchon? Jein mau?"

Jein membulatkan matanya. Wajah gadis cilik itu berubah mimik secepat kilat. Pancaran matanya berkilau-kilau. Jein memang sudah lama merindukan adik ibunya itu. Dulu ketika Chanyeol  pulang ke Busan, biasanya pria itu akan tidur sekamar dengan Jein dan membacakan dongeng sebelum tidur pada Jein. Jein sangat menyukai pamannya itu.

"Chan eosamchon? Ne ne eomma Jein siap!" dengan suara lantang Jein menaikkan tangannya memberi hormat pada sang ibu dengan senyum lebar menampakkan giginya yang beberapa masih belum tumbuh. Yura serta sang nenek hanya bisa tertawa melihat antusias Jein yang kelewat berlebihan.

–oOo–

Chanyeol mengaduk makanan di piringnya dengan risih. Kedua gadis itu terus saja memandangi Chanyeol semenjak kepergian Kyungsoo. Chanyeol mendengus, pria itu tidak tahan lagi "yak! Kenapa kalian berdua menatapku begitu?"

Chorong dan Bomi refleks memundurkan badannya. Kedua gadis itu saling bertukar pandang. "Benar kau dan Eunji sudah resmi berpacaran? Kapan kau menyatakan perasaanmu?"
Tanya Chorong menatap Chanyeol. Gadis itu masih belum bisa percaya mengenai ucapan Chanyeol yang lalu.

Eunji memutar sumpit, menggulung mie hitam di piringnya kemudian menyantapnya tanpa perduli percakapan suami dan dua sahabatnya. Chanyeol melirik Eunji dengan ekor matanya "Eum.. Du- dua hari yang lalu?"

Bomi mengerutkan kening menelaah jawaban Chanyeol yang lebih terdengar seperti pertanyaan. Bomi menopang dagu "Kau tidak mengingat tanggal jadianmu dan Eunji?"

Chanyeol menggaruk kepalanya sembari tersenyum bodoh "maaf aku sempat lupa." bohong Chanyeol seraya melihat Eunji  sedang melahap makanannya seperti tidak pernah makan  sebulan. Chanyeol rasa mulutnya kini menganga lebar, Bahkan Eunji sama sekali belum membuka suara.

"Ji-ah, kenapa kau tidak memberitahuku masalah ini?" tuntut Bomi mengalihkan pandangannya pada Eunji yang tengah 'berpacaran' dengan makanannya. Bomi mendelik melihat mulut Eunji terlalu penuh, Bomi menatap gadis itu jijik "ew cara makanmu kenapa jadi begitu?

DESTINO, YES SILBATOS 『✓』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang