Fiveteen

2.4K 244 38
                                    

Degup jantung pria itu berdetak hebat tatkala ia tak juga mendengar jawaban dari seseorang diseberang telepon. Chanyeol menggoyang-goyangkan kaki gelisah, mengapa Eunji tak mengangkat teleponnya?. Chanyeol melirik Jeon songsaengnim, takut jika guru killer itu melihatnya tengah sibuk bermain dengan ponsel.

Nada sambung itu masih setia menyapa pendengaran Chanyeol.
"Astaga kenapa dia tak mengangkat teleponnya?"

Chanyeol menyerah. Tak ada gunanya menunggu Eunji mengangkat telepon, lebih baik Chanyeol menghampiri gadis itu secara langsung. Chanyeol mengetuk-ngetuk dahi mencari ide yang bisa dijadikan alasan untuk keluar dari kelas disela-sela Jeon songsaengnim tengah menulis sekelebat materi di papan tulis.

"Songsaengnim!" Chanyeol berseru seraya mengangkat tangan panjangnya ke atas. Guru killer itu berbalik dengan tatapan tajamnya, menatap Chanyeol seolah meminta penjelasan mengapa muridnya itu menyela ketika ia tengah menerangkan. "Perut saya mulas. Saya mau izin ke toilet sebentar." Chanyeol memegang perutnya kuat, bertingkah layaknya ia benar-benar kesakitan.

"Yasudah sana! Setelah dari toilet jangan kemana-mana!" Chanyeol mengangguk mengerti kemudian melangkah ke luar dari kelas masih dengan memcengkram perutnya.

~~~

Chanyeol melihat Eunji yang fokus memperhatikan Kwon songsaengnim menjelaskan. Chanyeol menarik nafas pelan sebelum mengetuk pintu kelas Eunji. Semua murid menoleh ke arah Chanyeol yang berdiri di ambang pintu.

"Maaf songsaengnim saya mengganggu. Saya disuruh Jeon songsaengnim memanggil hyerim menghadapnya sebentar." Ujar Chanyeol sopan pada guru itu. Eunji membulatkan mata mendengar kalimat Chanyeol.

"Untuk apa Jeon songsaengnim memanggilku? Sial jangan-jangan saem tahu kalau tugas kemarin aku menyontek. Argh!" Rutuk Eunji dalam hati. Gadis itu mulai tak tenang. Bagaimana nasibnya setelah ini? Pasti Jeon saem akan menyuruhnya  menyelesaikan silabus tebal.

"Hyerim boleh keluar!" Eunji berdiri dari bangkunya dan mulai melangkah mendekati Chanyeol. Mereka membungkuk pada Kwon songsaengnim sebelum meninggalkan kelas.

"Kenapa Jeon saem mencariku? Aku ketahuan nyontek ya? Sial padahal aku sudah merubah sedikit jawabannya agar tak terlihat sama persis." Eunji berceloteh seraya terus mengikuti Chanyeol yang menggenggam tangannya.

"Kenapa belok kiri? Ruangan saem kan sebelah kanan." Chanyeol berhenti menarik tangan Eunji ketika mereka tiba di pekarangan sekolah,  tempat pertama mereka berciuman dulu.

"Siapa bilang kau sungguh dipanggil oleh Jeon songsaengnim?" Eunji mengkerutkan kening tak mengerti maksud ucapan Chanyeol. "Nanti sore Baekhyun dan Suho akan ke apartment kita. Sebaiknya kau tidak pulang ke apartment dulu sampai mereka pergi." Chanyeol menatap mata istrinya yang tampak jernih. Mengagumi lekuk indah disetiap inci wajah istrinya disela-sela pembicaraan mereka.

Eunji mengerucutkan bibir seraya berpikir, "Kalau aku tak pulang ke apartment-mu, aku harus kemana?" Chanyeol menerka-nerka opsi apa yang bisa menolong Eunji.

Jika Eunji pulang ke rumahnya sendiri –rumah orangtua Eunji–, Chanyeol yakin ibu dan ayah Eunji akan mengira mereka sedang bertengkar karena kedua orangtua Eunji sering menemukan pasangan muda itu bertengkar meski mereka tak mau mengakuinya. Lalu siapa lagi yang bisa dijadikan opsi terbaik?

Fikiran Chanyeol masih melayang-layang mencari ide untuk masalah mereka. Eunji tersenyum cerah ketika sebuah nama yang bisa dijadikan opsi terlintas di otaknya.

"Sehun. Aku akan pulang ke rumah Seh–"

"Tidak tidak tidak! Kau gila? Sehun itu artis papan atas. Mana mungkin kita merepotkannya!" Chanyeol menyanggah ucapan istrinya dengan tolakan keras. Sebenarnya bukan status ketenaran Sehun yang ia permasalahkan, melainkan masih ada sedikit rasa cemburu pada pria itu meski Chanyeol tahu Sehun telah memiliki tunangan. Tak menutup kemungkinan Sehun akan menduakan kekasihnya dan berpaling pada Eunji kan? Pikir Chanyeol.

DESTINO, YES SILBATOS 『✓』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang