Thirty Seven

551 67 67
                                    

Sorry telat sehari dari janji jadwal update (yg seharusnya kemarin) hari ini aku juga ga bisa double up (aku usahakan besok up lagi), semoga bisa kalian nikmati. Maaf sedalam-dalamnya karena selalu menggantungkan kalian yg sudah setia. Serius, aku sayang bnget sama kalian💕

-oOo-


Sesuai janjinya pada Eunji, Chorong ingin merealisasikan suatu pengintaian. Memastikan satu hal sebelum membantu Eunji membuat keputusan akhir. Satu-satunya cara untuk memastikan hal ini memerlukan bantuan orang lain, tidak lain adalah pacar Chorong.

Maka sesegera mungkin, gadis itu menelpon Suho. Tepat setelah panggilan terhubung, Chorong berdiri, memasang kembali masker dan topi hitamnya.

"Sayang, aku butuh bantuanmu. Kau tidak boleh menolak. Dan itu artinya kau harus berkhianat sebentar pada Chanyeol," ujar Chorong dengan ponsel menempel di samping telinga.

Chorong tersenyum mendengar jawaban orang di seberang.

"Baik, aku akan menemuimu sekarang. Tunggu aku," sambung Chorong.

Eunji yang sedang duduk bersila mengamati Chorong, menarik nafas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. "Aku harap semuanya berjalan lancar, Rong. Karena jujur, aku kehilangan kepercayaan diriku."

Chorong mengangguk. "Ini akan menentukan masa depanmu. Aku akan melakukannya dengan hati-hati,"

***

Chanyeol terdiam. Otaknya tak berhenti bekerja dengan keras, memikirkan semua kejadian yang terjadi secara cepat namun menghancurkan segalanya di masa-masa semester awal kuliah.

Semua ini terasa sangat salah. Bahkan duduk dengan jarak cukup jauh bersama Seulgi saat ini terasa sangat salah. Pria itu merutuk dalam hati, harusnya kisah cintanya tidak berubah menjadi drama berbelit begini.

Chanyeol menolehkan kepala, melirik sekilas Seulgi kemudian memijat pelipisnya, pusing setengah mati. Dia membutuhkan Eunji.

Seulgi yang melihat tingkah Chanyeol yang nampak frustasi mengikis jarak. Tapi, Chanyeol tiba-tiba berdiri, membuat Seulgi berkedip beberapa kali, kebingungan.

Dengan susah payah Chanyeol berusaha berbicara, tenggorokan yang kering akibat menangis terus-menerus kemarin menjadi faktor kesulitan berbicara pria itu.

"Kenapa, Chanyeol?" tanya Seulgi, matanya memerah. "Ini sudah hampir setengah jam aku di sini dan kau tidak sedikitpun memberi penjelasan. Aku- aku tidak bisa melihatmu menderita begini,"

Chanyeol meneguk ludahnya, suara yang keluar serak. "Aku mohon untuk tidak menemuiku lagi. Istriku... Dia pergi karena kita. Kedekatan kita. Aku mau disudahi di sini saja." suara itu lebih terdengar seperti bisikan, tapi Seulgi bisa mendengar seluruhnya. Seluruh kata menyakitkan itu.

Seulgi ikut berdiri. "Aku pikir kita lebih dari itu, tapi semudah ini kau mengatakan ingin tidak saling bertemu?" mata gadis itu makin memerah, menatap Chanyeol.

Chanyeol memalingkan wajah, tidak ingin melihat Seulgi dan air mata yang menggenangi pipinya. Kini di pikiran pria itu muncul seulas bayangan sang istri, apa yang akan dilakukannya kalau tahu Chanyeol bersama Seulgi detik ini?

"Aku tidak ingin mengecewakan istriku lebih banyak lagi, Seulgi. Kumohon mengertilah," desis Chanyeol menyahut. Tenggorokannya sakit, tapi perkara ini harus diselesaikan. Agar Chanyeol bisa kembali hidup, dan bernafas dengan tenang. Bersama sang istri yang entah dimana keberadaannya.

Seulgi merasa sebagian dari dirinya runtuh. Harapan dan ekspektasi yang telah ia bangun. Hancur sudah. Dengan runtutan kalimat Chanyeol yang menyiratkan ketidakmauannya melihat wajah Seulgi lagi, maka itu tandanya dunia Seulgi telah runtuh.

DESTINO, YES SILBATOS 『✓』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang