Gadis itu jatuh terjongkok, menutup wajah dengan dua tangannya. "Seandainya aku bertemu denganmu lebih dulu... seandainya aku tidak datang di waktu yang salah, apakah kau akan menerimaku?" isak Seulgi, mengeluarkan pertanyaan. Ia butuh jawaban.

Chanyeol mendudukkan diri di sofa. "Tidak akan ada yang berubah, Seulgi. Setelah kepergian Eunji, aku sadar bahwa dialah satu-satunya poros kehidupanku. Tempatku seharusnya berada. Maaf tapi kurasa, kita... hanyalah penghambat rumah tanggaku,"

Lalu tangisan Seulgi mengeras. Bahkan rasanya tidak sesakit ini ketika dirinya terjatuh dari sepeda ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, walaupun saat itu Seulgi harus menerima tiga jahitan akibat kepala yang bocor. Membayangkan dirinya ditinggal Chanyeol, beribu kali jauh lebih sakit.

***

Suho menatap pacarnya yang duduk di sebelah kiri, memperhatikan bagaimana tangan-tangan ramping gadis itu bergerak gelisah.

"Tenanglah, sayang. Mungkin Seulgi hanya mampir memeriksa keadaan Chanyeol." ucap Suho berusaha menenangkan.

Chorong refleks memutar kepala cepat, menghujami Suho dengan tatapan tajam. "Mampir apanya sih?! Kenapa juga Seulgi perlu merepotkan dirinya mendatangi Chanyeol dan berdua-duaan di dalam apartemen pria itu saat istri Chanyeol sedang bersedih hati di tempat lain, kenapa?!"

Kim Joonmyeon alias Suho merapatkan bibir. Dalam hati mendumel, mengapa jadi ia yang dimarahi habis-habisan oleh Chorong?

Chorong mendengus. Gadis poni rata itu masih mengamati dengan teliti mobil Seulgi yang terparkir di parkiran apartemen. Berani-beraninya wanita satu itu menemui Chanyeol di tengah situasi panas begini? Tidak tahukah dia Eunji begitu tersiksa sekarang?

"Suho, kau harus masuk ke dalam. Datangi kamar Chanyeol, lihat apa yang sedang mereka perbuat." Chorong memerintah. Tidak lagi menggunakan embel-embel "sayang" pada kekasihnya.

Suho menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Saat kau bilang perlu bantuan untuk mengkhianati Chanyeol sebentar, aku tidak menyangka ini maksudnya."

"Kenapa?! Kau tidak mau membantu? Mau membela sahabatmu itu, yang telah menyiksa Eunji belakangan ini? Iya?!"

Secepat kilat Suho mengayun-ayunkan tangan di udara, menyangkal pernyataan Chorong. Gadis itu sangat sangar di waktu-waktu tertentu. Membuat nyali Suho mendadak menciut.

"Bukan begitu, sayang. Baiklah, aku akan masuk ke dalam."

"Jangan sampai Chanyeol tahu aku yang menyuruhmu. Gunakan kemampuan aktingmu yang minim itu, awas saja kalau sampai kau memberitahu Chanyeol bahwa aku ada di sini. Kita akan langsung putus."

Suho melotot. "Astaga, iya sayang iya. Kau benar-benar menyeramkan. Aku akan melaksanakan tugas dengan baik. Kau cukup duduk di sini dan berhenti mengancam yang tidak-tidak."

"Bagus. Sekarang masuklah,"

Tepat setelah memberi ultimatum perintah, Suho merapikan penampilan dan hendak keluar dari mobil. Tapi pergerakan mereka harus tertunda.

Chorong menarik lengan Suho, segera gadis itu turunkan kursi mobilnya. Di sana, tepat di depan lobi, lumayan jauh dari parkiran tapi masih terlihat jelas, Chanyeol berdiri berhadapan dengan Seulgi. Hanya wajah Seulgi dan punggung Chanyeol yang terlihat. Karena Chanyeol membelakangi posisi mobil Chorong.

"Kenapa mereka keluar? Kita terlambat?" bisik Chorong.

"Mana aku tahu. Sepertinya begitu." balas Suho balik berbisik.

"Sialan, mereka masih berani bertemu setelah kepergian Eunji. Apa mereka tidak punya hati nurani?!"

Suho membekap mulut pacarnya. "Diamlah. Aku berusaha berkonsentrasi membaca pergerakan bibir Seulgi."

DESTINO, YES SILBATOS 『✓』Where stories live. Discover now