Chapter 31 : Pelayan Durhaka

2.1K 181 96
                                    

Beberapa saat sebelum Yang Mulia Raja menjatuhi hukuman mati kepada Elf.

Diruang sidang telah terlihat seorang perdana menteri, Diego, Siegfried, Segre dan beberapa petinggi kerajaan lainnya yang tengah duduk disamping kursi Raja.

Disamping kanan terlihat ke-empat anggota kesatria kerajaan sebagai saksi mata dan pemberian bukti terhadap kasus penyerangan keluarga kerajaan.

Dan ditengah tengah aula terlihat para elf berdiri dengan cara diborgol tangan dan kakinya.

Seluruh anggota kerajaan saat itu memandang jijik kearah para elf itu.

"Sepertinya tindakan kerajaan Odyssey terhadap pembasmian kerajaan Elf sangat tepat dilakukan."

"Kau benar, bahkan mereka berani melawan majikan mereka sendiri. Betapa rendahan ya mereka itu..."

"Mahluk kotor."

"Mahluk hina."

"Mahluk terkutuk."

Berbagai hujatan penuh diruangan itu. Tidak berteriak namun berbisik keras dengan sengaja.

Althra menahan segala emosi yang berkecamuk diatas kepalanya. Begitu juga dengan Elmira yang sudah mulai memanas.

Disisi lain Sheerina malah menangis dipelukan Alexia. Galadriel masih saja coba menenangkan Sheerina.

Yang Sheerina tangisi bukanlah hukuman atau caci maki apapun itu, tapi ia masih mau bertemu dengan tuannya dan meminta maaf secepatnya.

Namun kerajaan terus menerus menghalangi jalan mereka untuk bertemu Arlerish.

"Yang mulia raja memasuki ruangan....!"

Teriak salah satu prajurit yang menjaga pintu. Pintu itu terbuka perlahan lalu masuklah Raja bersama Putri Charlotte dan Culistik.

Semua sedikit membungkuk kearahnya memberinya salam.

Putri Charlotte berdiri disamping kanan, sedangkan Culistik berdiri disamping Charlotte.

"Aku tidak suka dia.... Mananya busuk." Bisik Galadriel kepada Sheerina.

Galadriel tidak melihat warna mana tersebut, namun air yang yang menjadi kekuatan Galadriel menyebar di seluruh istana ini. Tidak sedikit air Galadriel mengangkat partikel mananya yang busuk.

Lalu seorang prajurit berjalan maju dengan tegas membawa sebuah kertas.

"Peraturan Sidang! Pertama Terdakwa dilarang bicara tanpa izin Raja! Kedua Terdakwa hanya dapat membela diri saat kesempatan diberi! Ketiga, hukuman Raja itu mutlak!"

Prajurit tadi, lalu kembali ke barisannya.

"Jika begini kita sangat dirugikan... Bahkan kita tidak memiliki pihak pembela." Bisik Althra pada Afreeda.

"Bukankah sudah diberitahu bahwa tuan pasti datang?" Jawab Afreeda.

"Sampai kapan? Ketika kita sudah mati? Dia bahkan masih terbaring.."

"Aku percaya tuan datang... Jadi kumohon kalian juga percaya padaku sebagai putri, dan juga keluarga kalian.. hiks, kumohon...." Kalimat yang keluar dari mulut Sheerina diiringi dengan tangisan yang kecil.

"Baiklah dengan ini persidangan dibuka! Pertama Tama saya akan mendengar saksi mata kejadian tersebut." Ucap Yang Mulia Raja.

Seorang lelaki maju dari barisannya.
"Malam itu saya sedang berpatroli bersama anggota guild saya. Tak lama kemudian terdengar gemuruh dengan diikuti badai es. Kami sempat melindungi para warga... Namun badai itu kian membesar. Dari jauh saya melihat seorang wanita bermata merah. Karena penasaran, kami mendekati area pertempuran tersebut dengan sekuat tenaga. Banyak dari kami malah terhempas, namun mungkin hanya saya sendiri yang melihat bahwa perempuan Elf berambut hijau itu mau menusuk tuan Arlerish! Hingga akhirnya saya terhempas oleh badai tersebut...." Kesatria kerajaannya itu menunjuk kearah Afreeda.

Re : Life Be A Genius MageWhere stories live. Discover now