Chapter 23 : Bunga Istana

1.9K 219 170
                                    

Malam hari masih saja tampak sama dari sini. Hembusan angin meniup seolah mendorongku untuk melangkah maju. Melihat bulan purnama seakan membisikkan kepadaku sebuah kalimat.

Genggam saja tangannya.

Tanpa pikir panjang akupun menggenggam tangannya dengan hangat. Kami berdua pun berjalan masuk menuju aula tempat dimana para tamu sedang berdansa.

Satu langkah memasuki ruangan beberapa orang terperangah melihat kami berdua. Semua mata sedang menuju ke arah  kami. Sebenarnya aku sedikit malu, tapi entah mengapa karena ada Charlotte disisiku aku tidak merasa gugup.

Semua tampak berhenti dan menepi. Memberikan sebuah ruang untuk kami berdua berdansa dengan bebas. Lagu yang telah habis tadi pun kini mulai dimainkan lagi.

Aku mulai melangkah kekanan mengitari tubuhnya. Meletakkan tangan kiri ku di pinggang miliknya. Tangan kanan kami kinipun sudah bersatu. Tidak jelas namun terlihat, wajah Charlotte benar benar merah.

Wajah imutnya, cantiknya, dan keanggunannya sungguh terlihat jelas sekarang. Berbagai senyuman sudah mengembang di sudut bibir mereka, tak terkecuali keluarga ku dan juga Yang Mulia Raja.

Kami terus saja bergerak mengikuti irama. Langkah demi langkah kami sudah beradu dan bersatu bersama detak jantung kami. Cepat, lambat itulah tempo kami. Kami berdua saling menatap satu sama lain tanpa suara.

" Kau lumayan juga, Arlerish." Ucap Charlotte memecah keheningan yang cukup lama menjerat kami berdua.

" Ini bukan apa apa bagiku." Jawabku sedikit gugup. Entah mengapa kini dia malah merangkul tangannya di belakang leherku. Aku tau dia berusaha jinjit karena perbedaan tinggi kami yang cukup jauh. Yah, mau tidak mau aku menunduk sedikit hingga wajah kami akhirnya bertemu. Nafas kami saling beradu dan sangat terdengar. Jarak wajah kami berdua sangat dekat. Sangking dekatnya aku bisa mencium wangi dari bibirnya. Bunga mawar labirin itu, sepertinys mereka menggunakan bunga mawar untuk dijadikan pewarna bibir.

" Padahal tadi sempat menolak, tak kusangka malah aku yang terbawa oleh permainan mu didalam dansa ini." Ucapnya dengan masih terus bergerak.

" Aku hanya takut membuatmu malu, aku hanya seorang anak yang beruntung bisa menjadi keluarga bangsawan."

" Arlerish, jangan pernah bilang beruntung akan takdir yang mengikuti mu. Ini juga bagian usahamu,..." Jarak wajah kami kini semakin rapat. Wajah Charlotte kini sudah berada disamping wajahku. "....dan itu juga pilihanmu." Bisiknya lembut tepat di telingaku.

Bisikannya tadi berhasil membuatku sedikit tersengat. Ini pertama kali bagiku di dunia ini dan dunia lamaku bisa berjarak sedekat ini dengan seorang gadis.

Aku tidak menjawab bisikannya dan hanya tersenyum ke arahnya.

=============

Musik yang mengiringi kami berdansa kini akhirnya usai. Berbagai gemuruh dan pujian terlontar kepada kami. Aku dengan Charlotte membungkuk sedikit sebagai tanda terima kasih.

Charlotte mundur beberapa langkah dan memberi jarak kepada ku. Akhirnya aku bisa bernafas normal setelah jantung berdebar tidak karuan.

" Gerakan dan langkahmu sangat tegas! Tak kusangka kau sangat mahir..."

" Tentu saja...." Aku tersenyum simpul kearahnya. Padahal aku hanya berlatih satu hari saja, tak kusangka akan sebesar ini efeknya. Pilihan mutlak memang mengerikan tampaknya...

Seketika kerumunan orang yang mengepung kami kini terbelah menjadi dua. Disana tampak seorang lelaki yah bisa dikatakan serba hitam berjalan dengan wibawa yang sangat tinggi.

Gatcha!

Aku tersenyum sinis kearahnya. Dia hanya melihat kearahku dengan ekspresi datar yang mengerikan. Tak perlu ku tanyakan lagi aku tau siapa dirinya.

Tunangan Charlotte, atau kandidat terkuat Kesatria Kerajaan Velliura. Itulah dia.....

" Perkenalkan namaku Culistik...Tunangan dari perempuan yang kau ajak berdansa." Ucapnya sambil tersenyum penuh arti.

Aku membalasnya dengan tatapan sengit, lalu tanpa menghiraukan dirinya aku menghadap kearah Charlotte kembali.

Aku mengeluarkan sebuah liontin biru.
" Untukmu..." Ucapku.

" Ini bukannya..."

" Memang untukmu," Tanpa basa basi aku langsung menyematkan pada lehernya yang mungil.

" Te-terimakasih..." Wajahnya kini merona merah. Kami saling beradu mata tanpa lepas sedetik pun. Aku baru sadar Charlotte memiliki mata yang sangat indah.

" Ehem..."

Suara berat itu berhasil mengacaukan suasana kami berdua. Aku menoleh kepada sumber suara tersebut. Wajah pria itu semakin mengerikan.

" Ah, maafkan aku.... " Ucapku sambil tersenyum.

Dia hanya menatap sini kearahku tanpa sebuah kata. Aku membalasnya dengan sebuah senyuman yang begitu sadis.

" Perkenalkan namaku Arlerish Heria D Oz'ord. Kau bisa memanggilku Arlerish." Aku sedikit membungkuk kearahnya. Lalu kembali tegap. " Culistik, benar?"

" Benar..." Ucapnya dingin.

" Aku tidak perlu basa basi dengan manusia seperti mu...."

" Apa maksud dari perkataan mu?"

" Tidak perlu ku jelaskan bukan? Agar lebih mudah dan efisien,....Aku Arlerish, atas nama Keluarga Bangsawan Oz'ord, menantangmu untuk berduel merebutkan gelar Kesatria Kerajaan terkuat!" Teriakku kepadanya.

Seketika aula itu diam tak bersuara termasuk yang mulia Raja.

Aku berbalik ke arah Charlotte....

" Aku akan menyelamatkanmu..." Bisikku lembut tepat di telinganya. Charlotte hanya terkejut dan berdegik pelan. Wajahnya melongo seperti tidak percaya, tapi aku tak menghiraukan hal itu.

Setelah aku membisikkan kalimat tersebut aku menghempaskan jubahku. Aku berjalan menjauh dari kerumunan sambil tersenyum puas.

Akan ku rebut si bunga istana ini....

==============

Re : Life Be A Genius MageWhere stories live. Discover now