Chapter 29

1.6K 177 49
                                    

"Putri, pesan telah disampaikan..." Adeliana kembali kedalam kamar, tempat terbaringnya Arlerish yang tak sadarkan diri.

"Apakah benar mereka tidak ingat? Bagaimana menurutmu?" Tanya Varlerish yang bahkan tidak menoleh kearah Adeliana. Ia hanya menatap kakaknya yang terbaring lemah.

"Memang benar mereka tidak ingat apapun. Tapi, fakta bahwa mereka menyerang  Tuan Muda Arlerish memang benar adanya. Bekas pertarungan itu sudah saya selidiki dan beserta bekas mana yang tersisa. Dan itu sangat cocok dengan mana milik mereka." -Adeliana

"Jadi begitu... Baiklah, terimakasih atas laporannya. Kau boleh keluar...." -Varlerish

"Putri, ini sudah sangat larut. Bukankah seharusnya anda beristirahat di kamar anda sendiri?" Tanya Adeliana yang khawatir akan kondisi dari Varlerish.

"Tidak usah perdulikan aku. Kau saja yang beristirahat, Adeliana..." -Varlerish

"Saya akan tetap disini Putri. Saya akan menemani anda."

Pembicaraan itu selesai dengan hening.

"Bukankah kalian berdua terlalu memaksakan diri?"

Suara berat yang berasal dari pintu itu mencuri perhatian Adeliana. Tapi tidak dengan Varlerish yang masih menatap kakaknya penuh rasa cemas.

"Selamat malam, Tuan Segre." Sapa Adeliana.

Segre hanya tersenyum simpul lalu berjalan mendekati putri kecilnya itu.

"Kau ini selalu saja keras kepala." Segre mengelus puncak kepala Varlerish dengan lembut dari belakang.

"Ayah, bagaimana jika kakak tidak bangun lagi?"

"Apakah kakakmu orang yang selemah itu? Aku yakin dia sedang berusaha untuk bangun, kau tau? Ayo kita tidur!" Segre dengan cepat menggendong putri kecilnya itu dengan gendongan ala tuan putri.

"Ayah apa yang kau lakukan!? Lepaskan aku..! Aku bukan anak kecil lagi!" Varlerish masih mencoba memberontak dari gendongan ayahnya tersebut. Namun tetap saja Segre jauh lebih berpengalaman saat menggendong sehingga Varlerish tidak bisa dengan mudah terlepas dari gendongannya.

"Dimata ayah, kau tetap saja putri kecil ayah. Hahaha~" Segre berjalan keluar sambil menggendong Varlerish.

Malam hening yang penuh duka di ruang itu berubah menjadi agak lebih ceria karena tingkah laku Segre. Adeliana hanya tersenyum menahan tawa atas kebahagiaan mereka.

Sudah sejak lama Adeliana melayani Varlerish dan semenjak kepergian ibunya kala itu, mereka berdua seperti memiliki jarak. Namun hari ini, mereka terlihat sangat dekat seolah jarak itu telah tiada diantara mereka berdua karena Arlerish.

Tuan muda, aku masih menantikan berbagai kejutan yang akan kau ciptakan nanti. Tak kusangka aku akan setertarik ini padamu hanya karena aku mengajarimu caranya berdansa malam itu...

Entah dibilang apa, Adeliana hanya tersenyum mengingat latihan dansa yang dilakukan Arlerish dan Adeliana malam itu.

===========

Jauh didalam kesadaran Arlerish yang hilang, dirinya sedang bermain kartu bersama Irish.

Arlerish sedang memegang tiga kartu. Sedangkan Irish tersisa dua kartu. Kartu As dikanan dan kartu Joker dikiri.

Peraturannya sederhana, yang mengambil Joker adalah yang kalah. Dan yang kalah harus menuruti segala permintaan dari pemenang.

Syarat kekalahan itu dibuat oleh Irish sendiri dengan harapan dia menang dan keinginannya dikabulkan oleh tuannya tersebut.

Re : Life Be A Genius MageWhere stories live. Discover now